REVAN - 5

126 56 284
                                    

Esoknya sampai bel masuk pun Revan masih belum datang. Darra khawatir dengan keadaan Revan. Kemarin Revan memang sakit lalu di pulangkan terlebih dahulu.

"Heh itu satu curut kemana?" Tanya Leana ke Alvin.

"Sakit bro."

Darra yang mendengar itu sontak langsung cemas. Masih sakit? Apa parah ya sakitnya? Batinya.

"Sakit apaan Vin?"

"Tipes Ra, kemarin malem katanya masuk rumah sakit." Balas Alvin santai.

Astaga, itu anak kenapa sih sampe tipes gitu?! Revan ini membuat Darra cemas saja, pasalnya cowok itu tidak mudah sakit tapi kenapa sekarang bisa sakit seperti ini.

"Eh nanti kita jenguk dia ya." Pinta Darra, langsung disetujui oleh teman-temannya.

🕊🕊🕊

Sore ini sepulang sekolah Darra dan yang lain akan menjenguk Revan di rumah sakit. Rencana awal mereka akan berangkat bersama-sama, namun Darra bilang ia ada urusan sebentar jadi Darra akan berangkat secara terpisah.

Setelah urusan gadis itu selesai, ia segera menuju rumah sakit tempat Revan dirawat. Tak lupa ia membawa buah-buahan untuk Revan.

Pintu kamar tempat Revan dirawat sedikit terbuka. Darra pun mengintip melihat siapa yang ada di dalam bersama Revan saat ini. Dari suaranya itu adalah suara perempuan, membuat Darra semakin penasaran.

Reina?! Ucap Darra dalam hatinya.

Betapa terkejutnya Darra saat yang terlihat di kamar Revan adalah Reina. Reina adalah orang yang selama ini digadang-gadang dekat dengan Revan. Anak kelas sebelah. Reina ini kelas XII IPA 6.

Revan udah taken sama Reina kali ya? Pake suap-suapan gitu. Batin Darra saat melihat Reina menyuapkan buah kepada Revan. Dan cowok itu tak menolaknya sama sekali. Meskipun Revan terlihat playboy, tapi cowok itu tak pernah mau diperlakukan seperti itu oleh perempuan. Cowok itu hanya sesekali menggoda kaum hawa, namun tidak untuk serius, hanya sebagai candaan. Tapi kali ini berbeda. Ada apa dengan Revan? Apa dia suka Reina? Jika benar seperti itu maka dugaan Darra selama ini adalah benar.

Darra tak jadi masuk ke kamar Revan dan memilih pergi menjauh. Entah mengapa ia tidak suka melihat Revan bersama perempuan lain. Justru ini adalah kesalahan. Perasaan apa ini? Mengapa Darra seperti itu?

Disaat ia berjalan cepat, tak sengaja Darra menabarak seseorang di depannya.

Brukk..

"Dara?!" Ternyata yang ditabrak Darra adalah Theo.

"Eh Theo." Ucap Darra dengan cengegesan.

"Ada apa? Kenapa kayak dikejar setan gitu? Bukannya lo mau jenguk Revan, kenapa arahnya ke pintu keluar?" Tanya Theo bertubi-tubi.

"Em.. tadi gue mau ke toilet, tapi engga nemu-nemu." Elak Darra sedikit gelagapan. Tentu saja karena ia berbohong. Dasar Darra.

"Oh lo mau ke toilet sini gue anterin."

"Heh?!" Gadis itu memelototi Theo.

"Apa? Apa? Jangan mikir yang iya-iya. Gue cuma niat nganterin doang, setelah sampe ya gue tinggal."

"Ah gak usah gue bisa sendiri, lo tinggal tunjukin aja arahnya."

"Oke. Dari sini lo belok kiri terus lurus abis itu belok kanan sampe deh." Darra pun mengangguk tanda mengerti, karena memang sebenarnya Darra sudah tau. "Yaudah gue ke kamar Revan dulu, lo juga nanti harus langsung kesana ya!" Lanjutnya.

REVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang