REVAN - 12

101 52 374
                                    

Dengan adanya Revan dirumahnya, membuat Darra tak bisa pergi tidur siang. Tidak mungkin jika Revan ia biarkan dan dirinya malah tidur siang. Oleh karena itu, kini Darra terpaksa harus menahan kantunya untuk menemani Revan di ruang tamu.

"Oh iya, lo itu ngapain tiba-tiba ke rumah gue?" Darra lupa menanyakan itu pada Revan, habisnya tumben sekali cowok itu datang ke rumahnya, walau dulu Revan memang sering datang.

"Cuma pengen main, wkwk ..." balas Revan dengan terkekeh kecil.

"Ya ampun, ngga ada kerjaan banget sih, lo." Setelah berkata seperti itu Darra mengambil handphonenya yang berada di meja.

Gadis itu tampak asik dan fokus memainkan handphonenya sampai Revan merasa diabaikan. Padahal sebenarnya Darra bermain handphone hanya untuk menghilangkan rasa kantuk yang semakin menyerang gadis itu.

"Sebenernya gue kesini disuruh tante Sarah buat jagain lo," ujar cowok itu.

Darra menoleh, "Mama nyuruh lo?"

Cowok itupun langsung mengangguk, "Yoi, makannya gue kesini."

Setelah mengatakan itu Revan akhirnya membuka handphone miliknya, cowok itu iseng men-scroll IG miliknya. Karena kebanyakan yang mengfollow dirinya adalah kaum hawa, maka IG milik Revan dipenuhi dengan foto-foto para gadis yang instagramable.

Darra mengintip sedikit, dapat dilihatnya walaupun samar foto-foto kaum hawa terpampang di IG milik sahabatnya itu. "Astaghfirullah, isinya ciwi-ciwi semua!" ujar Darra dengan nada yang dapat membuat orang terkejut.

Benar saja kini Revan pun terkejut dibuatnya, dengan cepat cowok itu segera mematikan layar handphone dan memasukkannya ke saku celana dengan cepat. "Abisnya gue terlalu cakep, sampe IG gue diisi oleh ciwi-ciwi yang bodygoals."

"Iya tau, gue mah ngga bodygoals." Darra melihat ke sembarang arah yang penting tidak melihat ke arah Revan.

"Lo cantik apa adanya kok, telor dadarku," ucap cowok itu dengan tersenyum hangat lalu menampilkan deretan gigi rapihnya.

Ah dasar Revan, ucapannya itu mampu membuat gadis yang berada di sampingnya itu blushing. Supaya ia dapat menetralkan degupan kencang pada jantungnya, Darra berusaha untuk mencairkan suasana dengan berkata, "Iya tau, gue emang cantik, Van."

"Pede gila!" cibir Revan dengan memicingkan matanya.

"Bodoamat, lo juga narsis!" Tak mau kalah, Darra juga ikut mengatai sahabatnya itu.

Bukan Revan jika tidak mengesalkan, sekarang pun cowok itu sedang menirukan kalimat yang baru saja di lontarkan oleh Darra dengan memenye-menyekan mulutnya.

Sungguh mengesalkan, Darra yang melihat secara langsung Revan sedang menirukan dirinya, langsung saja memukuli cowok itu menggunakan bantal yang ada di sofa.

"Ya Allah, gue ditimpukin pake bantal!" ujar Revan yang sedang berusaha melindungi kepala agar tak terkena pukulan maut dari Darra.

"Rasain, nih makan nih bantal!" Darra menimpa kepala Revan menggunakan bantal membuat cowok itu kesulitan untuk bernafas.

"Dar, w-woy peng-ngap anjir!" Cowok itu tampak kesulitan untuk bicara karena wajahnya yang ditekan dengan bantal oleh Darra.

"Bodo, gue ngga denger," dengan santainya Darra berucap demikian dengan tangan yang masih setia menekan bantal di wajah sahabatnya itu.

Sedangkan Revan terus meronta-ronta agar telepas dari cewek gila di depannya itu. Karena Revan yang terus bergerak kesana kemari membuat Darra kehilangan keseimbangan.

Dan ... hap!

Tubuh gadis itu jatuh menimpa tubuh proporsional milik Revan. Kedua pergelangan tangan Darra yang dicekal oleh cowok itu, serta tangan kiri Darra memegang bantal yang tadi ia gunakan untuk memukuli Revan. Keduanya saling pandang, kini wajah mereka hanya berjarak beberapa cm saja.

Mereka saling memandang hingga beberapa saat, hingga Revan dapat melihat pipi gadis itu yang berubah menjadi bersemu merah. Kedua pemuda-pemudi ini bisa saling merasakan detak jantung keduanya yang berdegup dengan sangat kencang.

"Sumpah, lo cantik banget dari sini," celetuk cowok itu sambil menyeringai.

Satu detik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

Bugh..

Dengan sekuat tenaga Darra langsung memukul wajah Revan menggunakan bantal yang ia pegang, hingga cowok itu langsung menutup matanya dengan reflek.

Setelah memukul wajah cowok itu, Darra langsung berdiri dan merapihkan pakaiannya lalu duduk kembali di samping Revan yang pastinya dengan menampilkan wajah kesal miliknya.

Saat ini bantal yang tadi di pegang oleh Darra itu sudah berada di lantai, sangat naas nasib bantal itu :v

Sedangkan Revan mencoba bangun dari posisi telentang tadi, lalu duduk manis di samping Darra. "Hiya-hiya, lagi ngambek nih ceritanya."

Cowok itu tidak marah meskipun habis dipukuli oleh Darra, itulah kekuatan bucin milik Revan yang sudah mendarah daging.

"Lo kapan pulangnya?"

Revan langsung mengelus-elus dadanya supaya sabar. "Lo ngusir gue, astaga ..."

"Bukan gitu, masalahnya gue ngantuk pengen tidur!" Sedari tadi gadis itu memang tengah menahan kantuknya. Padahal niatnya, gadis itu ingin pergi tidur setelah makan siang akan tetapi ada Revan datang ke rumahnya.

"Yaudin sono tidur, biar gue yang jaga rumah," ujar Revan dengan santai, laki-laki itu siap melakukan apapun kok.

"Oh, lo mau jadi satpam di rumah gue? Oke deh, gue mau tidur." Gadis itu berdiri dan hendak pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua. "Bye ..." ucapnya lagi sambil melambaikan tangan.

Setelah itu Darra menghilang, sepertinya gadis itu sudah masuk ke dalam kamarnya. Kini tinggallah Revan sendiri di ruang tamu. Cowok itu kembali mengeluarkan handphonennya untuk bermain game.

🕊🕊🕊

"Iya, kapan-kapan aku main ke rumah kamu," ucap seorang cowok berbicara dengan orang di balik telepon.

"..."

"Ok, love you too ..." Setelah mengucapkan itu, sambungan telepon kemudian terputus.

°
°
°
°
°
°
°

Tbc ...

maaf.. aku kena writer's block👀

see u in the next chapter..



Salam hangat,

Ayze🐰

29 December 20

REVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang