REVAN - 19

33 14 75
                                    

Tidak sulit untuk berbaikan lagi. Kedua remaja itu tidak terbiasa dengan pertengkaran yang dapat membuat mereka tidak bertegur sapa. Seperti saat ini, baru beberapa jam yang lalu mereka berdebat, kini sudah mulai bercengkrama dengan baik lagi.

“Ayo ah, Dar, kita masuk.” Revan memundurkan kursi dan berdiri, lalu cowok itu berjalan santai masuk ke dalam rumahnya.

Begitu juga dengan Darra, namun bedanya Darra membereskan kursi-kursi dahulu sebelum ia masuk ke dalam.

🕊🕊🕊

Malam ini sepertinya, ada dua remaja dan satu orang umur 20 tahunan yang berencana akan begadang. Mereka kini sedang berada di sebuah kamar dengan tembok berwarna dominan hijau pine. Ketiga orang itu adalah Revan, Darra dan Airys.

“Besok pada free ‘kan? Gimana kalau kita pergi jalan-jalan?” usul Airys dengan bersemangat.

“Gak! Besok jadwal gue pacaran sama kasur, njir,” sahut Revan yang berada di atas tempat tidurnya sambil memainkan ponsel.

Airys berdecih, “Cih, ya udah. Biar gue sama Darra aja yang pergi … oke ngga, Dar?”

“Woke … kak!” Darra pun melakukan tos dengan Airys.

Kedua perempuan itu bahkan tidak terlalu menggubris Revan. Mereka bahlan sepertinya lebih senang ketika mendapat waktu untuk menghabiskan waktu hanya berdua saja.

Revan menaruh ponselnya. “Apa-apaan, kenapa kalian malah seneng gue ngga ikut? Bukannya bujuk gue buat ikut,” ujar Revan dengan kesal.

 Airys dan Darra kompak menggelengkan kepala mereka. Mereka tidak habis pikir dengan Revan yang suka kekanak-kanakan.

“Lo kapan dewasanya sih, dek? Perasaan kelakuannya kayak bocil mulu,” sahut Airys sambil menepuk-nepuk pundak adik laki-lakinya.

“Kapan-kapan, kalo ayam jantan udah bertelur HUAHAHAHA ….” Tawa cowok itu menggelegar di sesisi ruangan.

Plakk

Airys memukul lengan Revan cukup keras. “Udah malem, ogeb!” sergah Airys yang jengkel dengan adiknya.

“Sumpah ya Revan ngga tau waktu banget kalo mau ketawa, nanti ada yang ngikutin ketar-ketir lo!” sahut Darra.

“Yaelah, gue cuma ketawa juga,” balas Revan dengan bibir yang sedikit mengerucut, selain itu dia juga mengelus-elus legannya yang merah akibat pukulan Airys.

"Dahlah, ayo kita pindah ke kamar aku, Dar. Biarin dia berduaan sama mbak kun." Airys bangkit dan menarik lengan Darra, membawa gadis itu keluar dari kamar Revan.

"Heh kak!! Gila tuh orang gue jadi merinding ...." Revan melihat ke sudut-sudut kamarnya, waspada jika makhluk astral itu benar-benar tertarik dengan suara tertawanya tadi.

🕊🕊🕊

 
Keesokan harinya, Revan bangun cukup pagi suapaya dirinya tidak ditinggal oleh Airys dan Darra. Cowok itu juga sebenarnya ingin pergi jalan-jalan juga.

Revan yang sudah wangi sehabis mandi tadi, melangkahkan kakinya menuruni anak tangga untuk pergi ke dapur.

Saat sampai di dapur, Revan dapat dengan jelas melihat pemandangan indah di depan matanya. Cowok itu sedang melihat seorang gadis berdiri di samping ibunda tercinta yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapan.

"Wah ... nikmat mana lagi yang kau dustakan," celetuknya dengan senyum cerah tercetak di paras tampannya.

"Loh, tumben bangun sepagi ini?" Wanita paruh baya itu heran melihat anak laki-lakinya sudah keluar kamar pagi sekali.

"Suka 'kan, mom, liat Revan bangun pagi gini?" tanya Revan dengan tertawa kecil.

"Suka banget ... mulai sekarang kamu harus bangun pagi kayak gini ya, terus nanti bantuin mama di dapur," balas mama Revan.

Suasana di pagi hari ini terasa hangat. Ah, Darra jadi merindukan kekuarganya. Sempat terbesit di benak gadis itu untuk menelpon mamanya dan menyuruhnya untuk segera pulang.

Meskipun Darra terlihat nyaman bersama dengan kekuarga Revan, namun sebenarnya Darra akan lebih meresa tenang dan nyaman jika tinggal bersama keluarganya sendiri.

🕊🕊🕊

"Kak, cepet dikit napa dah!" Revan sudah mengomel dari dalam mobil. Pasalnya kakak perempuannya itu teramat sangat lama. "Keburu siang astaga!" lanjutnya.

"Sabar ogeb, demen banget teriak-teriak. Gue semakin yakin kalo lo sebenernya temennya monkey,"  tegur Darra. Gadis itu juga tadi sudah siap seperti Revan, jadi dia ikut cowok itu masuk ke dalam mobil.

"Lo yang ogeb, gue mah masih mending jadi temennya monkey, lah lo malah jadi monkeynya hahaha ...."

Darra mengelus dadanya. "Ngga gitu juga!"

"Lah kan bener, lo bilang gue temennya monyet, sedangkan temen gue itu lo, bener 'kan gue?" Revan tersenyum senang karena perdebatan kali ini sepertinya Darra yang akan kalah.

"Iya deh, yang waras mah ngalah aja," balas Darra.

Setelah percakapan random mereka, kedua remaja itu akhirnya saling diam dan sibuk dengan ponsel masing-masing.

Sebenarnya hanya Darra yang sibuk, karena Revan sedari tadi hanya scroll-scroll beranda instagramnya saja.

Tidak lama kemudian, Airys siap dan menyusul kedua remaja itu ke dalam mobil. Revan pun segera menjalankan mobilnya membelah jalanan kota Jakarta.

🕊🕊🕊

Setelah menghabiskan waktu hampir 30 menit untuk menetukan tujuan mereka. Akhirnya ketiga orang itu memutuskan untuk pergi ke mall saja. Tentu saja keputusan ini bukan diambil okeh Revan, ini adalah sepenuhnya keputusan kakak perempuannya. Sedangkan Revan hanya bisa menurut saja.

"Gue kira bakal jalan-jalan kemana, yee ngga taunya mentok ke mall," celetuk Revan yang sedikit kesal namun tetap mengekor di belakang Airys dan Darra yang berjalan terlebih dahulu di depannya.

Rasanya Revan kini tidak bisa terlihat oleh Airys dan Darra. Karena kedua perempuan itu sedari tadi sibuk dan asik sendiri. Seolah-olah Revan tidak ada bersama mereka.

"Wah ... jadi hari ini gue cuma jadi sopir kalian aja?!" geram cowok itu.

Revan yang merasa tidak digubris pun tersenyum miring sambil mengedarkan pandangannya. Namun di saat dirinya mengedarkan pandangan, matanya tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal.

"Anjir, ngegandeng siapa tuh orang?"

°
°
°
°
°
°
°

Tbc, guys ...

Luv u♡

Salam hangat,

Ayze🐰

08 Nov 2021


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang