who is she?

144 12 4
                                    

Aku tahu bahwa mungkin hubungan panjang dan lama akan semakin membosankan, dan kebanyakan akan berakhir dengan perpisahan. Seolah setelah bosan, kamu bisa menggantinya dengan orang baru. Namun, tidak.

Aku dan dia tidak seperti itu.

. . .

"Nit, udah nyobain menu baru di kafe depan kampus itu belum? Yuk, jajan di sana!" bujuk temannya itu berusaha menarikku paksa.

"Oke, aku anter, kamu yang belinya, ya!" putusku melepaskan tarikannya dan berjalan mendahului.

"Kali-kali jajan, kek, punya pacar kaya, kok, gak guna?" sindir Rin, teman satu jurusannya itu.

"Dikira pacar aing ATM berjalan? Apa-apa pake minta-minta segala, emang gue pengemis?!" Gini, nih, malasnya kalau harus pakai ada acara ke kafe, nongkrong dan sebagainya.

"Santey, wey santey!" balas Rin dengan nada ngegas yang tidak mau kalah. Berkebalikan sekali antara perkataan dan nada bicaranya. Gila!

Kuroo, entah apa yang dipikirkan orang lain tentang lelaki itu. Dia sangat royal kepada orang lain, sering mentraktir dan nongkrong sana-sini. Begitulah yang aku tahu dari orang lain.

Karena bagiku Kuroo tidak seperti itu. Dia kadang lupa dengan hal-hal kecil, bahkan ketika aku titip agar dia membelikanku yogurt stroberi sebelum berkunjung ke rumah, atau saat aku berpesan agar dia tidak memakan puding di kulkas saat aku sedang ke supermarket.

Lucunya, apa yang aku katakan Kuroo pasti melakukan kebalikannya. Entah sengaja atau lupa, lelaki itu selalu membuatku kesal hingga rasanya ingin saja kupukul pakai sandal Swalow-ku.

Kembali lagi, aku tidak terlalu suka suasana kafe, tempat yang didatangi banyak orang. Juga tidak terlalu suka menghabiskan waktu dengan hanya sekadar basa-basi tidak jelas, apalagi menghabiskan uang untuk nongkrong-nongkrong. Kami berkebalikan, makanya aku paling anti diajak ke kafe.

"Nit, bukannya itu Kuroo?" tanya Rin menunjuk salah satu meja yang berada di pojok ruangan, begitu kami baru saja memasuki kafe tersebut.

"Oh, benarkah?" tanggapku melihatnya sekilas dan berjalan menuju kasir, melihat menu-menu yang terpampang di etalasenya.

"Ihh, itu dia lagi sama siapa? Kok, akrab banget?! Cewek lagi," seru Rin heboh sendiri.

"Bukankah kamu mau mencoba menu barunya? Segera pesan aku ingin pulang," kataku sudah terlanjur tidak berselera. Apalagi melihat pemandangan di seberang sana. Kucing garong itu memang bebal!

Kuambil ponsel di saku celana, mencoba mengetik sebuah pesan untuk mengetes bagaimana jawaban orang itu.

Nita
Oy, di mana?

Mataku kembali menuju ke meja di seberang sana. Mereka terlihat akrab, bahkan Kuroo bisa tertawa lepas begitu mendengar candaan lawan bicaranya, yang dia adalah perempuan! Kurasa mereka bukan baru kenal, karena meskipun Kuroo orang yang humble, dia tidak seterbuka itu dengan orang baru.

Kucing Garong(Kuroo)
Parkiran, mau nongkrong sama temen

Lima menit kemudian pesan baru masuk, aku tersenyum menatap layar ponsel tersebut. Bertepatan dengan pelayan yang mengantarkan pesanan, bahkan hot chocolate ini tidak ada apa-apa daripada pemandangan di depan sana.

"Rin, aku duluan aja!" pamitku membereskan tas dan segera membayar pesanan.

Dia bohong.

. . .

Halolo, Nita di sini!

Ampun, jangan marah-marah karena cerita di toko sebelah belum pada beres udah buka yang baru, ehe. Beginilah nasib orang yang suka oleng sana-sini.

Ohoho, pertama kalinya nulis fanfiction. Jangan dihujat, woy! Lagian ini sekadar untuk memperlancarkan haluku, kalau dikasih nama y/n, y/n, tetep aja ini lidah bukan ganti pakai nama sendiri, tapi dibaca yn, yn. Sekalian aja buat cerita pakai nama sendiri, kapan lagi?😃

Dahlah, yang mau baca silakan. Yang enggak, kagak perlu mampirlah anji--.

JANGAN LUPA FOLLOW AND VOTE EUY!

Annoying Relationship | Kuroo TetsuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang