jaga dia

30 6 0
                                    

Menemukan gadis itu berdiri sendiri di sisi jalan, tanpa sadar bibirnya tidak sengaja memanggil, "Nita!"

"Iji, tumben jauh-jauh kemari," sapanya dengan senyum hangat.

Senyum itu, juga panggilannya yang tidak berubah dari dulu. Tanpa terasa kami malah menghabiskan makan siang bersama, dia tahu ada yang tidak beres dengan Nita. Namun, dia tidak ingin mengusik gadis itu lebih jauh, sampai Nita berinisiatif sendiri bercerita.

"Aku rasa Kuroo melakukan kecurangan," sahutnya tidak mungkin tidak membuat Akaashi terkejut.

Ternyata seperti itu, sebenarnya apa yang dipikirkan temannya itu sampai mencurangi gadis sebaik Nita? Bukankah mereka saling mencintai?

Kalau bukan karena Nita yang melarangnya menemui Kuroo, mungkin entah apa yang terjadi ke depannya. Mau tak mau ada sedikit sesuatu yang tertinggal tentang gadis itu, dia bukan seseorang biasa, tetapi berarti bagi Akaashi. Tentu, dia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti hati Nita, meski itu Kuroo sekalipun.

Akaashi hanya bisa menghela napas, kalaupun dia mendatangi Kuroo belum tentu itu akan menyelesaikan masalah. Mungkin saja Nita akan membencinya. Jadi, apa yang harus dia lakukan sekarang? Jawaban gadis itu sungguh membuatnya terkejut.

. . .

"Dah, Iji!"

Sosoknya mulai melangkah pergi, berjalan menjauh darinya. Itu tidak benar, ada sesuatu di hatinya yang merasa tidak rela, apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Biar aku antar pulang," celetuknya menggenggam tangan gadis tersebut. Nita sedikit terkejut, meski bersikeras tidak ingin diantar pulang karena mengatakan itu akan merepotkannya.

Apa yang tidak untuk Nita? Tangan yang begitu kecil dan rapuh, tetapi selalu tersenyum meski penuh luka. Dia ingin melindunginya, melindungi gadis itu. Namun, apakah dia pantas? Tangan kasar ini pantas melindungi malaikat kecil di sampingnya?

Bus berwarna biru itu melaju membelah jalanan kota, dengan dia dan pikirannya yang entah ke mana. Menoleh ke samping, menemukan Nita tengah terkantuk-kantuk, itu membuatnya terkekeh kecil. Selalu seperti itu, bisa dibilang puteri tidur yang tidak kenal tempat.

"Tidur saja di bahuku."

Pluk! Meskipun dia yang mengatakan begitu, tetapi tetap saja terkejut begitu kepala gadis itu bersender di bahunya begitu cepat. Entah kenapa dadanya berdetak kacau.

. . .

"Nita!!"

Seruan dari dalam kontrakan gadis tersebut membuat Akaashi sedikit terkejut. Pintu terbuka menampilkan Kuroo yang masih lengkap dengan sweater dan masker menatap orang di depan pintu, Akaashi dengan pacarnya tengah tertidur di gendongan lelaki tersebut.

"Oh, Akaashi! Maaf merepotkanmu sampai harus menggendong Pentil kemari," sapa Kuroo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sebenarnya perasaan keduanya tidak enak, Kuroo bertanya-tanya bagaimana Nita bisa bersama dengan temannya itu. Sementara Akaashi berusaha bersikap tenang, memikirkan orang yang dianggap temannya itu bermain di belakang Nita.

"Ya, Nita memang begitu bukan. Kami bertemu di jurusannya saat aku mengantar Kak Bokuto. Selebihnya Nita mengajakku makan siang dan aku mengantarkannya pulang. Dia tertidur begitu saja di bus, bisa dibayangkan jika tidak ditemani mungkin sudah berapa stasiun yang dia lewati." Akaashi bercerita disertai kekehan di akhirnya.

Mau tak mau mendengar hal tersebut Kuroo juga ikut tertawa. Ketegangan di antara keduanya mencair entah itu keburukan atau hal bagus, karena kebiasaan buruk Nita malah menjadi pembicaraan yang menarik di antara keduanya.

Kuroo mengambil alih tubuh kecil itu, menidurkannya di kasur yang empuk. Mengecup kening gadis itu singkat, dia datang kemari karena merasa bersalah meski saat sakit Nita yang merawatnya, tetapi begitu sembuh bahkan dia tidak menampakkan wajahnya di hadapan gadis itu.

"Sepertinya Bro, kau juga harus mencari pacar agar ada yang bisa kau ajak habiskan waktu bersama," goda Kuroo merangkul bahu Akaashi duduk di ruang tamu.

"Yah, aku belum merasa cukup untuk melindungi orang yang berharga bagiku," balas Akaashi berbicara dengan suara tenang dan seriusnya.

"Akaashi, kau terlalu mengkhawatirkan banyak hal! Jalani saja dulu," sahut Kuroo berkebalikan dengannya yang terlalu santai.

"Aku pulang. Tolong jaga dia!" Akaashi menepuk bahu Kuroo sebelum bangkit menuju pintu keluar.

"Jika kamu tidak bisa menjaganya. Maka aku yang akan menjaganya."

Ucapan itu hanya dibalas senyuman oleh Kuroo. Akaashi selalu tahu lebih banyak apa yang terjadi, dan dia cukup merasa bersalah. Mungkin bisa dibilang dia egois, menginginkan gadis itu, tetapi bermain dengan yang lainnya. Dia ingin bebas melakukan apa pun yang dia inginkan, tidak peduli bagaimana dengan orang lain.

Namun, di satu sisi Kuroo takut dia terlalu banyak melukai orang lain karena keinginannya.

"Til, aku harus gimana?"

. . .

Halolo, Nita di sini!

Bang Kuroo update, nih. Ceritanya makin berbelit-belit, coba tebak akhirnya bakal gimana?🥺

Hiks, yang baca banyak, yang vote dikit. Ayo, ayo vote biar aku makin semangat nulis lanjutan ceritanya!

JANGAN LUPA FOLLOW AND VOTE EUY!!

Annoying Relationship | Kuroo TetsuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang