13. The Video

912 161 69
                                    


Heejin tampak tersenyum memandang punggung laki-laki yang tengah duduk di depannya. Dia Jaemin, seseorang yang dulu pernah disukai oleh temannya, Minju. Siapa yang tidak mungkin jatuh cinta pada paras tampan laki-laki itu? Jawabannya tidak akan ada.

Selama ini, Heejin selalu menutupi perasaannya selama Minju masih hidup. Dan sekarang dengan tidak adanya Minju, ia dapat memberikan perhatian penuh kepada laki-laki itu. Seperti bekal makan siang sudah disiapkannya.

Senyum bahagia jelas terlihat di wajahnya. Membayangkan sang pujaan hati memakan bekal buatan koki di rumahnya pasti sangat menyenangkan.

Heejin segera beranjak dari bangkunya ketika dosen keluar dari kelas. Ia mengambil bekal makan siang dari dalam tasnya dan segera mendekati Jaemin.

"Jaemin," panggilnya yang langsung menatap kedua netra gelap itu. "Aku membuatkanmu makan siang sebagai ucapan terima kasih karena catatan yang kau pinjamnkan kemarin," katanya berbohong.

Jaemin hanya mengangkat alisnya. "Tidak perlu. Aku selalu makan dengan Roseanne. Permisi," tolaknya langsung keluar dari kelas meninggalkan Heejin yang tampak kesal.

Menyadari dirinya menjadi pusat perhatian teman sekelasnya, Heejin segera mengambil tas dan pergi. Wajahnya tampak kesal setelah mendapatkan penolakan dari orang yang disukainya. "Sial! Bagaimana bisa aku juga mendapatkan penolakan seperti muka dua Minju itu!"

Bekal makan siang yang ia bawa dibuang begitu saja ke tempat sampah. "Bagaimana cara menarik perhatian Jaemin?" tanyanya pada diri sendiri. "Selalu senior satu itu mulu yang ada dipikirannya. Apa dia tidak tahu kalau senior itu lebih tua darinya?! Ah membayangkan itu saja membuatku kesal!"

"Wah musik yang indah. Apa kau mendengarnya?" kata salah satu mahasiswi yang berpapasan dengan Heejin.

"Jelas sekali. Siapa coba yang tidak mendengar permainan seindah ini, bila disiarkan melalui pengeras suara?" balas yang lainnya.

"Katanya Kak Rosè yang memainkan ini. Dia berbakat sekali. Sudah pintar, cantik, suaranya bagus dan pandai bermain piano lagi."

Mendengar itu membuat Heejin mengepal kedua tangannya. Aku yang lebih cantik dari dia! Apa mereka tidak sadar kalau aku terpilih sebagai sampul kampus untuk penerimaan mahasiswa baru? Ayolah, bahkan dulu bukan si senior itu! Cantik dari mananya.

Moonlight Sonata 1st movement.

Langkah Heejin terhenti ketika mendengar sebuah bisikan. Kepalanya bergerak ke segala arah mencari dari mana suara itu. Ia berbalik melihat kesekelilingnya. Mencari siapa pemilik suara itu.

"Siapa yang berbisik?" tanyanya, tapi hanya pandangan penuh tanya yang didapatkan olehnya. "Kalian pasti berbisik, 'kan?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang dikeluarkan oleh Heejin, semua orang hanya menggeleng dan berkata aneh. "Aneh? Kalian yang aneh!" katanya yang langsung berlari keluar.

Di suatu ruangan musik, Rosè tampak tersenyum. "Aku akan memberikanmu setiap penggalan Moonlight Sonata dari Beethoven. Masih ada dua movement lagi sebelum kematianmu, Jeon Heejin."

Tangan-tangan cantik itu masih setia menekan tuts-tuts piano. Mengabaikan pintu ruangan yang terbuka dan presensi kehadiran orang itu, Jaemin.

"Μούσα. Μου λείπεις," kata Jaemin memeluk Rosé dari belakang. (Muse. Aku merindukanmu)

"μου λείπεις επίσης?" tanya yang masih setia memeluk Rosé. Mencium leher belakang yang nampak begitu jenjang setelah menyingkirkan helaian-helaian rambut panjang. (Apa kamu juga merindukanku?)

Song & Music (Jaemin Rosé)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang