3. The Dream

1.8K 250 65
                                    


Seorang gadis terlihat tidak nyaman dengan tidurnya. Keringat mengalir dengan deras di permukaan wajahnya.

"Ha ... ha ... ha ... ha ... ku kira aku mengalami kecelakaan sungguhan. Kenapa mimpi itu terasa nyata?"

Dia mengambil gelas yang berada di nakas samping tempat tidur. Meminumnya dengan sekali tegak.

"Aku seperti mendengar alunan musik 'Für Elise' saat tidur tadi. Tapi hanya beberapa bait saja."

***

Rosé berlari sepanjang koridor rumah duka. Pagi hari ini setelah membaca pesan dari grup kelasnya, Rosé segera menuju rumah duka. Ia sama sekali tidak menduga bila Jaehyun mati karena tersambar petir.

Setelah Rosé berbelok di pertigaan lorong, ia dapat melihat teman sekelasnya berkumpul. Tidak lama, Rosé melihat Mingyu, Yugyeom, Bambam, Jungkook dan Eunwoo keluar dari ruangan.

"Rosé. Datang sama siapa?" Eunha yang melihat Rosé--sahabatnya--segera menghampirinya.

"Sendiri."

"Jaemin kemana?"

Semua perhatian laki-laki yang ada di situ langsung tertuju kepada mereka berdua. Hanya karena Eunha menyebutkan nama Jaemin.

Bukan menjadi sebuah rahasia umum bila semua laki-laki di kampus menyukai semua primadona kampus, tanpa terkecuali seisi kelas Rosé dan Eunha. Tapi saat mengetahui Rosé menjalin sebuah hubungan dengan adik tingkatnya yang tidak lain dan bukan adalah Jaemin, membuat semua orang mengalami patah hati masal. Ya. Dikalahkan seorang adik tingkat itu seolah merusak harga diri mereka.

"Jaemin akan menyusul ke sini. Dia baru mendapatkan pemberitahuan kalau semua jadwal kelas pagi dibatalkan."

Suara helaan napas terdengar serempak tanpa disadari oleh Rosé dan Eunha. Bagaimana tidak kecewa bila si Buntut selalu mengekor ke mana pun pemiliknya pergi.

"Sebelum Eunwoo masuk ke ruang duka, dia memberitahukan pihak kampus mengenai kematian Jaehyun. Karena pihak keluarga belum ada yang memberitahu kampus perihal ini," jelas Eunha.

Rosé mengangguk mengerti. Ia dapat melihat ke-lima wajah teman terdekat Jaehyun begitu murung. Mereka pasti sangat terpukul akan kematian Jaehyun yang terkesan begitu tragis, pikir Rosé saat ini.

"Junhoe mana?" tanya Rosé yang menyadari tidak adanya Junhoe di antara mereka berlima.

"Tadi dia bilang mau ke belakang. Saat aku datang, pandanganya telah kosong. Aku yakin, Junhoe pasti sangat terpukul," kata Eunha yang mengingat bagaimana kondisi Junhoe.

"Kurasa apa yang kau katakan benar, Eunha. Kehilangan teman yang telah bersama sejak kecil itu pasti membuatnya sangat terpukul," kata Rosé. "Sama seperti apa yang kurasakan dulu. Terpisah dari orang yang kusayangi," lanjutnya dengan suara sangat pelan.

Rosé mengatakan itu dengan mata yang berwarna hitam pekat. Warna matanya kembali normal setelah Rosé berkedip.

"Eunha. Apa kau akan menemaniku untuk masuk? Kau tahu bukan kalau aku tidak sanggup melihat bagaimana kondisi jenazah Jaehyun."

Mendengar permintaan Rosé, Eunha melipat kedua tangannya di dada. Menggerakkan telapak kaki kanannya dengan tumit sebagai tumpuannya. "Apa kau lupa sesuatu, Roseanne Park?"

Pertanyaan Eunha membuat Rosé tersenyum menunjukkan deretan giginya. Seakan dia lupa akan suatu hal. Eunha sama seperti dirinya.

"Kalau begitu aku akan mengajak mereka untuk menemaniku."

"Mereka?" tanya Eunha yang menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya. "Tidak akan mungkin. Asal kau tahu. Wajah mereka seketika menjadi pucat pasi saat tahu jenazah Jaehyun seperti apa," jelas Eunha dengan suara sedikit ditinggikan seakan menyindir mereka semua.

Song & Music (Jaemin Rosé)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang