bagian 4 : dua latar belakang berbeda

116 19 4
                                    

Warning : typo! Kalau ada boleh ditandai.

.
.

Kejadian lamaran dadakan yang terjadi pada Icha, membuat gadis cantik itu masih merasa bahwa semua itu mimpi.

Padahal, jelas-jelas ia menjadi salah satu mahasiswi yang namanya paling banyak dicari dan dibicarakan setelah kejadian tersebut. Bahkan parahnya lagi, beberapa video lamaran itu beredar di situs kampus dan juga sosial media.

Sudah dua hari berlalu. Namun, tidak ada tanda-tanda Iqbaal datang kepadanya. Pria itu hanya bilang pada Icha, untuk meminta restu sendiri-sendiri. Jika, sudah kabarkan kepadanya.

Gadis berpakaian longgar dengan jilbab coklat berdiri di depan Nur, Tantenya. Ia menyuguhkan dua gelas teh hangat dan juga cireng buatannya.

Di sisi Nur ada sang suami yang bernama Joko. Icha memberanikan diri untuk di depan Tante dan Omnya.

"Tante Nur," panggil Icha ragu-ragu.

"Kenapa?" tanya Nur dingin.

"Ada lelaki yang melamar Icha, Tan. Menurut Tante kayak gimana?" tanya Icha pada sang Tante. Bagaimana pun, Nur adalah wali Icha, sekaligus orang yang membesarkan Icha selama sepuluh tahun lamanya.

"Pacar kamu?" tanya Nur langsung meletakan cangkir teh di atas meja.

"Bukan, Tan. Kakak senior Icha."

"Udahlah Ca, terima aja. Lumayan, kalau punya suami, bisa nampung kamu sekaligus bayarin kuliah kamu."

"Tante sama Om nggak ada persyaratan apa-apa?"

Nur mengambil satu cireng di piring.

"Semakin cepat, semakin baik. Kami udah membesarkan kamu 10 tahun, semenjak Bundamu meninggal."

Icha merapatkan kedua bibirnya. Sejak kecil, Icha tahu betul bahwa ia dianggap sebagai beban oleh keluarga Nur.

***

Mobil hitam itu masuk ke dalam pekarangan rumah bertingkat dua milik kedua orang tuanya.

Iqbaal turun dari dalam mobilnya dan bergegas masuk ke dalam rumah. Sudah tiga tahun, semenjak Iqbaal pindah dan tinggal sendiri di apartemennya. Namun, rumah tetap saja jadi tempat utamanya untuk pulang.

Iqbaal menyalami punggung tangan Alfina---Mamanya, lalu beralih pada Younes---Ayahnya yang berdarah campuran Lebanon, Jerman dan Indonesia.

"Tumben pulang." Younes bersuara sambil merangkul sang anak dengan akrab seperti temannya.

"Kok pulang nggak bilang-bilang, padahal Mama bisa masak buat kamu, Bal."

Iqbaal melepaskan rangkulan sang Ayah, lalu menghampiri Alfina.

"Ma, Iqbaal mau nikah."

"Hah! Nikah?" Alifa menatap Iqbaal kaget. "Jangan bilang, kamu!!"

"Iqbaal nggak hamilin siapa-siapa kok, Ma."

Alfina menghela napas lega. Hampir saja jantungnya copot. Ia menatap ke arah Younes, suaminya.

"Askim, anak kita mau menikah?" tanya Alfina pada sang suami.

Younes mendekat pada Alfina dan juga sang anak. Mencoba memahami situasi yang sedang terjadi.

"Kamu mau menikah sama Agatha?" tanya Alfina hanya bisa memikirkan satu orang, yaitu Agatha. Gadis cantik itu dulu sering sekali berkunjung ke kediaman mereka. Namun, semenjak Agatha kuliah dokter di Jogja Alfina sudah jarang bertemu dengannya.

KAMU! ISTIMEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang