Part ini sedikit mature. Bijaksana guys.
***
Agatha meraih secangkir teh yang disuguhkan Icha beberapa menit yang lalu.
Pupil biru lensa gadis berkulit seputih susu itu tidak beranjak sedikit pun dari siluet Icha. Agatha mengamati Icha dalam diam, wanita itu bertubuh sintal, dengan kulit putih langsat, ditambah baju tidur bergambar Spongebob. Jelas, jauh dari tipe seorang Iqbaal.
"Dia hamil?" tanya Agatha to the point. Menurutnya, hanya itu satu-satunya kenapa Iqbaal bisa menikah dengan sosok seperti Icha.
Mungkin saja, wanita itu menggoda Iqbaal. Menyerahkan dirinya pada Iqbaal, atau bahasa kasarnya menjebak Iqbaal agar ia dinikahi oleh pria sesempurna Iqbaal. Agatha sungguh curiga dengan wanita yang berlagak pendiam itu.
Icha mengangkat pandangannya, menatap ke arah Agatha yang saling berpandangan satu sama lain.
"Dia nggak hamil." Iqbaal menjawab jujur. "Jadi, kenapa kamu kemari?" tanya Iqbaal sedikitpun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Agatha.
"Aku rindu sama kamu," jawab Agatha tenang. Ia menatap Iqbaal lalu tersenyum, setelahnya Agatha melirik Icha yang nampak menatapnya cukup dalam. "Bercanda kok, hehe. Ada something, kamu kan tahu Mama seperti apa, Bal. Aku kabur dari Jogja, dan aku nggak bisa pulang ke rumah. Jadi, aku nginap di sini selama beberapa hari. Bisa kan?"
Iqbaal menatap cangkirnya yang tidak tersentuh. "Aku---"
"Please, Bal. Kartu ATM aku dibekukan Mama. Aku nggak bisa kemana-mana. Sampai detik ini, Mama masih ngatur hidup aku, kamu tahu itu. Bisa, kan?"
"Aku perlu persetujuan istriku."
Agatha menatap Icha, sementara Icha memandang ke arah Iqbaal.
"Kenapa? Padahal ini apartment kamu."
Iqbaal tidak menyahut, ia menoleh ke arah Icha yang nampak diam tanpa suara.
"Jadi, gimana Ca? Apapun keputusan kamu, aku menghargai itu."
"Aku terserah Kak Iqbaal. Kayak yang Agatha bilang, kalau tempat ini milik kamu." Icha pastinya gila. Hatinya tidak ikhlas. Namun, dengan berat hati ia harus mengatakan itu.
"Yaudah, kamu bisa tinggal di sini. Kamu bisa tidur di kamar aku, Ta. Biar aku yang tidur di sofa."
"Kamar tamu kan ada, Bal? Kalian nggak tidur bareng?" curiga Agatha.
"Kita tidur bareng," kata Icha pada akhirnya. "Tapi, kamar tamu ... juga aku pakai."
***
Agatha duduk di tepi ranjang. Menatap seisi ruangan yang diisi oleh barang-barang kepunyaan sang nyonya Iqbaal, yaitu Icha.
"Jadi, selama ini kalian pisah ranjang?" tanya Agatha sambil tersenyum kecil. Ia tidak mudah dibohongi oleh pasangan palsu itu.
Menikah atau tidak. Agatha bisa melihat, bahwa tatapan Iqbaal masih sama kepadanya. Pria itu, masih mencintainya.
Drrttt ... drrttt!
Panggilan masuk itu kembali menghubungi Agatha. Nama Kenny tertera dilayar, menunjukan si pemanggil.
Drrttt ... drrttt!
Agatha lagi-lagi mengabaikan panggilan tersebut.
Tidak lama sebuah notif muncul, membuat Agatha diam-diam mengintip pesan masuk itu. Seketika, ia merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU! ISTIMEWA
ChickLitOn going! Update : Friday Bisa lebih kalau tidak sibuk. *** Annisa atau yang lebih akrab dipanggil Icha benar-benar terkejut ketika seorang pria melamarnya di tengah-tengah keramaian kampus. Pria itu bukan sembarang pria, dia adalah Iqbaal, ia aktif...