Pagi menjelang, raut wajah lelah terlihat di wajah Emak dan Bapak, lingkaran hitam menghiasi mata, tanda jika semalam keduanya kurang tidur. Rembulan, yang menyadari situasi keluarganya yang sedang tidak baik, berinisiatif untuk menggantikan tugas Emak memasak dan menyiapkan sarapan. Karena itu selepas subuh, Rembulan sudah sibuk berkutat di dapur, paling tidak Emak dan Bapak memiliki tenaga untuk menemani Joko periksa ke puskesmas.
"Kamu ndak siap-siap ke sekolah nduk?" Tanya Emak, di depan pintu dapur, rambut emak terlihat kusut masai, semakin terlihat jelas kelelahan di wajahnya.
"Iya mak, ini sudah hampir siap. Kalau sudah selesai, baru Rembulan siap-siap ke sekolah. Joko gimana mak, panasnya sudah turun?" Tanya Rembulan sembari tangannya sibuk mengaduk teh panas dalam gelas, di hadapannya sudah tersedia telur ceplok,tempe goreng dan sayur lodeh sisa kemarin.
"Masih panas nduk, nanti tolong kamu ke sekolah Joko, untuk mengizinkan adikmu ke guru kelasnya ya," perintah emak pada Rembulan, dengan takzim dan patuh Rembulan mengangguk sebagai tanda mengiyakan.
Selesai mempersiapkan sarapan. Rembulan segera masuk ke kamarnya, dan mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah. Setelah rapi, Rembulan segera mencari Emak dan Bapaknya, untuk berpamitan. Dibukanya kamar Joko, terlihat Emak dan Bapak sudah rapi dan bersiap untuk membawa Joko ke Puskesmas.
"Sudah siap ngih pak, mak?" tanya Rembulan pada kedua orangtuanya.
"Iya nduk, kamu hati-hati berangkatnya ya," Jawab Bapak singkat, sementara itu emak sedang mempersiapkan Joko dengan mengganti bajunya. Joko sendiri sudah bangun dari tidurnya, namun, tubuhnya terlihat lemas, dan kedua matanya terlihat sayu.
Rembulan mendekat, dan menyentuh kening adiknya itu, terasa suhu tubuh Joko, yang masih panas, membuat Rembulan menjadi semakin cemas, "Joko mau makan dulu?" Tanya Rembulan pada adiknya. Joko menggeleng lemah.
"Tadi saja, Emak memberi Joko minum teh hangat, dia muntah nduk," Emak menjawab pertanyaan Rembulan, raut wajahnya terlihat begitu cemas.
"Iya Mak, berarti Joko, harus segera dibawa ke puskesmas, Mak," Ujar Rembulan, "Saya berangkat dulu ngih Mak, Pak, Assalamualaikum," Rembulan mencium tangan kedua orangtuanya untuk berpamitan.
Begitu Rembulan keluar kamar, ternyata di depan pintu terlihat pak lurah, sedang berdiri di depan pintu, bersiap untuk mengucap salam, "Lho pak Lurah, wonten nopo ngih, pak?" Rembulan tergopoh-gopoh, menemui pak lurah.
Melihat Rembulan, senyum pak Lurah mengembang, dia terlihat bahagia, "Bapak ada?" Tanya pak Lurah pada Rembulan.
"Wonten pak, tapi, sedang bersiap untuk ke puskesmas," Jawab Rembulan.
"Lho, kenapa? Siapa yang sakit?" Tanya pak Lurah, wajahnya terlihat cemas.
Terdengar suara derit pintu kamar dibuka, terlihat Bapak, keluar dari dalam kamar, begitu melihat pak Lurah, Bapak bergegas mendekat pada pak Lurah, "Ngapunten pak, wonten nopo ngih? Pagi-pagi kok sudah sampai di sini?" Bapak terlihat berdiri takzim di hadapan pak Lurah, sebagai penghormatan.
"Sebenarnya ada yang mau saya bicarakan berdua pak, tapi, kata Bulan, mau ke puskesmas. Siapa ngih yang sakit?" Pak Lurah bertanya dengan nada kuatir.
"Itu, si Joko pak. Badannya panas dari semalam," Jawab Bapak.
"Lho, kok bisa?" Tanya pak Lurah seolah terkejut.
"Lha itu, saya ndak tahu. Karena itu saya dan istri mau antar ke puskesmas, biar diperiksa," Jawab Bapak, tiba-tiba terlihat Emak keluar kamar sambil tangannya memapah tubuh Joko. Begitu melihat pak Lurah, Emak menjadi terkejut.
"Lho pak Lurah, kok pagi-pagi sudah kemari, wonten nopo ngih, pak?" tanya Emak.
"Tadi saya ada perlu dengan Bapak, tapi, ada yang sakit, jadi ya wes lah. Trus Joko diantar naik apa ngih?" Tanya Pak Lurah pada Bapak dan Emak, sementara itu Rembulan sudah terlihat resah, karena jam nya sudah mepet.
"Sama kami pak, Rembulan yang akan ke sekolahnya Joko, untuk mengizinkan Joko, ke wali kelasnya," Jawab Bapak.
Pak Lurah menatap Rembulan, dia seolah memahami keresahan yang terlihat di wajah Rembulan, "Saya antar ya, ke sekolah nya Joko, biar saya yang pamit kan Joko ke wali kelasnya," Perkataan Pak Lurah yang spontan, membuat ketiganya terkejut, Rembulan, Bapak dan Emak, saling bertatapan seolah tak percaya, rasa segan terlihat di wajah mereka.
"Nanti merepotkan, pak," Ujar Bapak.
"Ndak apa-apa, kasihan Rembulan kalau sampai terlambat ke sekolah, ini jam nya juga sudah mepet. Biar saya antar Rembulan dulu ke sekolah, baru saya ke sekolah Joko, bagaimana?" Jawab Pak Lurah, sambil melirih ke arah Rembulan.
"Piye nduk?" Tanya Bapak pada Rembulan. Bapak tahu, jika, Rembulan juga merasa segan jika harus diantar oleh pak Lurah, namun, di satu sisi perkataan pak Lurah ada benarnya, sebab, jika Rembulan ke sekolah Joko terlebih dahulu, maka, sudah pasti Rembulan akan terlamat masuk sekolah.
Rembulan menatap pada Emak, seolah berusaha mencari jawaban dari Emak. Namun, Emak yang konstrasi penuh pada Joko, tak memperhatikan sinyal yang diberikan oleh Rembulan, Akhirny, dengan terpaksa Rembulan memberikan jawaban.
"Apa tidak merepotkan, pak?"Tanya Rembulan untuk meyakinkan.
"Ndak apa-apa, sebab, rasanya kurang pas juga, kalau Rembulan yang diminta untuk mengizinkan ke sekolah Joko, lagipula sebagai lurah disini, saya bertanggung jawab penuh atas warga disini," Jawaban Pak Lurah, membuat Rembulan merasa lega. Disingkirkannya rasa segan dihatinya, sekali lagi Rembulan berpamitan pada Emak dan Bapak, dan setelah itu, dia langsung mengekor pada pak Lurah.
Pagi ini, Rembulan berangkat ke sekolah dengan diantar oleh pak Lurah, sesuatu yang langka terjadi. Meski segan, namun, Rembulan merasa lega, sebab bagaimanapun dia merasa tertolong oleh pak Lurah. Disisi lain, pak Lurah juga merasa sangat bahagia, sebab, ahirnya dia bisa membonceng gadis yang dianggapnya sebagai calon istrinya. Sepanjang perjalanan, pak Lurah tersenyum tanda hatinya sedang berbunga-bunga. Sungguh, sebuah hari yang aneh bagi Rembulan, namun, sekaligus hari yang membahagiakan bagi Pak Lurah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Rembulan.
RandomSebuah novel bercerita tentang impian dan cita-cita seorang gadis remaja, yang akhirnya, harus mengorbankan impian dan cita-citanya untuk kebahagiaan keluarganya.