Hati pak Lurah berbunga-bunga, jika, bisa dilukis maka, akan mungkin akan bisa dilukiskan dengan warna-warni indahnya bunga. Sepanjang perjalanan, dari rumah Rembulan sampai tiba di sekolah Rembulan, senyum selalu mengenang di bibir pak Lurah. Baginya, bisa mengantarkan gadis yang telah mencuri hatinya itu, adalah, sebuah anugerah.
Pak Lurah menghentikan laju sepeda motornya, begitu tiba di depan pintu gerbang sekolah Rembulan. Begitu sopan dan hormat Rembulan pada dirinya, membuat hati pak Lurah semakin tidak karuan. Aih- begitu cantik dan ayu gadis pujaannya itu.
Semua mata memandang ke arah Rembulan dan pak lurah, mereka menatap keduanya dengan tatapan penuh tanya. Namun, pak Lurah tidak peduli, hanya,saja dia sempat melihat Rembulan yang agak rikuh memperoleh tatapan dari teman-teman sekolahnya.
"Lo, njenengan kok disini pak? Ada apa ngih?" Tanya pak Samikum, guru matematika, sekaligus ketua RT di tempat tinggal Rembulan.
"O, pak Samikum. Inggih, ini antar Rembulan ke sekolah, kebetulan tadi pagi, saya ke rumah Rembulan, ternyata adiknya sakit panas. Jadi, saya menawarkan bantuan untuk ke sekolah Joko, sekaligus mengantarkan Rembulan," Pak Lurah menjelaskan pada pak Samikum, alasan, mengapa dia sampai ke sekolah Rembulan. Pak Samikum yang mendengar penjelasan Rembulan, mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia sudah tahu betul watak pimpinan desanya itu. Meski terkenal genit pada semua wanita, terutama jika statusnya janda dan gadis. Namun, disisi lain, lurah desanya itu, terkenal sangat perhatian dan murah hati serta ringan tangan, jika, ada warga desanya yang kesulitan atau kesusahan, bisa dipastikan, dia akan langsung membantu.
"Joko sakit apa,pak?" Tanya pak Samikum.
"Nah Kuwi, Ndak tahu juga, tapi tadi pak'ne dan bu'ne Rembulan yang nganterke ke puskesmas," jawab pak Lurah.
"Walah, semoga Ndak ada kenapa-napa si Joko," doa pak Samikum yang kemudian diaminkan pak Lurah.
"Aku tak berangkat dulu ya, ke sekolahnya Joko, Ndak enak, sudah diamanahi. Assalamu'alaikum," pamit Pak Lurah, yang langsung berlalu begitu saja, dari hadapan pak Samikum.
***
Amanah nya untuk mengizinkan Joko ke sekolahnya, sudah selesai, pak Lurah segera kembali ke kantornya. Terlihat semua pegawai kelurahan sudah hadir. Dengan ramah pak Lurah menyapa mereka satu per satu, kemudian pak Lurah memasuki ruangan kerjanya.Tok,tok,tok.
Terdengar suara pintu ruang kerjanya diketuk,"Masuk!" Perintahnya, dari balik pintu, menyembul seraut wajah yang sangat dikenalnya. Pak Harmoko, sekertaris desa atau lebih dikenal sebagai juru tulis."Pak, ngapunten, tadi ada laporan dari puskesmas, kalau ada peningkatan warga kita yang positif demam berdarah," lapor pak Harmoko.
Pak Lurah, mengangkat wajahnya. Diletakkan bolpoint yang dipakai untuk tanda tangan berkas yang ada di atas meja kerjanya. Sorot matanya serius menatap ke arah pak Harmoko.
"Berapa orang pak, warga kita yang positif demam berdarah?" Tanya pak Lurah.
"Ada 15 orang pak, yang parah sekitar 10 orang dan sudah di rujuk ke Rumah sakit terdekat," pak Harmoko menjelaskan pada pak Lurah.
"Mayoritas pasien usia berapa?"
"Kebanyakan anak-anak,pak," Pak Harmoko membuka map berisi laporan yang ada di tangannya.
"Wah, bahaya itu pak. Segera koordinasi dengan pihak puskesmas, untuk melakukan tahap pencegahan. Kita harus melakukan Fogging di rumah penduduk," pak Lurah langsung memerintahkan pak Harmoko, untuk segera berkoordinasi dengan pihak puskesmas, guna melakukan pengasapan di daerahnya terutama di rumah-rumah warganya.
Pak Harmoko menganggukkan kepalanya, tanpa banyak bicara pak Harmoko langsung keluar dari ruang kerja pak Lurah, dan segera berangkat ke puskesmas untuk berkoordinasi.Sepeninggal pak Harmoko, pak Lurah terdiam, pikirannya berkecamuk, batinnya gundah. bukan karena Rembulan, tapi lebih karena dia mengkhawatirkan warganya. Apalagi, anak-anak banyak yang terkena.
Sejurus kemudian, pak Lurah teringat pada Joko, adik Rembulan. Dan karena itu pula, dia menjadi cemas, pak Lurah khawatir jika Joko terkena demam berdarah, bagaimanapun Joko adalah calon adik iparnya, jadi, rasanya wajar,jika, dia juga merasa khawatir.
Pak lurah terdiam,jemari tangannya berulangkali diketuk-ketukannya ke atas meja kerja. Dia gelisah,ingin bertanya,tapi dimana dia harus mencari informasi, tanpa ada yang mengetahuinya. Tiba-tiba pak Lurah tersenyum, diambilnya ponsel milik nya kemudian dia menekan sebuah nama di kontak teleponnya.
"Rif, saya minta tolong, kamu carikan informasi keadaan Joko, adik lelaki Rembulan, sekarang dia di puskesmas. Aku Ndak enak kalau langsung kesana, nanti kelihatan sekali kalau aku, sedang usaha mendekati Rembulan," Ujar pak Lurah pada seseorang diseberang sana, yang dipanggil Rif.
Setelah selesai menelepon, pak Lurah tersenyum,terlihat rasa lega di wajahnya. Yah- dia akhirnya meminta bantuan pada sahabat lama sekaligus orang kepercayaannya untuk membantunya mencari informasi keadaan Joko, di puskesmas. Hanya sahabatnya itu, yang benar-benar mengetahui rahasia hatinya, yang mencintai Rembulan, pada sahabatnya itu juga, dia menceritakan keinginannya untuk mempersunting Rembulan. Yah- dia memang berniat mempersunting Rembulan, dan dia sedang berusaha untuk mendekati Rembulan dan keluarganya, agar dia bisa merebut hati Rembulan. Dan, seperti sudah diatur oleh Allah, tadi pagi adalah sebuah berkah, karena dia yang tadi pagi berniat untuk bertamu membahas masalah ladang, ternyata harus memperoleh kesempatan emas untuk mendekati Rembulan,ditengah kesulitan keluarga Rembulan. Setidaknya apa yang tadi dilakukannya adalah sebuah langkah awal baginya untuk mendekati Rembulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Rembulan.
RandomSebuah novel bercerita tentang impian dan cita-cita seorang gadis remaja, yang akhirnya, harus mengorbankan impian dan cita-citanya untuk kebahagiaan keluarganya.