Perjalanan ke Solo yang sudah di lakukan oleh Rembulan, Gendis dan Yuda, berakhir dengan rasa yang tidak menyenangkan bagi Rembulan. Semua kata-kata Yuda, diingat dengan baik oleh Rembulan,membuat dirinya menjadi sakit hati. Untuk melupakan itu semua, Rembulan berusaha berpikir positif, jka, sebenarnya semua orang yang menyebarkan rumor tentang dirinya dan pak lurah, adalah, orang-orang yang tidak tahu pasti tentang kejadian yang sesungguhnya. Karena itu, dia berusaha untuk mengerti dan memahami semua perkataan Yuda tentang dirinya.
Fokus, yah-hanya focus pada persiapan ujian sekolah saja, itu yang bisa dilakukannya. Dia, tidak ingin semua hal yang negative menjadi beban pikirannya. Akhirnya, hanya tumpukan kertas dan buku yang menjadi teman dan sahabat sejatinya. Pikirannya benar-benar dicurahkan untuk persiapan ujiannya saja. Tujuannya masih sama, yaitu, menjadi yang terbaik di sekolah dan menjadi mahasiswi kedokteran.
***
Pagi ini ketika bu Saripah dan pak Pariman di ladang, pak Lurah datang menghampiri mereka berdua. Dengan nada suara pelan, pak Lurah, menyatakan niat nya sekali lagi, jika, dia ingin menikahi Rembulan, saat itu, bu Saripah menjawab, jika, semua itu tergantung pada Rembulan, namun, ternyata pak Lurah mengingatkan pada kedua orangtua Rembulan jika, keduanya masih memiliki hutang yang belum dibayar.
Mendengar perkataan pak Lurah, kedua orangtua Rembulan terdiam, mereka menyadari jika, itu artinya pak Lurah, secara halus memaksa mereka untuk melunasi semua hutang, dan kalau tidak bisa melunasi,maka,Rembulan diminta untuk menjadi istrinya. Akibat perkataan pak lurah, kedua orangtua Rembulan, menjadi pusing, hati mereka menjadi gundah gulana tak menentu. Belum selesai mereka bekerja, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah, sembari menenangkan pikiran mereka.
Bu Saripah dan pak Pariman, duduk termenung di ruang tengah, sepiring singkong goreng dan teh hangat terhidang di atas meja. Wajah mereka berdua terlihat muram, perkataan pak Lurah masih terngiang dengan jelas di telinga keduanya.
"Assalamualaikum, lho, kok emak dan bapak ngelamun disini?" tanya Rembulan dengan nada suara terkejut,karena melihat kedua orangtuanya duduk diam di ruang tengah.
"Waalaikumsalam, sudah pulang to nduk?" Emak, terkejut melihat Rembulan yang sudah berada di rumah.
"Sini nduk, bapak dan emak mau bicara," Bapak melambaikan tangannya pada Rembulan, tanpa melepaskan seragam sekolah yang dikenakannya. Rembulan, duduk disamping bapak. Emak dan Bapak saling berpandangan, mereka berdua terlihat bingung untuk memulai pembicaraan.
"Wonten nopo to?" Tanya Rembulan pada kedua orangtuanya.
"Piye yo nduk, bapak dan emakmu ini bingung," Wajah Bapak benar-benar terlihat bingung.
"Kenapa to pak? Kok ndak seperti biasanya,"Tanya Rembulan, tatapan matanya juga terlihat bingung.
"Nduk, kamu ingat kejadian waktu Joko sakit?" emak berusaha mencari sebuah kalimat pembuka yang pas dan tepat untuk menceritakan maksudnya.
"Inggih, saya ingat, terus kenapa ngih, mak?" tanya Rembulan.
"Tadi pagi, pak Lurah datang ke ladang, dia mengingatkan akan hutang kita terhadap pak Lurah," Ujar bapak, berulangkalai rokok di tangannya, diputar, wajahnya terlihat tegang dan bingung.
"Lantas?" Tanya Rembulan,seolah dia bisa merasakan ada sesuatu yang masih belum tuntas untuk diceritakan.
"Kalau emak dan bapak tidak bisa melunsi hutang, maka..." Bapak tidak jadi melanjutkan kalimatnya, wajahnya bingung, berulangkali ditatapnya wajah emak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Rembulan.
RastgeleSebuah novel bercerita tentang impian dan cita-cita seorang gadis remaja, yang akhirnya, harus mengorbankan impian dan cita-citanya untuk kebahagiaan keluarganya.