Pekerjaan berladang pun selesai, dengan penuh kegembiraan mereka bertiga, menuju ke anak sungai, yang terdapat di dekat ladang milik pak Lurah. Sungai yang tidak terlalu lebar dan besar, dengan bebatuan besar di sekitarnya, serta air yang mengalir jernih dan bersih. Langitpun seolah mendukung mereka bertiga, dengan matahari yang tadi bersinar terik, secara tiba-tiba menjadi redup dan syahdu, membuat mereka bertiga semakin kegirangan bermain air.
Di pinggir sungai, terdapat rerumputan hijau yang tumbuh subur, Yuda, yang memang tidak terlalu aktif dan memiliki pribadi yang tertutup, memperhatikan Gendis adiknya dan Rembulan, sembari jemari tangannya memainkan rumput hijau. Hati Yuda berdebar, ketika dia melihat Rembulan yang asyik memainkan kaki-kakinya di atas air sungai. Celana panjang Rembulan sudah basah separuh, sementara kaus yang dikenakannya basah bagian atas, hingga lekuk tubuh Rembulan terlihat begitu indah. Di hadapan Rembulan, Gendis adiknya, terlihat asyik berendam di dalam air sungai, tidak dihiraukannya Yuda, yang sedang terpana melihat Rembulan,
"Mas, Sini, ayo main! Airnya segar, jernih, Tenang, mas Yuda ndak akan hanyut, disini banyak batu besar dan debit air tidak tinggi," Teriak Gendis pada Yuda, yang sedang duduk di atas rumput yang berada tak jauh dari mereka.
"Ndak apa-apa mas, ayo sini!" Rembulan pun terlihat berusah mengajak Yuda, untuk bermain air bersama. Mendengar seruan ajakan Rembulan, hati Yuda bergeming. Perlahan dia bangkit dari duduknya, dan mendekat pada dua gadis remaja tersebut.
"Nah gitu dong!" Teriak Gendis kegirangan, ketika melihat kakak lelakinya itu berjalan mendekat pada mereka berdua. Ketika Yuda, sudah semakin dekat dengan mereka berdua. Tiba-tiba Gendis.menyiram Yuda, dengan air sungai yang diambil dengan kedua tangannya. Yuda, menjadi sangat terkejut, reflek dia menghindar ke arah samping, tepat di sisi kiri Rembulan. Naas, ketika menghindar itu, tiba-tiba, kaki kanan Yuda, terantuk batu, dan akhirnya tubuh Yuda, jatuh menimpa Rembulan.
Rembulan meringis kesakitan, tangannya berusaha menahan bobot tubuh Yuda, agar tidak langsung menimpa tubuhnya, namun, apa daya tubuhnya yang mungil tidak mampu menahan berat tubuh Yuda, akhirnya keduanya jatuh dengan posisi Yuda berada di atas tubuh Rembulan. Saat itu, kedua mata mereka saling bertemu, sesaat, serasa dunia berhenti seketika, bahkan teriakan Gendis yang terkejut melihat kakaknya jatuh di atas tubuh sahabatnya itu, tak terdengar di telinga mereka berdua.
"Bulan, kamu ndak apa-apa?" Suara Gendis yang terdengar panik mengejutkan keduanya, seketika Yuda bangun, dan melihat ke arah tubuh Rembulan, untuk memastikan, ada atau tidaknya luka di tubuh Rembulan. Mendengar pertanyaan Gendis, Rembulan hanya menggeleng pelan, dia tidak menjawab, namun, wajahnya terlihat malu. Yuda, menyadari hal tersebut, perlahan Yuda, mengambil tangan Rembulan, dan membantu Rembulan membersihkan tubuhnya, dari tanah yang menempel di baju yang dikenakannya.
"Ada yang luka? Maaf ya, aku tadi ndak sengaja," suara Yuda terdengar lembut dan lirih. Namun, rasa cemas juga terdengar disitu. Rembulan tersenyum dan menggeleng pelan pada Yuda. Gendis dan Yuda, merasa lega melihat Rembulan baik-baik saja. Namun, tiba-tiba Gendis memukul lengan kakaknya keras.
Blugh!
"Aduh! Kenapa mas Yuda dipukul dik?"Yuda berteriak mengaduh, sebab pukulan Gendis terasa begitu keras, hingga membuat lengan Yuda, terasa sakit.
"Mas sih, ga hati-hati, makanya, jangan terlalu semangat mas, coba kalau..." Belum selesai Gendis mengomel pada kakaknya, tiba-tiba jari telunjuk Rembulan menutup mulut Gendis,seoalah memberi isyarat pada Gendis untuk tidak melanjutkan kalimatnya.
"Sudah, aku ndak apa-apa, ora usah marah-marah," Suara Rembulan terdengar begitu lembut ketika berbicara, membuat Yuda dan Gendis kompak terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Rembulan.
De TodoSebuah novel bercerita tentang impian dan cita-cita seorang gadis remaja, yang akhirnya, harus mengorbankan impian dan cita-citanya untuk kebahagiaan keluarganya.