05. Ulah

45 5 0
                                    

Sudah satu minggu, Alexa bersekolah di Lenald High School milik Papanya --Andrea.

Pembullyan dari Abel cs selalu ada. Ia masih dalam keadaan beruntung, karena Alfian belum mengetahuinya. Jika, kakaknya mengadu ke keluarga, pasti akan timbul masalah.

Kebetulan, hari ini, Alexa, Fio, dan Syafa berjalan ke ruang kelas bersama. Alexa mendudukan kepala. Fio, dan Syafa mengegam tangannya, menguatkan mental jika aura sekitar bersorak kembali.

"Most wanted, and the nerd!"

"Nerd guys!"

"Sekolah elite, kok masih ada nerd? Tolongin dia. Ckck."

"You do not deserve school here!"

"Jadi nerd, beruntung juga, eeh. Most wanted girl jalan sama dia."

"Sok cantik, ih,"

"Harga cantik-sok lo, berapa?"

"Impian nyata, eeh, ralat --mimpi lo terlalu tinggi, ew,"

Beberapa celotehan sekitar, membuat Alexa menyengir ditundukkannya. Ia hanya mendengarkan, tak membalas sedikit pun.

Fio, bernotabe anak dari kepala sekolah Lenald High School --milik nyokap Alexa ini, dan juga sekolah yang ia tepati ini untuk menuntun ilmu. Sedangkan Syafa mempunyai bakat di bidang seni. Dari keluarga sederhana. Sering memenangkan perwakilan sekolah di bidang musik. Ia, tak pernah patah semangat. Bahkan Syafa juga sering mengikuti lomba perwakilan sekolah. Beberapa kalangan siswa maupun siswi sudah jelas mengenalnya. Keduanya ialah siswi most wanted. Nama keduanya terkenal di kalangan murid Lenald High School.

Kalian tau kan? Resiko Nerd bareng most wanted? Bakal kena bullying. Namun, berjalan waktu, Alexa pasti lebih terbiasa.

Gue juga pantas kali, diposisi ini. Tapi, tunggu waktu. Ckckck. Cengir Alexa bergumam.

Fio Chelsy Rivina, sahabat Alexa dari kecil, rumah mereka juga berdekatan. Orangtua mereka pun telah bersahabat sejak lama.
Oh ya! Saat ini, Alexa selalu bergandengan dua siswi most wanted. Jelas. Ditambah dengan Daffa yang saat ini bersamanya di taman sekolah, mengisi keramaian taman saat ini.

Barusaja, Alexa bercerita banyak hal, terutama tentang penyebab dan alasan ia pindah ke sekolah ini. Daffa bersedia menjaga dengan baik.

"Yakin? Buat gue?"

Barusaja Daffa memberikan ice cream dengan syarat menemaninya di taman sekolah hari ini.

"Sederhana tapi selalu diingat." goda Daffa tertawa.

Sampai kapan pun ia begitu menyukai ice cream. Katanya sebagai mood. Kini Alexa tertawa. Begitu pula lelaki dihadapannya itu tak sepersen pun menurunkan kepedaanya. "Garing. Tapi, gue ketawa." kekeh Alexa ditengah tawa.

"Le, lo kok jadi kutu? Maksud gue kutu buku. Pakai kaca mata tebal gitu. Rambut dikepang pula. Emang kepala lo gak berat gitu?!" Daffa menyengir, gadis dihadapannya ini sungguh berbeda dari wujud asli yang ia kenal sebelumnya.

Gadis itu tersenyum, bertanda baik-baik saja. "Lebih nyaman. Gue bisa ngelihat kehidupan gue, tanpa kata fake."

"Tapi, yang selalu gue rasakan, gak sebaik yang mereka pikirkan." lanjutnya seolah tak ada apapun.

[✔] Heartbreak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang