18. Behind

15 5 0
                                    

Sedari tadi Alfian memperhatikan ke arah Alexa, gadis itu masih mengenakan ala nerd. Seragamnya telah tertutup oleh hoodie. Tak lupa kacamata nonminus yang ia pakai kini berpindah di atas kepala sebagai ala acesories.

"Ngapain lu lihat-lihat? Pakai mata pulaaa." Alfian mengalihkan arah. Terciduk.

Merasa diperhatikan Alexa segera mempergoki. Kedua kakaknya berada di tengah ruang keluarga. Kebetulan ruang tamu berdekatan dengan ruang keluarga tidak jauh dari ruang keluarga disitu dapur dan ruang makan berada.

Alexa melewati Alfian begitu saja mengambil camilan di dalam kulkas. Sambil menyemil Alexa melepas kepangannya lalu menyisir rambutnya kembali lalu melepas kacamata, tak lupa membersihkan bedak hitam yang ia digunakan mengunakan membersih make up sebelum membilas wajahnya.

Mengingat hari ini mood gadis itu tidak teratur. Apalagi mengingat pembicaraan mereka dengan Andrea. Seolahnya Papanya selalu menuntutnya dalam hal dunia perbinisan. Yah. Tetapi dari dalam lubuk hatinya, ia tak berniat menjadi calon pewaris. Bukankah itu tidaklah adil?

Merasa keduanya kakaknya sedari memperhatikan, apalagi Alfian tatapannya tak beralih dari dirinya. "Kalian kenapa sih? Lihatin gue miris." decak Alexa.

"Emang lo miris. Udah cantik, minta jadi nerd. Punya kulit putih gak mala bersyukur, dikasih salep penganti kulit. Setiap hari pakek kacamata padahal mata elu gak minus. Rambut dikepang pula. Hampr setiap hari di bully. Kalau boleh ...-"

Berapa panjang perkataan Alfian?

Gadis itu memotong ucapan Alfian dengan santai, "Ikutin alur gue gak susah kok. Having fun!"

Diam-diam Alfian selalu memperhatikan Alexa dari jarak jauh. Meski hubungan adik-kakak atau sekedar kedekatan keduanya tidak terlihat di lingkungan sekolah hingga saat ini. Karena Alexa bersih keras mengusirnya jika sang kakak --yang sering disebut cassanova itu mengarah ke arahnya. 

Jika beberapa perjanjian dilangar. Bisa-bisa dirumah menjadi adegan perang keduanya.

"Gue juga gak mau, fans cewek lo ngirain pelakor. Hahaha."

Gosipan mengenai Alfian ialah sang cassanova sekolah dan bisa juga sebagai pangeran sekolah? Mendekati perempuan dengan segudang pesona. Tetapi beberapa dari mereka masih ada yang mengangap kakaknya itu sombong? Memang berita angin tidak semua benar dan tidak semua dapat dibenarkan. 

"Buset, mulut lo setajam pisau."sahut Arlan. Yang awalnya fokus dengan tablet kini lekaki itu ikut bersuara sambil mengelengkan kepala.  

"Berani ngatain pelakor? Sini gue ajak  taruhan dugem!" Ancam Alfian membulatkan mata serius. "Beraninya ngatain adik gue!"

Alexa lagi-lagi tertawa selagi mengingat masa dulu.

"Lo adiknya Kak Alfian?"

Dua perempuan berseragam putih-biru menghalagi langkahnya. Sebelum menjawab mereka memberikan sebuah kotakan. Seperti bungkusan kado?

Kado?

"Tolong, kasihan ke Kak Alfian yaa!"

Ingin menolak tetapi salah satu dari mereka terlebih dahulu berkata. "Makasih, adek cantik!"

"Alfian gantengnya, adzubillah. Masa adiknya jelek, lo yah aneh. Bego deh!" Kedua perempuan ini --tak lain adalah kakak kelas tiba-tiba saling berdebat. Kesal. Alexa terlebih dahulu meninggalkannya tak berkata apapun meskipun terbilang tidaklah sopan. Lagipula satu minggu kemarin, Alexa masih berada dalam masa orientasi siswa.

[✔] Heartbreak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang