16. Bolos Pelajaran

18 5 0
                                    

Pagi ini pagi yang membosankan bagi seluruh murid kelas XI-F. Matematika. Pelajaran yang paling dihindari. Ditambah dengan si guru sedikit menghiraukan pelajaran. Mungkin karena sebagai guru baru jadi sedikit sulit untuk mendisiplinkan para siswa.

Bagi siswa yang menyukainya akan menyimak materi dengan semangat. Tidak dengan Arsen, lelaki itu kini telah melarikan diri setelah absen.

Bersiul menikmati udara segar di taman belakang sekolah. Tempat ini jarang dijangkau karena terlalu dengan koridor kelas. Paling tidak salah satu alternative untuk kabur, dan membolos. Ya. Jarang diketahui apalagi bagi para siswa yang datang terlambat hanya menaiki pagar yang lumanyan tinggi sudah lolos dari penjagaan guru kiler di gerbang utama.

"Meong!"

Arsen mengendong kucing kampung itu yang hendak mengeong selagi berbinar membuka mulutnya lebar-lebar.

Ia hanya membawa camilan tersisa namun tersisa hanya beberapa gigitan dalam satu kemasan yang Arsen sedang buka. Rasanya kucing itu kelaparan makanannya terlalu menarik perhatian kucing kampung berbulu putih itu.

"Gak dikasih ikan berapa hari." Arsen memberi camilannya beberapa potong. Meski tak ada jawaban, ia tetap bercelatuh meski kucing itu tidak bisa menjawabnya. Setidaknya mengeong dan mendengarkannya. Kucing itu sangatlah lucu lagi-lagi Arsen sengaja mengendong dan mengelus menjauhkan dari makanannya membuat kucing itu lagi-lagi mengeong.

"Besok lagi maen sama gue, biar gue kasih makanan yang lebih enak." Arsen menyender di dekat bawah pepohonan masih memperhatikan kucing putih itu.

"Kamu enggak gila, kan?"

Arsen langsung memutar tubuhnya mendengar suara lain dari tempatnya berada. Tak lama ia menyambut seseorang yang memergokinya dengan memperlihatkan cengiran khasnya.

"Lo sendiri ngapain kesini?" Siswi itu hanya mengangkat bahu beralih mengarah ke kucing kampung yang sempat Arsen beri makan sambil mengelus kepalanya. "Ada tapi dianggap tiada. Antara antara ada tiada." cibir Arsen mengalihkan arah.

Alexa tertawa lalu duduk sembarangan tepat sejajar dengan Arsen, "Yaela. Jadi pengen makan wafer."

"Siapa nyuruh duduk disitu?" 

Sebelum Alexa berpindah, Arsen segera menarik pergelangan tangannya menyuruh kembali duduk. Lalu menyodorkan camilan salah satu camilan 'Thao Kae Noi'.

"Sen? Ayoook solob!"

Arsen berbarik arah membulatkan mata ke arah Alexa. Dengan santainya, gadis berkempang ini mengajaknya membolos. "Gak lagi bercanda, kan?"

Sedangkan Alexa masih menguyah camilan runput lautnya dengan santai lalu mengelengkan kepala, berkata, "Kamu kira aku kesini ngapain? Bantu Pak Mamat bersihin sekolah?" 

Arsen mengelengkan kepala antara percaya dan tidak percaya. Tujuan awal keluar kelas adalah membolos pelajaran. Bagaimana ia tidak menyetuinya? Kesempatan tidak datang untuk kedua kali.

Kini Alexa memanjat tembok pembatas. Gadis itu hanya mengangguk tak berkomentar setelah Arsen memberi aba-aba. Bahkan gadis itu bersih keras menolak memberi bantuan.

Arsen yang memperhatikannya sempat kagum sangat jarang seorang gadis memanjat sempurna tampak merengek meminta bantuan. Alexa memanjat dengan sempurna. Tatapannya beralih memperhatikan gedung-gedung tua. "Serem gak? Apa gak ada mitos gitu?" tanya Alexa penasaran setelah beberapa menit terdiam.

[✔] Heartbreak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang