Bagian 4

100 64 5
                                    

"Lingga?"

Sejenak aku terdiam, ia menoleh kepadaku, "Kenapa, Ta?

"Sebenarnya kita mau ke mana?"

"Ada, Ta"

"Nanti kamu bakal ikut balik juga, kan?"

"Balik ke mana, Ta?"

"Ke penginapan"

Lambat laun perjalanan yang kami lalui akhirnya tiba pada tujuan. Banyak hal yang aku lewati saat bersama dengannya waktu itu. Ada sisi yang seharusnya aku menyadarinya sejak dulu, hingga waktu kemudian membawaku pada sebuah penyesalan.

Aku tidak percaya ketika aku bisa menemukan tempat seperti ini. Saat pertama kali datang, setelah berjalan beberapa langkah mataku langsung tertuju pada sebuah rumah kayu yang berada jauh di ujung sana.

Kali ini, rasanya aku beruntung. Beberapa hal yang terjadi sepeti tak mungkin bagiku. Tak tampak ramai disini, saat itu hanya ada aku dan dia.

Ia menggenggam tanganku dan lalu, "Ayo, Ta"

Gumpalan awan yang terasa dekat membuat merasa seperti bisa menggapainya. Langit biru yang tiba-tiba meninggalkan, kini mulai membekas. Cahaya mentari yang kian redup menunjukkan ronanya dengan semburat warna jingga.

"Kalau kamu ada apa apa, kamu harus tahu itu dulu, Ta" ucap Lingga mendadak.

Aku langsung menoleh, ia menghadap ke arahku lalu menatapku lama, "Bisa ya, Ta?

"Kamu kenapa bisa bilang itu ke aku?" jawabku.

"Aku mau dengar cerita kamu, Ta"

"Aku sudah tahu, Lingga"

"Tahu apa, Ta? Dengan seolah-olah kamu nutupin diri kamu itu?"

Aku hanya diam. Entah kenapa, tak ada yang bisa kukatakan lagi di saat aku mendengarkanya  semua hal tentangku.

Kemudian, dengan perlahan mentari mulai tenggelam, jatuh terlalu dalam. Di setiap sudut, kualihkan pandanganku tanpa tertuju. Tak begitu lama setelah itu, ia kembali melanjutkannya lagi.

"Jangan pernah untuk merasa sendiri ya, Ta"

Saat ini, saat aku melihat ke arahnya ketika mengatakan hal itu tampak ada senyuman yang berbeda. Tanpa kusadari, pandangannya yang lurus juga membuatku menyadari beberapa hal yang menjadikanku ingin berada disini lebih lama.

Aku mengangguk, "Iya, Lingga"

"Luapkan apapun yang sedang terjadi dengan caramu, Ta"

"Kamu?"

"Aku kenapa?"

"Kamu cari apa disini?"

Ia mengarahkan pandanganku dengan telunjuknya, "Itu, Ta"

Pada saat bersamaan, aku merasakan hal ini seperti tak nyata. Tak henti-hentinya bias cahaya mentari memantulkan siluetnya. Aku terlalu menikmatinya, hingga aku lupa ada yang ingin menyambutku di saat gelap.

Ketika berada di sini, aku hanya berdiri di tepi seolah tak ingin meninggalkan tempat ini untuk pergi. Benar saja, seharusnya aku tahu di kota ini aku menemukan banyak hal tanpa kuduga.  Sulit untukku mengingatnya lagi setelah lama tak kembali.

"Tunggu disini ya, Ta" ucapnya berlalu.

Langkah kakinya menuju ke dalam rumah kayu yang tepat di sebelahku. Saat malam sudah tiba, ada gemerlap bintang yang begitu terang ingin menerangiku. Jujur saja, jika aku tahu ini untukku, aku akan menemaninya sampai kapan pun.

Di tengah kesendirian, aku mencoba meluapkan apa yang menjadikanku tak seperti diriku lagi. Ketika melupakan semua yang sedang terjadi, aku cuma perlu untuk mengingat hal yang ada saat ini. Beberapa saat, waktu yang berlalu akan membuatmu ingin untuk memutar ulangnya kembali dan berhenti.

Setelah merasa cukup dan menerima hal sulit yang begitu menyakitkanku, aku tahu, aku tak perlu melakukannya lagi. Ketika melihatnya saat itu, seharusnya aku tak pergi berlari dan menjadi  semakin terpuruk. Namun, menyadari beberapa hal yang kutemukan ternyata membawaku pada tujuan. Entah karena keberadaannya, ia datang saat aku tak tahu lagi harus melangkah ke mana.

"Lingga?"

Dengan wajah yang dihiasi dengan senyuman, ia membuka pintunya, "Ayo masuk, Ta"

Ketika berjalan menghampirinya, perlahan kulihat sekelilingku sudah terlalu gelap. Saat pertama kali disini, rasa lelahku tiba-tiba hilang. Kali ini, aku tak akan pulang. Aku tidak peduli, entah karena ada yang menungguku walau kenyataannya justru aku yang melakukannya sendiri.

Di sudut ruangan ini, aku hanya duduk. Aku tidak tahu harus bagaimana ketika kulihat ia melakukan ini. Apa ini untukku?

Pada akhirnya, semua yang ada tak akan selamanya. Beberapa kali aku hanya terpaku memandangi sekelilingku. Disini, saat bersamanya aku tahu apa yang tak pernah kurasakan. Ketika semua hal yang aku inginkan bisa untuk kutemukan.

"Sini, Ta"

Setelah mendengarnya memanggil namaku, aku langsung berjalan menuju ke arahnya. Di sisi lain, ia tampak sedang merapikan souvenir-souvenir itu. Ada banyak juga lukisan yang digantung di dinding rumah kayu ini

"Kenapa?"

"Mau ambil satu nggak, Ta?"

"Boleh?"

"Boleh, Ta"

Semalaman aku berada disini dengan lentera yang menerangi tempat ini. Di balik jendela, kulihat bulan penuh sedang menemani keberadaanku. Setelah perbincangan hangat yang berlanjut, kuhabiskan waktuku dengan saat bersamanya disini.

"Ada yang mau aku kasih tahu, Ta"

"Apa?"

"Nggak sekarang, Ta"

"Kenapa?"

"Kamu bakal lihat sendiri juga, Ta"

Lagi dan lagi aku hanya terdiam. Padahal, sebenarnya ada banyak hal yang ingin kukatakan padanya.

Ketika malam sudah mulai larut, tanpa kusadari aku terlelap. Langit malam yang teduh membuatku ingin menghilangkan rasa lelah. Entah sekuat apa, sejauh ini aku hanya beristirahat saat semua hal yang terjadi memintaku untuk berhenti.

Aku menyadari bagaimana pun keadaanku, aku harus tahu bahwa aku mampu. Setiap orang pernah mengalami masa yang datang akan pulang dan yang kembali akan pergi. Semua tentang waktu. Entah saat ini, sebab kali ini  aku berada pada titik itu sendiri.

Saat terbangun, kulihat pagi menyambutku. Di balik jendela, cahaya mentari yang muncul menarik pandanganku untuk menuju keluar. Langkah kakiku terpaku ketika tahu bahwa saat ini hanya ada aku disini. Di dalam rumah kayu ini, kucoba berjalan ke arah jendela untuk mencari keberadaannya.

Setelah tak kunjung menemukannya, aku memutuskan untuk keluar mengelilingi tempat ini. Aku menyusuri setiap sudut yang ada. Di ujung sana, mentari pagi yang begitu hangat ternyata menyambutku dengan sebuah kehilangan.

"Lingga?" panggilku teriak.

Berulang kali mencoba memastikan bahwa ia sudah meninggalkanku disini. Beberapa waktu aku juga menantinya untuk kembali, walau nyatanya itu tak jauh lebih baik dari yang kulakukan. Saat perlahan-lahan keadaanku menjadi baik, seketika itu tiba-tiba berubah setelah mengetahui keberadaannya yang begitu pelik.

Saat semalam, aku menyadari ia ada bersamaku. Perbincangan kami yang menghangatkan suasana hingga kemudian membuat terlelap di sebelahnya. Ketika mengingatnya kembali, entah mengapa aku ingin merasakan itu lagi. Namun, saat ini kupikir hal seperti itu tak akan terjadi lagi,

Di pelataran rumah kayu ini aku berdiri. Mataku hanya tertuju pada sinar mentari yang semakin terang menyambut hariku. Aku tidak tahu ini akan menjadi tempat yang akan selalu ingin kutuju. Sebab, saat menikmati suasana di sini, aku seperti menemukan jalan pulang sendiri.

Pikiranku yang terus berkutat tentangnya, kini jauh terasa lebih sulit. Sebelumnya, ketika ia berhasil membawaku, aku tak pernah tahu akan berakhir seperti apa. Aku hanya berjalan meninggalkan setelah menunggunya yang tak kunjung kembali.

Sebenarnya yang terjadi padaku saat ini apa semesta?

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang