pertama- memutar waktu

111 64 4
                                    

"Neng?" ucap seseorang menghampiriku

"Iya, Pak?"

"Neng Semesta, kan?"

Aku hanya mengangguk,  "Ada yang cari neng di sana"

Sejenak aku menghela napasku, kukira ia akan benar-benar meninggalkanku disini.

Langkah kakiku berjalan menuju ke arahnya. Detik berlalu sampai kemudian aku perlahan mendekati keberadaannya. Ketika melihatnya lagi, entah kenapa yang kurasakan tak pernah untuk kutemukan pada orang lain.

"Lingga?" sapaku sambil tersenyum kepadanya.

Ia membalikkan tubuhnya, "Ta?"

Dengan wajah yang ingin segera untuk kusembunyikan, aku tak bisa melihatnya di sini. Beberapa saat, waktu mengheningkanku dengan segenap perasaan. Aku diam terpaku ketika menyadari seseorang yang dihadapanku bukanlah yang kuharapkan.

"Siapa, Ta?" tanya Alan

"Bukan siapa-siapa"

"Kenapa bisa di sini?"

"Mau ajak kamu pulang, Ta. Eyang khawatir"

Eyang? Apa Eyang tahu aku disini?

Tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakan ajakan Alan. Aku tidak tahu harus bagaimana di saat keberadaannya membuatku sendirian. Beberapa saat aku mencoba mengulur-ulur waktu berharap bisa menemukannya kembali.

Setelah pergi dan meninggalkan tempat ini, kenangan saat bersamanya akan terus tertinggal. Hal yang pernah ia lakukan untukku begitu membekas di ingatan. Selama ini, seharusnya aku mencoba untuk bertahan lebih lama. Menyadari yang berlalu ternyata menyambutku dengan kehadiran begitu hangat. Dan, saat semua yang terjadi padaku membuatku sulit untuk melepaskannya.

Aku tahu saat ini akan terjadi lagi. Ketika menemukannya, entah mengapa berujung dengan sebuah kehilangan. Seiring waktu berjalan aku hanya terbiasa dengan segala yang ia lakukan padaku. Lalu, apa sebenarnya itu memang untukku?

Sepanjang jalan mataku sesekali terpejam membayangkan apa yang sedang terjadi. Banyak hal yang kutemui saat bersamanya. Ketika melihatnya lagi aku seperti ingin terus berada dalam pandangannya. Aku hanya mencoba untuk meyakinkan apa yang kurasakan.

"Alan?"

"Iya, Ta?"

"Aku mau balik ke penginapan aja"

"Tapi, Ta.."

Tanpa menunggu jawabannya yang tak ingin untuk kudengarkan,

"Nanti aku bakal telepon Eyang"

Ia hanya mengangguk dan diam. Setelah mendengar perkataanku tadi tampak ia memerhatikanku sesekali. Kali ini, aku tak ingin untuk melakukan apapun. Entah karena apa, aku harap ia bisa mengerti.

Dengan perasaan yang sebenarnya tak ingin ditunjukkan, aku tahu sulit bagiku untuk melakukannya. Beberapa kali aku mencoba melarikan diri dan membiarkan diriku sendiri. Namun, ternyata itu semakin menjadikanku tak mampu untuk menerima. Padahal, menyadari hal yang sedang terjadi adalah sebaik-baiknya kurasakan.

Setelah sampai ke penginapan, aku merasakan ada yang berbeda. Kulihat sekeliling ruangan kamarku tak menunjukkan adanya keberadaan mereka. Sejenak, aku duduk dan terpaku pada situasi tanpa melakukan apa-apa. Saat ini, pelataran penginapan begitu sepi. Entah karena apa, mungkin saja mereka semua sedang pergi bersama.

Langkah kakiku menuntunku pada sebuah meja yang berada dekat dengan jendela. Aku tidak tahu apa yang ingin kulakukan. Kali ini, ketika menyadari bahwa aku sedang sendiri membuatku merasa ingin untuk menemukan.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang