Tiiiinnn.....
Tiiiiiinnnnn......
BRUKK.....
"AAAAAAAAAA......."
"Lihat! Orangnya luka parah"
"Kepalanya berdarah banyak banget"
"Dia meninggal"
"Gara-gara kamu"
"Iya gara-gara kamu"
"Pembunuh!!"
*****
"Hah... hah... hah...."
Jaemin terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi sekujur tubuh dan nafas yang tersengal. Ia melirik ke arah AC, ternyata mati, Jaemin lupa menyalakan karna saat masuk kamar langsung tertidur saking ngantuknya.
Jaemin mengusap wajahnya kasar dengan kedua telapak tangan, lagi-lagi mimpi itu. Sebenarnya Jaemin sangat jarang tidur nyenyak, mulanya ia akan pulas setelah tertidur di jam 9 atau 10 malam lalu di sekitaran jam 12 sampai jam 2 dini hari ia akan tebangun karena mimpi buruk dan akhirnya terjaga sampai pagi tiba.
Mimpi itu datang silih berganti dari dua kejadian buruk yang dialami Jaemin di masa lalu. Pertama saat ia melihat adiknya mengambang di kolam ikan, lalu bayangan pemuda itu, pemuda yang berlumuran darah di kepalanya.
*****
"Nana!"
"Nana!"
"Nana ih!" Haechan menepuk lengan Jaemin karna tidak menanggapi saat ia memanggil.
Pemuda manis itu menoleh, "Hm! Kenapa Chan?" tanya Jaemin terdengar malas.
"Kenapa sih, Na? Daritadi ngelamun terus, bel istirahat bunyi juga kayaknya kamu gak denger." ujar Haechan kesal.
"Maaf Chan, Nana ngantuk. Echan mau ke kantin kan?" Haechan merengut lalu mengangguk lucu.
Jaemin tersenyum melihatnya, "Ya udah ayo!" ia lalu bangkit dari kursi dan menggandeng tangan sahabatnya itu.
Setelah mengambil makanan, Jaemin dan Haechan duduk di bangku paling pojok yang lumayan sepi.
"Na, gimana soal tugas bahasa inggris yang kemarin?" tanya Haechan di sela makannya.
"Gak tau, Nana bingung" ujar Jaemin cuek.
"Loh kok bingung sih? Kamu kan bisa bahasa inggris!" Haechan ngegas.
Jaemin merengut, "bisa bahasa inggris bukan berarti ngerti cara ngerjain tugas itu, Chan! Nana gak pahaamm!" ujar Jaemin setengah merengek.
"Ya udah gini aja deh, kita minta bantuan tetangga aku. Dia udah kuliah, pinter, baik juga orangnya. Gimana?"
"Emangnya gak papa kalo minta tolong dia, gimana kalo ngerepotin, Chan?" tanya jaemin ragu.
"Gak akan, Na. Nanti aku chat dia deh, kalo dia senggang pasti gak bakal keberatan ngajarin kita." Haechan meyakinkan.
Akhirnya Jaemin mengangguk, ia memang sudah pusing memikirkan penyelesaian tugasnya itu, apalagi Haechan tidak membantu sama sekali dengan alasan, "gak bisa bahasa inggris aku tuh".
*****
Sesuai rencana, setelah dapat persetujuan dari tetangga Haechan, dua orang pemuda manis kini sudah berdiri di depan gerbang sebuah rumah yang cukup megah berdekatan dengan rumah haechan.
Mata Jaemin bergulir memperhatikan sekitarnya, sedangkan Haechan tengah menelpon pemilik rumah memberi tahu bahwa mereka sudah di depan.
Tak lama seorang pemuda berperawakan sedang dengan tampang sedikit bule keluar dari pintu besar lalu berjalan menuju gerbang. Ia membuka gerbang rumahnya lalu mempersilahkan Haechan dan Jaemin masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [Nomin] ✔
FanfictionBook-01 (completed) "Jaemin adalah alasan kematian seseorang" "Jaemin adalah kesialan" Sebenarnya bukan begitu... Jaemin tidak salah, hanya saja Jaemin tidak bisa melawan takdir! ##### Cerita ini perlu direvisi, tapi author belum sempet. Karna ini...