Chapter 20

2.4K 208 7
                                    

"Jadi sekarang gimana?"

"Gak tau, Njun"

Jaemin baru selesai menceritakan semuanya pada Renjun. Ia belum pernah bertemu Jeno, hanya tau sedikit tentang pemuda itu dari cerita Jaemin selama ini. Karna itulah Renjun tidak bisa ikut campur terlalu banyak dalam masalah mereka, ia hanya bisa menjadi pendengar. Pemuda cantik itu juga tidak tau apakah Jeno tulus terhadap Jaemin atau Jaeminnya saja yang mudah percaya pada orang yang pernah menyakitinya, apa mungkin Jaemin kini jatuh ke lubang yang sama?

"Gimana kalo kamu perhatiin aja dulu sikap Jeno kedepannya, dia berubah apa nggak. Kamu juga harus lebih kuat. Kalaupun bener dia nyakitin kamu, jangan sampe terpuruk! Inget masih banyak orang yang sayang kamu!" Renjun menatap sahabatnya lembut.

Jaemin tersenyum dan mengangguk.

"Btw, ibu kamu udah bales pesan kamu belum?"

"Bentar Nana liat dulu." Jaemin mengambil ponselnya dari saku.

"Gimana?"

"Nana diizinin nginep disini, Njun."

Renjun tersenyum lalu mengajak sahabatnya masuk ke dalam rumah. Jaemin bersyukur setidaknya malam ini ia takkan kesepian, semoga perasaannya juga akan kembali membaik.

*****

"Kok gak bilang aku, Na?"

"Ya emangnya apa-apa harus bilang Jeno, gitu? Lagian Nana cuma nginep di rumah temen, bukan selingkuh atau nemuin perempuan secara diem-diem!"

"Na? Kok gitu ngomongnya?"

Jaemin membuang nafas kasar, Jeno menelponnya saat ia baru selesai makan malam. Mungkin pemuda manis itu belum siap bicara dengan sang kekasih, terbukti dari ucapannya yang tidak terkontrol.

"Maaf, Nana cuma lagi bad mood. Harusnya gak lampiasin ke Jeno." Jaemin menjatuhkan dirinya di ranjang lalu menatap langit-langit kamar Renjun dengan pandangan kosong.

"Ada apa? Soal orang tua kamu lagi?"

'Ini soal kamu, Jeno' Jaemin membatin

"Coba alihin ke panggilan video!"

"Gak dulu ya, Jeno. Maaf! Nana mau tidur aja. Nana matiin ya!" tanpa menunggu tanggapan Jeno, Jaemin memutuskan sambungan telponnya.

Cklekk...

Renjun masuk beberapa saat setelah Jaemin selesai berbicara dengan Jeno.

"Na! Udah mau tidur?"

"Gak, cuma rebahan aja."

Renjun hanya mengangguk lalu membereskan meja belajarnya yang berantakan.

"Njun!"

"Hm"

"Barusan Jeno nelpon. Tapi Nana judesin."

Renjun menoleh ke arah Jaemin yang tengah berbaring terlentang di ranjang seraya menatap langit-langit.

"Kenapa?"

"Nana kesel, Nana gak bisa nahan!" ujar Jaemin terdengar agak emosi.

Renjun mendesah, pemuda cantik itu mendekat ke arah ranjang lalu duduk dekat kepala Jaemin. Ia mengelus lembut pucuk kepala sahabatnya.

"Gak boleh gitu! Lagian kan kamu belum tau alasan Jeno bohong. Bisajadi dia gak sengaja atau emang gak ada niatan bohong sama sekali. Kata kamu guru lesnya Jeno punya pacar kan? Nah siapa tau perempuan yang kamu lihat itu pacarnya."

Jaemin sedikit menolehkan kepalanya dan menatap renjun dengan sorot mata polos, "Nana gak kepikiran sampe sana"

Renjun tersenyum, "besok baikin Jeno lagi, ya! Kasian loh, dia udah pusing sama ujiannya eh malah kamu judesin." pemuda manis itu mengangguk kecil. "Nah sekarang, ayo keluar! Lele nungguin kamu"

It's Okay [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang