Ibu ❤
|Bu, Nana mau main ke pantai diajakin temen, boleh gak?
|Jangan kemaleman pulangnya, ingat tugas kamu!
|Iya
|Makasih ibu 😊❤*****
"Heh!"
"Na Jaemin!"
"Jaemin!"
"Bangun woy!"
Jaemin merasakan bahunya diguncang. Saat membuka mata ia disuguhkan wajah kesal seorang Lee Jeno.
"Udah sampe?"
"Menurut lo?" bukannya menjawab, Jeno malah bertanya balik dengan nada malas.
Jaemin mengedarkan pandangan ke luar jendela mobil, lalu kembali menatap Jeno.
"Hehe, gak kerasa" Jaemin tertawa hambar.
"Tapi tangan gue kerasa pegelnya" kesal Jeno
Jaemin memgerucutkan bibirnya, "maaf, entar Nana pijitin deh."
"Udahlah ayo turun!"
Jaemin mengikuti Jeno yang berjalan lebih dulu, matanya berbinar kala melihat hamparan pasir putih dan laut biru tersaji dihadapannya.
Jaemin berlari menuju pantai, ia sudah tidak sabar ingin merasakan ombak menabrak kakinya. Jeno tersenyum simpul melihat Jaemin yang kini tengah berlarian mengejar ombak seraya tertawa riang, 'sesederhana ini kebahagiaan Na Jaemin'
"Jeno sini cepetan!" Jaemin melambai-lambaikan tangan pada Jeno.
Tanpa bicara, Jeno berlari seraya melepas baju yang ia pakai lalu meleparkannya sembarangan. Di hari yang panas begini, bukankah paling cocok berenang?
Di tepi pantai di alasi hamparan pasir putih di bawah terik matahari, dua anak manusia saling bercanda, mengejar, lalu bermain air. Biarkan mereka melupakan semua hal buruk yang terjadi sebelumnya, terutama untuk Na Jaemin, biarkan ia menikmati hidup seperti yang semestinya, biarkan ia merasakan bahagia dengan orang yang membuatnya nyaman.
Lee Jeno. Sesungguhnya ia pemuda yang hangat, tapi selama ini tertutupi oleh kata dendam yang tak berdasar. Kenapa tak berdasar, karna semua yang terjadi tidak terhubung secara langsung dengan seorang Lee Jeno. Ia hanya berperan sebagai perantara bagi seseorang yang ia anggap cinta pertama. Ketika Jeno berkata ia tak pernah membenci Jaemin, ia berkata yang sebenarnya. Selama ini Jeno membalaskan dendam orang lain bukan dendamnya.
"Jeno, hauuussss..."
"Lah, ini di depan lo banyak air" ujar Jeno acuh.
Jaemin cemberut, "Jenooo... Air laut mana bisa diminum!"
Jeno tidak menanggapi, ia malah merebahkan diri di pasir basah lalu menutup bagian matanya dengan lengan. Jeno mengerti pasti Jaemin akan menyuruhnya membeli minum. Bukan mau menolak, tapi nanti dulu karna ia masih cape sehabis berenang.
Jaemin merengut lalu melengos pergi tanpa mengatakan apapun.
"Jaemin!" setelah beberapa menit tidak mendengan keluhan di sampingnya, Jeno memanggil Jaemin tapi tidak ada jawaban. Ia bangkit lalu menoleh ke sekitarnya.
"JAEMIN!" teriak Jeno.
"Kemana sih itu bocah, nyusahin amat!"
Jeno berlari ke arah tenda-tenda pedagang yang berjejer di pinggir pantai seraya menggerutu. Dari kejauhan ia melihat punggung Jaemin yang sepertinya tengah membeli kelapa muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [Nomin] ✔
Hayran KurguBook-01 (completed) "Jaemin adalah alasan kematian seseorang" "Jaemin adalah kesialan" Sebenarnya bukan begitu... Jaemin tidak salah, hanya saja Jaemin tidak bisa melawan takdir! ##### Cerita ini perlu direvisi, tapi author belum sempet. Karna ini...