"Itu mobil siapa di depan?"
Jaemin sedikit tersentak saat mendengar suara sang ibu, ia terlalu fokus membaca novel sampai tak sadar Joo Eun sudah pulang bahkan sudah masuk rumah.
"Itu mobil temen Nana yang tadi ngajakin ke pantai. Dia numpang mandi sama istirahat di kamar, pas mau Nana panggil buat makan malam ternyata dia tidur" Jaemin menjelaskan dengan tenang.
"Oh" respon Joo Eun singkat, wanita itu lalu berjalan menuju dapur, mungkin untuk makan malam. Jaemin juga kembali pada kegiatannya membaca novel.
Jangan tanya kenapa tenggapan Joo Eun biasa saja bahkan hanya 'oh', karna kebenarannya Joo Eun tidak terlalu mengekang Jaemin. Peraturannya dalam bergaul hanya satu, jangan sampai Jaemin menimbukan masalah yang bisa menyeret namanya dan mempermalukannya. Haechan juga bebas menginap di rumah Jaemin kapanpun pemuda itu mau, Begitupun dengan Jaemin, ia boleh menginap di luar rumah asal atas seizin Joo Eun dan tentunya harus menyelesaikan pekerjaan rumah dulu.
Jam 9 lebih sedikit Jaemin menghentikan bacaannya, ia bingung apa harus tidur di sofa atau di kamar tamu? Tapi pada akhirnya Jaemin melangkahkan kaki menuju ke kamarnya. Saat membuka pintu ia mendapati Jeno yang tidur menyamping tepat di tengah ranjang.
Jaemin mengambil dua selimut dari lemari, yang tebal ia gunakan untuk alas tidur dan yang tipis ia gunakan untuk menyelimuti tubuhnya. Jaemin memutuskan tidur di lantai karena tidak enak kalau harus seranjang dengan Jeno.
"Semoga malem ini gak mimpi buruk, Nana gak mau ganggu tidur Jeno" gumam Jaemin sebelum menutup matanya.
Sayang seribu sayang harapannya tak terkabul, tepat jam 1 malam tidur Jeno terusik.
"Gak... bukan... bukan Nana..."
"Nana ga bunuh.... bukan... pembunuh...."
"bukan...."
Jeno membuka matanya, pandangannya tepat tertuju pada langit-langit yang jelas bukan di kamarnya. Ia mengingat-ingat dan menyadari dirinya tertidur di kamar Jaemin. Jeno bangkit mencari darimana sumber suara yang terdengar begitu pilu itu. Jeno sedikit panik saat mendapati Jaemin yang tidur di bawah tengah bergerak gelisah dan mengigau.
"Jaemin!"
"Jaemin... Hei! Bangun!"
Jeno menepuk-nepuk kedua pipi Jaemin dengan pelan berusaha membangunkan pemuda manis itu. Dan mudah ternyata, Jaemin membuka matanya lalu menatap Jeno.
"Eh, kenapa Jen?" suara parau khas orang bangun tidur.
"Lo ngigo" ucap Jeno terlihat khawatir.
Jaemin bangkit duduk perlahan, "ngigo?" mengernyit heran, benarkah ia berbicara saat tidur? Jangan-jangan selama ini setiap mimpi buruk Jaemin melakukan hal itu?
Jeno mengangguk cepat.
"Nana ngigonya gimana emang?" tanya Jaemin penasaran.
Jeno terdiam ragu, apa ia harus memgatakannya pada Jaemin?
"Nana ngomong 'bukan pembunuh', ya?"
Jeno melotot, "kok bisa tau?"
"Soalnya dalam mimpi juga Nana ngomong gitu"
"Lo mimpi buruk?"
"Iya" jawab Jaemin singkat, ia membuka selimut lalu beranjak menuju kamar mandi.
Jeno mengernyit heran, kenapa Jaemin terlihat biasa saja? Apa mimpi buruknya tidak terlalu buruk?
Sampai Jaemin keluar kamar mandi, Jeno masih saja memikirkan hal barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [Nomin] ✔
FanficBook-01 (completed) "Jaemin adalah alasan kematian seseorang" "Jaemin adalah kesialan" Sebenarnya bukan begitu... Jaemin tidak salah, hanya saja Jaemin tidak bisa melawan takdir! ##### Cerita ini perlu direvisi, tapi author belum sempet. Karna ini...