Beberapa bulan telah berlalu, kini murid tingkat 12 mulai mempersiapkan ujian kelulusan begitupun dengan Jaemin dan Haechan. Untuk hubungan Jaemin dan Jeno semakin baik tentu saja, mereka mulai terbuka dengan perasaan satu sama lain. Bahkan dengan jujur Jeno mengungkapkan rasa ketertarikannya pada Jaemin tapi belum berani memulai hubungan yang lebih serius, Jaemin pun demikian. Akhirnya mereka memutuskan untuk meyakinkan diri terlebih dahulu, menjalani perlahan dan berusaha untuk lebih saling mengenal satu sama lain.
"Na, masuk!" Jeno membukakan pintu mobil depannya untuk Jaemin.
"Gak! Nana bareng gue di belakang!"
Jeno melotot menatap Haechan, "lo pikir gue supir lo!"
"Lah, kan emang iya!"
Perdebatan Jeno dan Haechan berlanjut, membuat satu orang lagi yang ada di sana merasa pusing. Jaemin mendesah jengah, hal ini biasa terjadi saat mereka akan berangkat ke rumah Mark untuk belajar bersama sepulang sekolah. Sebenarnya, di awal hanya Haechan dan Jaemin yang belajar pada Mark. Tapi suatu hari Jeno tiba-tiba muncul di rumah tetangga Haechan itu, dan ternyata ia adalah sepupu Mark. Pada akhirnya Jeno merengek pada Jaemin dan Mark agar ia bisa bergabung, walaupun sampai saat ini Haechan masih tetap menentangnya.
"Stop!" Jaemin merentangkan kedua tangannya diantara dua orang itu.
"Jeno, ngalah dulu ya!" pemuda manis itu menatap jeno memelas, "Nana sama Echan di belakang, nanti kan kita pulang cuma berdua." Haechan memeletkan lidahnya mengejek Jeno.
Pria sipit itu merengut tak suka, "kok gitu sih, Na?"
"Please! Kalo debat terus kapan kita berangkatnya?"
Akhirnya Jeno mendesah pasrah lalu memandang Haechan sengit, "awas lo!" gertaknya seraya menujuk wajah pemuda tan itu.
Lagi-lagi Haechan mengejek Jeno, ia merasa puas karna Jaemin lebih memilih duduk dengannya.
"Echan, udah! Ayo cepetan masuk!"
*****
"Jeno!"
"Hm."
"Mau nginep gak?" tanya Jaemin malu-malu tanpa menatap Jeno yang tengah menyetir. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah Mark.
Yang ditanya menaikan sebelah alisnya heran, ia sebenernya senang. Tapi bukankah ibu Jaemin ada di rumah karna biasanya pemuda manis itu hanya meminta Jeno menginap saat ibunya tidak pulang.
"Bukannya ada ibu kamu?"
"Iya, tapi Nana ngerasa bersalah karna hari ini lebih banyak belain Echan daripada Jeno" tutur Jaemin pelan, ia menunduk memainkan jari-jari tangannya.
Jeno tersenyum sampai matanya tampak terpejam karna gemas dengan tingkah Jaemin, ternyata kesayangannya itu merasa bersalah.
"Sebenernya aku agak kesel sih, tapi gak masalah kok. Kamu gak perlu ngerasa bersalah gitu. Tapi....." Jaemin menoleh karna Jeno menjeda ucapannya. "Kalo kamu mau banget aku nginep, ya aku gak akan nolak" lanjutnya dengan nada usil.
"B-bukan mau banget, Jeno! Nana c-cuma...." pipi Jaemin memerah karna gugup dan malu, ia memalingkan wajah ke arah jendela samping.
"Iya ngerti, aku cuma bercanda" Jeno tertawa lalu sebelah tangannya menggenggam tangan Jaemin tanpa menghilangkan fokus pada jalanan.
Sesampainya di rumah, Jaemin langsung menuju dapur untuk menata makanan yang ia beli untuk sang ibu. Jeno mengikutinya lalu mengambil air mineral dari lemari es untuk dirinya sendiri.
"Bu, makan malamnya udah Nana siapin." ujar Jaemin saat berpapasan dengan Joo Eun di tangga.
Joo Eun mengangguk lalu mengalihkan atensinya pada pemuda di belakang Jaemin.
![](https://img.wattpad.com/cover/262793966-288-k407314.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [Nomin] ✔
FanfictionBook-01 (completed) "Jaemin adalah alasan kematian seseorang" "Jaemin adalah kesialan" Sebenarnya bukan begitu... Jaemin tidak salah, hanya saja Jaemin tidak bisa melawan takdir! ##### Cerita ini perlu direvisi, tapi author belum sempet. Karna ini...