Sudah lebih dari sebulan Jeno berhenti membully Jaemin, tentunya pemuda manis itu sangat senang hari-harinya di sekolah menjadi tenang. Tapi Haechan, sahabat Jaemin itu keheranan. Pernah suatu hari Haechan bertanya, Jaemin hanya menjawab "mungkin Jeno udah bosen gangguin Nana, harusnya Echan ikut seneng". Ya, Haechan juga senang, ia bersyukur tapi tetap saja rasanya aneh.
Haechan saat itu percaya dengan kata-kata sahabatnya, tapi apa yang ia lihat hari ini membuatnya melongo. Jaemin turun dari motor Jeno, mereka berangkat sekolah berboncengan lalu bercengkrama disertai tawa layaknya dua orang yang sudah sangat akrab. Dan yang lebih membuat syok, Jeno membukakan helm yang dipakai Jaemin. Bukan hanya Haechan yang menyaksikan hal itu, tapi banyak murid lainnya juga dan sama terkejutnya dengan Haechan.
Sudah menjadi rahasia umum bagaimana perlakuan buruk Jeno pada Jaemin selama ini, yang mereka tau Jeno membenci Jaemin karna ia menyebabkan saudara Jeno meninggal. Tapi tidak ada yang tau kebenarannya kecuali Jeno dan..... seseorang.
"Echan, kenapa melongo disini? Echan kurang minum air mineral ya?" Jaemin tertawa geli.
Haechan tersadar lalu memelototi Jaemin seraya berkacak pinggang.
"Apa-apaan itu tadi?"
"Apa?" tanya Jaemin dengab wajah polos.
"Ssssshhh...." Haechan berdesis menahan geram, "tadi itu kamu main drama apa sama si Jeno sinting?"
Jaemin akhirnya mengerti, Haechan pasti tadi melihatnya bersama Jeno dan mungkin sekarang sahabatnya itu marah. Haechan memang mudah tersulut emosi jika itu berhubungan dengan Jeno, selama ini ia selalu berusaha melindungi Jaemin dari kekejaman pemuda Lee itu.
"Oh.... Kita gak main drama Echan! Tadi pas Nana lagi nunggu bus ada Jeno lewat terus ngajakin Nana berangkat bareng." tutur Jaemin ringan.
Haechan mengernyit heran, "sesimpel itu?" dan Jaemin mengangguk.
"Gak mungkin!" Haechan tertawa sinis, "seorang Lee Jeno yang selama ini suka jahatin kamu bertingkah seakan dia temen kamu? Gak mungkin!" imbuh pemuda tan itu seraya menggelengkan kepala.
Jaemin cemberut, "tapi kenyataannya emang gitu Echan, Nana gak bohong! Mungkin Jeno udah berubah."
Haechan membuang nafas kasar, "aku percaya kamu gak bohong, tapi aku gak percaya sama si brengsek itu! Bisa aja dia baikin kamu karna punya rencana lain buat jatuhin kamu!"
Inilah alasan kenapa Jaemin tidak bercerita pada Haechan bahwa hubungannya dengan Jeno sudah membaik, sahabatnya itu pasti akan salah paham padahal Jaemin percaya jika sebenarnya Jeno itu orang baik.
Jaemin memeluk Haechan dari samping, "makasih udah khawatirin Nana. Tapi Echan tenang aja, Nana bakal hati-hati kok." ia melepaskan pelukannya lalu menatap Haechan lembut, "sekarang udahan marahnya, masih pagi loh nanti manisnya luntur. Mending kita masuk kelas."
Haechan mengangguk sekali, lalu kedua pemuda manis itu berjalan beriringan menuju kelas.
*****
Di tempat lain, seorang pemuda 'cantik' dengan seragam SHS yang membalut tubuh mungilnya tengah celingukan mencari-cari sesuatu di trotoar jalan. Wajahnya terlihat panik dan seperti hampir menangis.
"Jatuhnya di mana sih? Kenapa aku ceroboh banget?" ia terus berjalan mondar mandir di tempat yang sama seraya menunduk.
"Gimana dong? hiks... Nana, maafin aku. Hiks.. hiks..."
Pagi yang cerah rupanya tidak bisa membantu meredakan gundah di hati pemuda itu.
*****
Pulang sekolah hari ini Jaemin memutuskan untuk berjalan kaki, entah kenapa tiba-tiba ia merasa rindu pada momen saat dirinya terpaksa harus pulang jalan kaki karna ulah Lee Jeno. Selain itu Jaemin juga berniat mengambil selimut di tempat laundry, ia malas jika harus berkali-kali naik turun bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay [Nomin] ✔
FanfictionBook-01 (completed) "Jaemin adalah alasan kematian seseorang" "Jaemin adalah kesialan" Sebenarnya bukan begitu... Jaemin tidak salah, hanya saja Jaemin tidak bisa melawan takdir! ##### Cerita ini perlu direvisi, tapi author belum sempet. Karna ini...