Ch. 04

1.3K 122 53
                                        

Langit bertabur bintang, pemandangan yang indah jika dilihat dari lapangan. Lampu-lampu yang biasa dinyalakan saat latihan malam sudah dimatikan. Hanya sedikit cahaya yang menerangi, cahaya yang didapat dari gedung yang tak jauh dari lapangan. Kesunyian begitu nyata, mengejek kebodohan Sawamura Eijun, mengejek kesalahan dan kelemahan dalam dirinya.

Saat tidak ada yang memperhatikannya di atas Mound semua ketakutan yang muncul dalam kepalanya, menghilang seolah tidak pernah terjadi. Bayangan yang mengacaukan mimpi besarnya, menumpulkan bakat yang di asahnya sejak Sekolah Dasar. Bagi sebagian besar orang, mereka menganggap yang terjadi adalah hal biasa yang tidak perlu di khawatirkan secara berlebih.

Mengutamakan profesionalitas dan menumpulkan kemanusiaan, Eijun benci mengingatnya. Dia benci mengingat senyum jahat diwajah saat menghancurkan mimpi lawan. Baseball itu untuk bersenang-senang bukan menghancurkan, rasa suka perlahan berkurang karena sifat menghancurkan itu. Pemikiran yang konyol tapi sesungguhnya yang menghancurkan bukanlah baseball tapi pemainnya. Pemainlah yang menghancurkan permainan.

Bola di tangan lepas, bergulir ditanah kering menjauh dari sang pelempar. Glove ikut jatuh, ukiran kebanggaan lebih dulu menghantam tanah hingga meninggalkan sedikit jejak. Tangan menumpuk wajah yang menengadah, tangan yang bebas mengepal erat. Isakan lirih tenggelam bersama hembusan kasar angin yang menerbangkan debu.

Padahal, Eijun berencana hidup layaknya anak normal di Tokyo, menikmati masa SMA dengan bangga dan jauh-jauh dari baseball seperti yang direncanakannya. Tetapi semua hanya angan saja, semua tidak pernah berjalan sesuai rencana. Ini adalah hukuman atas apa yang telah diperbuatnya dulu, Ia bahkan tidak berani mengucap kata maaf pada anak-anak yang mimpinya hancur di atas lapangan luas ini.

Sepasang tangan merayap, yang satunya menutup mata penuh air mata dan satunya memeluk pinggan dengan lembut. Sebuah gesture yang memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi yang menerima. Rasa hangat menjalar, begitu hebat hingga air mata bukannya berhenti malah semakin menggila.

Tidak jauh dibelakang Keduanya ada Pemain Kelas 2 menyaksikan dalam diam, mereka sudah mendengar penjelasan Takashima Rei tentang masalah Sawamura. Ditambah lagi Informasi lainnya yang dikumpulkan oleh Nabe, membuat rasa prihatin muncul. Tadi juga mereka menonton permainan sawamura, bagaimana dia tersenyum dan lain sebagainya. Yang dilihat mereka saat ini adalah topeng.

Maezono merasa harus menyerahkan situasi ini pada si banyak Omong Miyuki, dia mengarahkan teman seangkatan untuk kembali ke Kantin.

"Apa begitu sesak?" Bisik Miyuki.

Awalnya begitu terkejut akan tetapi setelah aroma familiar masuk ke dalam penciumannya, rasa sesak memberontak ingin dikeluarkan dari dadanya. Eijun tidak mengerti mengapa si pengganggu bisa melakukan hal seperti ini padanya. "Senpai, sesak sekali. Aku hanya ingin bersenang-senang, aku tidak ingin menghancurkan mimpi mereka, sakit sekali. Melihat mereka menangis dan cedera, rasa bersalahku semakin bertumpuk." Keluh sawamura eijun pertama kali. Tidak ada yang pernah mendengarkan isi hatinya. "....aku menghancurkan mimpi banyak orang karena perintah pelatih."

Mendengus pelan, Miyuki tau memang tidak semua pelatih bijaksana. Dalam beberapa kasus akan menemui pelatih kejam yang hanya akan mengutamakan kemenangan bagi Tim, tidak peduli jika itu termasuk menghancurkan mimpi lawan. Lemparan Monster Sawamura pasti memberikan dampak besar bagi Lawan sehingga mereka hancur karena hal itu.

Betapa mengerikan hal tersebut.

Bayangan saat lemparan tajam dan kuat, meleset dan menghantam dengan keras tangan pemukul hingga menimbulkan bunyi keras. Raut wajah kesakitan serta raungan minta tolong kepada petugas medis untuk tangannya, menjadi hantaman pertama dalam hidup Sawamura. Hantaman kedua ketika bolanya menyakiti pelipis pelempar hingga membuat sosok itu pingsan. Para kebanggaan Tim yang dihancurkan oleh lemparan monsternya dan semua terjadi sesuai dengan arahan.

Play With me | MiyusawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang