Setelah hari panjang dengan Tim Baseball seidou, Sawamura berpikir dia mungkin akan menemukan ketenangan di kamar mandi. Menghabiskan waktu dengan larut dalam pikirannya sendiri, memikirkan berbagai hal yang diabaikan oleh banyak orang. Nyatanya, realita merobek ekspetasi dalam kepalanya, dia terjebak dengan anak kelas satu yang berwajah datar dan tubuh tingginya.
"Lemparanmu keren. Aku tidak akan kalah." Seru Furuya. Wajahnya memerah, menatap Sawamura berapi-api. Dia sangat kagum, masih tidak percaya melihat seseorang yang mampu mempermainkan tim. Apapun yang terjadi, dia harus dekat dengan Sawamura tentunya dengan harapan mendapatkan tips melempar cepat. Lain dari itu, dia terpesona dengan pemilik surai cokelat.
Sawamura mengabaikan ucapan itu, dia memejamkan mata, mencoba membuat tubuh dan otaknya menjadi rileks. Terlalu banyak hal diluar rencananya yang muncul, banyak alternatif yang mengacaukan hidupnya. Ya, sangat mengecewakan karena Eijun tidak memprediksi kemungkinan ini. Dia senang bisa bermain tapi disaat yang sama dia takut. Bagian tersebut berputar dalam kepalanya seperti kaset rusak. Berharap saja mimpi buruk tidak akan mengecup tidurnya malam ini.
Furuya terus mengoceh tentang Baseball, berusaha menarik minat sawamura tetapi anak itu mengabaikannya. Sebelumnya tidak pernah Furuya menghabiskan waktu dengan mengoceh dan menarik perhatian orang lain. Dengan bakatnya, orang-orang cenderung mendekati untuk bisa berteman. Bertemu dengan Eijun adalah hal baru. "Kau dikelas berapa?"
Melirik sekilas sebelum kembali memejamkan matanya, "1C." Jawab Sawamura singkat. Tidak bisakah dia ditinggalkan sendiri untuk menikmati kelelahannya?
Mata furuya berbinar kembali, "Kita teman sekelas."
"Benarkah?" Sawamura terlalu malas untuk bertanya lebih lanjut kepada furuya, dia berusaha sekeras mungkin menekan dirinya untuk tidak menjadi seorang periang. Membangun karakter baru dengan sifat baru, begitu sulit. Sesaat dia merasa ragu dengan dirinya sendiri. Apa masa SMA yang direncanakan akan berjalan sesuai dengan rencana?
Furuya kembali menatap sawamura, penuh minat dengan gambaran bosan yang berkebalikan dengan suasana hatinya.
Dia tidak tahan dengan suasana saat ini, dengan enggan, Sawamura keluar dari bak mandi. "Aku duluan, Furuya." Langkahnya cepat sehingga furuya tidak sempat menahannya lebih lama lagi. Menghindar, menghindar dan menghindar. Semoga tidak ada orang lain yang berusaha untuk mendekatinya lagi.
Tidak ada yang berusaha mendekatinya lagi saat ini, itu jauh lebih baik. Akan merepotkan untuk mengumpulkan berbagai alasan untuk menghindar. Betapa mengerikan baginya mencari alasan yang tidak mampu dipikirkan dengan cepat.
Tanpa sadar sampai ke depan kamar, segera dia menggantung handuk yang basah didepan agar bisa digunakan keesokan harinya. Kamarnya sepi, tidak terdengar suara senior yang super duper ceria dari dalam. Sepertinya malam yang tenang akan didapatkannya. Betapa senangnya hati, dia bisa segera mengatur suasana hati agar bisa menghadapi ocehan-ocehan yang tidak bermutu mereka.
Ceklek.
Rahang Sawamura Jatuh ke bawah, dengan kelopak mata melebar. Kejutan besar yang menjatuhkan imajinasi bahagia dalam kepala.
"....oh Sawamura, malam ini miyuki dan lainnya akan rapat disini. Tolong dimaklumi." Kata kuramochi, bersama dengan anggota lainnya mereka telah sepakat untuk menarik Sawamura secara perlahan masuk ke dalam tim. Mencari tau penyebab kebencian akan memakan banyak waktu, koshien tidak bisa menunggu lama.
Tangan begitu gatal untuk menang.
Dengan kacamata aneh dan senyuman licik yang menjadi ciri khasnya, tersenyum penuh misteri. "Merindukanku sayang?"
"M I Y U K I K A Z U Y A!!"
Ya, hanya satu orang yang selalu mengacau harinya yang penuh ketenangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Play With me | Miyusawa
FanfictionDiamond no Ace ダイヤのA ©Yūji Terajima [Miyuki Kazuya × Sawamura Eijun] ❝Sawamura sudah bertekad untuk tidak bermain baseball lagi tapi sejak pertemuan dengan Miyuki, semua rencananya berantakan. Pria itu melakukan berbagai cara untuk menariknya masuk...