21.00 KST
Menuju pantai Naksan
(MENUJU INSIDEN)Mentari telah tertidur ketika mereka berhasil memasuki jalanan beraspal. Belum berada dalam kawasan manusia, masih ada belasan kilometer jarak yang perlu ditempuh walau sudah nampak rumah-rumah yang berdiri sepanjang jarak pandang Namjoon.
Perjalanan mereka masih panjang. Meski begitu Namjoon sedikit bernafas lega, akhirnya medan bebatuan sialan yang sedikit mengocok isi perut hanya tinggal kenangan pahit.
Selamat tinggal, kenangan buruk.
Namjoon melirik Taehyung yang langsung menginjak gas, memacu kecepatan demi mempersingkat waktu. Kesempatan mereka hanya sampai matahari terbit, atau keduanya dalam masalah besar akibat tidak mengantungi surat ijin menyebrangi perbatasan. Sebenarnya ia yakin bila saat ini sudah banyak yang menyadari absennya Namjoon dan Taehyung dari festival, ditambah adanya saksi mata dari aksi kabur mereka. Hanya saja untuk saat ini tidak mau diambil pusing.
Mari singkirkan ketakutan akan rentetan hukuman, untuk nanti.
"Kita akan memulainya darimana?" Taehyung bertanya tanpa mengalihkan pandangan.
Namjoon berpikir sejenak. "Pertama-tama kita pergi ke rumah lamaku untuk tukar mobil. Setengah perjalanan menuju Naksan." Membawa kendaraan dengan kondisi penuh bercak lumpur di tiap sisi tentu saja bukan pemandangan mengenakkan. Beruntungnya, mereka memiliki pilihan. Opsi terbaik untuk membelah jalan raya dengan satu mobil cadangan.
"Sudah punya mobil?"
"Bukan milikku, itu punya Hoseok yang dititipkan." Terang Namjoon sembari tersenyum miring. "Buggati, man." Sengaja menggoda, paham betul bagaimana ketertarikan Taehyung pada kuda besi yang tidak didukung oleh Alpha, disaat Taehyung sebenarnya menyukai kecepatan dan rintangan akibat terpengaruh sebuah waralaba film aksi terkenal.
Spontan Taehyung memukul kemudi begitu emosi. "Sialan. Berapa banyak uang yang ia terima selama menjadi watcher?"
Reaksi yang Namjoon harapkan darinya. Beta itu pun tertawa renyah berikut menggeleng kepala." Untuk apa iri? Keluargamu masih jauh lebih kaya."
"Kaya akan sifat pelitnya, iya."
"Alpha tidak pelit kok. Buktinya Hoseok digaji."
"Yang kubicarakan itu nasib diriku sendiri." Taehyung berdecih. "Untuk apa pula punya dua mobil begini? Dipakai saja jarang."
Kalau dipikir memang sangat disayangkan. Memang pada beberapa kesempatan Hoseok bisa leluasa pergi ke wilayah tempatnya berasal, tapi tetap saja frekuensinya terbilang jarang. Dua kuda besi miliknya lebih sering terparkir anggun layaknya pajangan ketimbang dibiarkan berlari bebas pada lintasan.
Atau barangkali, "Mungkin untuk menyenangkan diri? Hoseok pernah bilang kalau dia bukan dari keluarga berada." Mencoba mengulas masa dimana Hoseok pertama kali di Southclaws, watcher itu pernah membagi cerita tentang kehidupannya sebelum tinggal bersama mereka. Namjoon bahkan ingat bagaimana Hoseok tersenyum getir saat memintanya dan Taehyung untuk memaklumi, bagaimana ia beradaptasi dengan kediaman mewah milik Kim Taesung beserta segala akses.
Kalau begini ya wajar saja. Wajar bila saat ini Hoseok memanjakan diri. Mengabulkan ego pribadi.
You only life once.
"Lalu setelah dari sana," Namjoon menarik sebuah peta lokasi, mengamati setiap rute jalan. Kali ini ia berbicara serius. Kembali pada topik awal. "Jika kita tarik lurus dari arah hutan selatan, sepertinya lebih baik kita datang kemari." Ia menunjukkannya sekilas pada Taehyung.
"Oh!"
"Apa?"
"Dekat rumahnya kan?"
Ia tercenung sesaat. Dalam diam menatap lembaran kertas, lantas menghela napas panjang begitu dibuat tersadar bahwa Namjoon hampir saja membuka lembaran lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Thread Of Fate : Moonlight [NAMJIN]
FanfictionMitos berkata, sinar bulan merupakan manifestasi kerinduan Dewi Selene pada pujaan hati, Endymion. Bagaimana jika sebenarnya terselip efek magis dibalik ke-elokkan Sang penguasa langit malam saat fase bulan penuh? Awalnya benang merah antara Kim N...