FIVE (SEOKJIN'S PART)

75 10 3
                                    

11.00 KST
OCEANIA HOTEL
(SEBELUM INSIDEN)

Setelah kakinya menapak di daratan berpasir, Seokjin memutuskan untuk mematikan ponsel. Tak ingin berkomunikasi dengan semua kenalan. Detik ini juga, agenda berlibur dadakan ini harus bebas dari berbagai macam gangguan.

Akhirnya pemuda itu memilih pergi kemari. Daripada harus menghadapi teror yang datang dari orang-orang Min Yoongi. Pun bos besar pemilik cafe tempatnya bekerja juga kian gencar menendang bokong Seokjin agar segera mengambil cuti dan menghirup aroma asin pantai Naksan. Berbekal alasan jika Seokjin perlu memanjakan mata dengan pemandangan eksotis para pria bertelanjang dada dengan otot kekar.

'Liburan kok dipaksa? Aneh.'

Tapi lebih aneh lagi dirinya bukan? Disaat orang lain menginginkan liburan yang diisi petualangan ke tempat baru, Seokjin lebih suka memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengisi daya tubuh. Total melampiaskan rasa letih yang didapat dari banting tulang demi pundi uang dengan tidur sepuasnya.

Istilah kerennya hibernasi.

Ia segera menyeret sebuah koper melintasi lobby hotel tempatnya menginap. Tidak banyak barang bawaan Seokjin, lagipula ia berencana merebahkan diri lalu menghabiskan waktu dengan mengunjungi alam mimpi. Terdengar jauh lebih menggiurkan ketimbang melumuri tubuh dengan pasir pantai yang sulit dihilangkan. Apalagi di hotel kelas atas yang pastinya memiliki kasur dan bantal empuk.

Kualitas tidurnya akan naik dua kali lipat.

Seorang pegawai wanita segera menyapa dengan ramah ketika Seokjin sampai di meja resepsionis. "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

"Aku mau check in. Sebelumnya sudah reservasi."

"Baik, akan saya lakukan pengecekkan. Boleh saya minta bukti reservasinya?" Seokjin dengan segera memberikan berkas yang diminta. Pun mengisi beberapa formulir dengan arahan sang resepsionis.

Dia meminta Seokjin untuk menunggu sejenak. Kemudian menghubungi seseorang dengan telfon kantor. Ia tak tahu apa ada yang salah dengan reservasinya, atau memang sudah menjadi prosedur operasional. Perbincangan disana terjadi lumayan lama dan jangan harap Seokjin tidak was-was.

Bagaimana jika informasi pemesanan tidak valid? Atau lebih buruk lagi, dikerjai? Akal-akalan busuk Yoongi?

Ia tak akan berpikir dua kali untuk segera menendangi mobil Yoongi jika liburan terpaksa ini adalah skenario palsu yang bermaksud menjahili.

"Anu, maaf. Apa ada masalah?" Seokjin memberanikan diri untuk bertanya, ketakutannya akan bayang menjadi gelandangan sementara dan tidur diluar begitu menghantui.

Beruntung segera disangkal resepsionis. "Saya hanya mengkonfirmasi kedatangan anda kepada direktur utama, tuan Kim. Beliau hendak memberi salam." Lalu sebuah kartu pembuka kunci diberikan padanya.

Seokjin bernafas lega. Untung saja bukan hal yang ditakuti. Seokjin tidak jadi gelandangan dan akan tidur dengan bebas merdeka.

Tapi,

Siapa direktur utama hotel ini?

Terlebih penting, memangnya ia mengenal sang direktur?

Selagi menunggu, Seokjin menelisik sekitar hotel. Oceania hotel, salah satu dari deret hotel sekitar Naksan. Bintang lima. Barangkali ia pernah menemui pemangku jabatan Oceania saat dulu, ketika ayah memaksanya datang dalam pertemuan santai antar pelaku bisnis. Ia memang pernah menghadiri salah satunya meski tidak sering, sebab obrolan bisnis memang bukan ranah yang Seokjin minati.

Seokjin mencoba untuk mengingat.

"Sepertinya belum lama ini ada berita terkait Oceania." Seokjin merogoh kantung celana, hendak memastikan lewat portal online lewat ponselnya. "Sial. Aku tidak bisa pakai handphone." Ia merutuk ketika teringat dengan tekadnya hari ini.

The Red Thread Of Fate : Moonlight [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang