ELEVEN (Part 2)

59 8 7
                                    

Mentari bahkan belum menampakkan wujud dari ufuk kala dering panggilan memaksa Namjoon bangkit dari kantuk. Ia bersumpah, bila saat ini tubuhnya masih begitu lelah.

Jika saja bukan Yoongi yang memanggil, tentu Namjoon ingin total abai. Kembali menyambangi mimpi terlihat begitu menggoda daripada bangkit menemui realita. Sayangnya Namjoon kelewat paham bila Yoongi selalu memiliki percakapan penting yang harus segera Namjoon ketahui, kalau sudah menghubunginya seperti ini.

Dan benar saja, menit-menit yang telah berlalu berisi percakapan serius. Bariton di seberang sana tak henti mengucap baris kata penting, Namjoon dipaksa mencerna seluruhnya ketika kesadaran belum kembali sepenuhnya.

Pertemuan rapat rahasia pertama dalam sejarah dimana Northfalls Stars menjadi tuan rumah, beserta perdebatan yang turut mengukir gurat malam kemarin. Topik pembahasan rapat yang Namjoon sendiri baru ketahui seberapa jauh perkembangan penyelidikan, merambat hingga pada satu nama kelompok tak asing di telinga.

Namjoon dibuat menggigit ujung bibirnya sendiri.

"Jangan bercanda...."

"Faktanya telah dikonfirmasi langsung oleh tetua Park. Ini memang The Crescent Manes. Tapi kami curiga bahwa bahkan tetua jauh lebih tahu siapa figur yang tengah kita semua hadapi."

"Terdengar seakan tetua tutup mulut."

"Benar. Watcher Jung yang pertama kali menyudutkan para tetua. Aku terkesan pada keberaniannya." Terdengar hela napas sejenak dari seberang panggilan. "Tetua selalu memiliki rahasia yang bahkan sekalipun para Alpha tidak ketahui. Pada situasi tertentu sebagaimana sekarang, jelas saja ini menjadi hambatan."

Tak lupa setelahnya ia melaporkan apa yang ia lakukan kemarin setelah berhasil menemukan Seokjin. Juga termasuk bagian bahwa Namjoon terpaksa mengubur dalam-dalam rencana pendekatan perlahan akibat situasi diluar perkiraan.

Membuat Yoongi bereaksi mengeluarkan tawa keras.

"Sudah kukatakan bahwa kau itu agresif. 'Pelan-tapi-pasti' pantatku?"

Sial. Sang Alpha jelas tengah mengejeknya.

"Bagaimana dengan Seokjin?" Topik mulai beralih. Yoongi menginginkan Namjoon segera mengecek kondisi Seokjin hari ini.

"Tunggu sebentar." Ia berjalan ke arah monitor yang menampilkan seluruh tangkapan cctv di ruangan Seokjin. Matanya liar mencari se-sosok lelaki yang tengah mereka bahas.

Seokjin tidak ada di manapun.

Kemana dia?

Kini Namjoon spontan beranjak menuju sisi dimana ia begitu yakin bahwa kamar Seokjin menempel dibalik dinding ruang tengah apartemen Namjoon. Ia menajamkan pendengaran, mencoba menemukan setidaknya hela napas dari seberang sana. Namun nihil, ia tak menangkap satu suara pun.

Detak jantungnya mulai berpacu hebat. Kembali Namjoon menuju kamarnya dan berkutat pada komputer, mencari-cari rekaman beberapa jam ke belakang.

"Ada kendala?"

"Seokjin sudah tidak ada di ruangannya." Namjoon berkata jujur. Netra dan jemarinya kian bergerak cepat menelusuri.

Ketemu.

Tepat satu jam lalu, Seokjin nampak sibuk melakukan sesuatu di dapur. Rekaman yang diambil kurang begitu jelas karena membelakangi figur itu, tapi Namjoon yakin jika Seokjin sedang mencoba memasak.

Kemudian lima menit sebelum Namjoon bangun, Seokjin sudah beranjak dari apartemennya.

"Kurasa dia berangkat kerja. Seokjin selalu dapat shift pagi." Yoongi menebak begitu saja. Dan setelah Namjoon teliti lagi, Seokjin memang berpakaian begitu formal dan rapih.

The Red Thread Of Fate : Moonlight [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang