she's not one of them. .right?

751 102 6
                                    


Pagi itu para siswa sedang sarapan di aula pada umumnya, dan begitu pula dengan Harry,Ron serta Hermione.

Jesseline kala itu tak ikut sarapan dengan anggota HogGuards yang lain, ia tengah di ruangan kepala sekolah tengah membicarakan hal penting.

Harry hanya bisa terdiam memikirkan kejadian semalam, semuanya begitu cepat terjadi, Troll masuk kedalam sekolah, Kaki Snape yang berdarah, juga tangan penuh luka berlapis perban milik Jesseline.

Itu membuat Hermione dan Ron sedikit khawatir karena Harry tak menyentuh sarapannya sedari tadi.

"Take a bit of toast mate, go on"

Kata Ron melihat Harry masih dalam posisi yang sama, dan piringnya tak kunjung kosong.

"Ron benar Harry, kau butuh energimu hari ini"

Hermione yang melihat ke-keras kepala-an Harry pun turut angkat suara.

"Aku tak lapar"

Jawabnya sedikit lesu, membuat Hermione dan pria red-head itu tambah khawatir.

Ditengah sarapan pagi mereka, Snape datang dengan jalan sedikit pincang,Harry hanya bisa memasang wajah diam ketika Snape menghampiri soon-to-be-golden-trio itu.

"Semoga beruntung hari ini Potter,Kini setelah kau membuktikan dirimu melawan Troll, Permainan Quidditch pasti bukan apa-apa bagimu, walau melawan Slytherin sekalipun"

Kata Snape lalu pergi begitu saja dari meja makan Gryffindor, Jesseline kala itu telah menyelesaikan urusannya dengan kepala sekolah dan tengah melumat muffin coklat dengan beberapa lembar kertas ditangan kirinya, Ia mendengar seluruh percakapan antara adik dan ayah walinya itu, dan dirinya juga tahu bahwa Snape hanya mencoba memberi semangat kepada salah satu anak dari Lily Evans itu, Jesseline hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan Snape.

"Seriously?"

Ucap Jesseline sambil mengangkat muffin yang sudah ia makan setengah, Snape hanya mengangkat alis dan berkata kenapa.

"Nothing".

Jawab Jesseline lalu menghela nafas kecil, ia pun sedikit menunduk saat Snape hendak keluar dari aula, ia pun kembali meng-gelengkan kepalanya mengingat Snape memanglah bukan orang yang mudah ataupun sering tersenyum, namun ia tau bahwa senyuman Snape bukanlah sebuah kelangkaan dimasa kecil Jesseline dulu. 

Betapa hal-hal kecil yang ia lakukan saat masih balita akan dengan mudah membuat Snape menyunggingkan senyumannya, itu adalah salah satu harta karun indah yang ia punya.

Satu hal yang tidak diketahui Snape, anak-anak tahun pertama tadi membicarakannya tentang kakinya yang pincang, tanpa mereka tahu, Jesseline menguping pembicaraan mereka dengan berpura-pura berbicara pada Percy yang duduk tak jauh dari mereka.

"Jesse ada ap-"

"Diam sebentar"

Percy merasa sedikit canggung karena batang hidung mereka masing-masing hampir menyentuh, namun ia harus terpaksa diam karena jika ia bereaksi, kedua adik kembarnya akan menggodanya karena lemah jika bersama wanita, apalagi wanita itu Jesseline.

Sementara Jesseline tengah fokus mendengarkan percakapan adik adik juniornya, ia bahkan tidak peka dengan wajah Percy yang mulai berwarna merah.

"Dengar, tadi malam, aku menduga Snape yang membiarkan troll itu masuk sebagai pengalih perhatian agar ia dapat mencoba masuk melewati anjing berkepala 3, tapi ia digigit anjing itu. Itu sebabnya dia pincang"

Jesseline mendengarkan percakapan mereka dengan seksama, Ia tak terlalu terkejut jika mereka mencurigai Snape, sudah biasa ia mendengar komentar yang tak enak didengar tentang Snape baik itu murid tahun pertama atau murid-murid tahun ke tujuh yang akan lulus, tapi ia memilih mendengarkan saja, dan tak melaporkannya kepada Snape.

The Slytherin's PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang