Tuk..
Tuk..
Tuk..
Plak!
Ujung sepatu pantofel itu mengetuk bergesekan pada marmer putih yang padat, di sambung dengan suara tamparan yang memanas pipi si remaja dominan membuat kulit nya memerah padam hingga kebas.
"Ssh," ringis remaja laki-laki kesakitan akibat tamparan dari pria yang lebih tua beberapa tahun dari nya.
"Kau membunuhnya?"
Remaja dengan pakaian serba hitam mengangguk telak, menatap tajam pria tinggi beberapa cm di hadapannya sambil berdesis. "Ck, kau yang mengajari ku bukan? Jika merasa terancam, bunuh saja orang itu."
Suh Hendery bergeming malas, masih menatap siluet tajam sang ayah. "Dad, aku tidak bodoh. Aku mengetahui dia memiliki rencana jahat pada xiao, maka dari itu aku bunuh saja dia."
Johnny tak bergeming, ia menghela gusar. "Hah! Sifat pembunuhnya menurun pada mu." Gumam Johnny kecil.
"Kau membunuhnya dengan kedua tangan mu ini?" Tanya pria tua yang merupakan seorang dominan tersebut.
"Menggunakan ini," Hendery menampilkan kedua senjatanya, pisau sangkur dan sebuah pistol. Kemudian ia menyimpan kembali benda berbahaya itu di balik jaket milik nya.
Johnny memejamkan mata nya lelah, "lalu mayatnya?"
"Ada di ruangan bunker." Ujar Hendery seraya berjalan meninggalkan Suh Johnny di ruang tengah seraya bersiul.
Tak ada yang di takuti oleh laki-laki yang menginjak remaja ini. Pikiran nya hanya satu, mengikuti alur yang sudah di rancang oleh Tuhan.
Lagi pula, jika nanti nya ia mati pun tak ada yang perduli dengan nya. Tetap saja, ia termasuk dalam seorang pendosa.
Mengetik sebuah keyboard layar sentuh pada dinding pintu, ia menempelkan jempol nya pada layar yang menunjukkan sebuah sidik jari. Hingga pintu itu terbuka lebar, anak dari keluarga suh ini mulai masuk kedalam sana.
Ia berdiri di ambang pintu, menatap sekeliling ruangan besar yang indah namun terasa sepi. Hanya dirinya yang berada di dalam sana. Ruangan itu adalah kamar nya sendiri, terlihat lebih dari kata kamar. Ruangan ini malah seperti pacu adrenaline, membuat dirinya sendiri takut untuk tidur di dalam kamar nya.
Hendery berjongkok, menjambak surai hitam pekatnya yang halus dengan kuat. Ia memekik nyaring, menetralisir tubuhnya seperti semula. Untung kamar tersebut merupakan ruangan kedap suara, jadi orang yang berada di mansion Seo tidak terkejut akan teriakan nyaring dari Hendery.
Ia kembali berjerit keras, sebelum menghempaskan jaket kulit pada lantai berisikan puluhan senjata tajam di dalamnya.
Hendery berjalan ke arah kamar mandi, kemudian mencuci bersih tangannya. Hingga ia menatap tajam dirinya sendiri di pantulan kaca wastafel. Menajamkan pandangannya pada luka pipi yang tergores panjang, ia penasaran apa yang membuat ia terluka sampai sepanjang ini?
Ia menyentuh bekas luka tersebut perlahan, sebelum memecahkan kaca yang menggantung itu menjadi retak.
Emosi nya tak tertahankan, ia tidak tahu. Bagaimana bisa ia menjadi se emosional jika melihat bekas luka tersebut.
Hendery menghembuskan napasnya gusar kembali, "sial! Ada sesuatu yang menjanggal, tapi.. aku tidak tahu itu apa." Desis anak laki-laki tersebut.
Ia mencuci bersih tangannya kembali, dan mencuci wajahnya. Tatapannya menajam saat menatap sarung tinju. Mungkin ia bisa membatasi amarahnya jika sudah menghantam samsak tinju di ruang olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Life Of Seo Family [✔]
Mystery / Thriller[YAOI] [Thriller] [Action] Kehidupan keluarga Seo Johnny tidak lah mudah, kehidupan keluarga yang penuh kegelapan hingga tak ada celah bagi keluarga itu untuk bahagia. ".... mpreg, missgendering, b×b ...." Warn⚠ Mature area. Adegan kekerasan. High r...