Suara getukan busur panah terdengar jelas di ruangan memanah. Suh Haechan melepas panah tepat pada sasarannya, di tengah.
Ia menghembuskan napasnya malas saat teman sebayanya menghitung hasil point main yang sedari tadi ia lakukan.
"Sudah ku jumlahkan, hasil nya enam puluh empat." Ujar pria yang tingginya hampir seperanta dengan Haechan.
"Moon Yangyang, bisakah kau tidak menjumlah kan angka itu?!" Dengus nya kesal.
"Ini perintah Tuan Suh Johnny," ujar Yangyang begitu jujur.
Sekali lagi Haechan berdecak malas, menduduki bokongnya pada kursi yang telah di sediakan pada ruangan tersebut. Meneguk air mineral yang di berikan oleh Moon Yangyang, Haechan mampu menghabis kan air minum itu sampai tidak tersisa di dalam botol.
"Ada apa? Kau terlihat tak semangat." Yangyang terheran-heran sebab hasil hitungan nya kali ini berjumlah menurun. Apa yang membuat Haechan mendadak lesu seperti ini.
Yangyang menghampiri atasannya tersebut, duduk di samping Haechan. Menyandarkan punggungnya yang terlihat lelah, Yangyang menatap Haechan lamat-lamat. "Apa yang kau pikirkan?"
"Aku? Tidak ada." Jawab nya sembari tertawa kecil.
"Lalu kenapa kau tak bersemangat?"
"Sedang di fase malas," dengus pria bersurai caramel tersebut.
"Jika ada kembaran ku, kau pasti akan bersemangat sekarang!" Yangyang berujar seketika, membuat Haechan bergidik geli dengan ucapan anak bermarga Moon itu.
Haechan berdecak sebal, pikiran nya akhir-akhir ini tengah berkecamuk. Ada sesuatu hal yang membuat nya seketika ingin menjadi seorang detektif.
"Oh ya, dimana anak bajingan itu? Sedari tadi aku tak melihatnya." Haechan menoleh ke penjuru ruangan yang luas, nampak sepi. Ia masih fokus memperhatikan ke arah pintu, berharap kembaran dari Moon Yangyang muncul.
"Aku mendapatkan info dari ayah, dia melakukan penelitian dengan mayat baru." Ucap Yangyang.
Haechan menampilkan kerutan pada dahinya, "mayat baru? Siapa yang membunuh siapa?" Anak bungsu Suh Johnny tersebut semakin bingung, situasi seperti ini siapa yang membunuh seseorang?
"Katanya, Tuan Hendery." Pungkas Yangyang, ia mengambil macbook di atas meja nakas. Berupaya mengecek file data yang di kirimkan oleh sang kembaran.
Moon Yangyang menampilkan sebuah foto kepada Haechan, membuat si bungsu Seo tersebut meringis seraya menahan muntah.
"Psikopat generasi net, kenapa dia menguliti wajah mayat itu?!" Haechan mendengus kasar seraya berseru, tak disangka Moon Renjun ternyata sebejat itu pada makhluk yang sudah mati.
"Ayolah Chan, dia hanya ingin bereksperimen." Yangyang tertawa nyaring setelah melihat raut wajah Haechan yang tak bersahabat.
"Itu bukan bereksperimen bodoh." Desis anak adam seraya meneguk kembali air mineral yang baru.
"Kenapa kau marah-marah seperti ini? Apa kau sedang heat?" Goda teman kecilnya, memberikan senyuman nakal pada Haechan.
Haechan seketika memukul keras punggung pria di sampingnya, sehingga anak bermarga Moon tersebut meringis menahan kesakitan.
"Sialan! Aku ini laki-laki normal! Beraninya kau menyamai ku dengan para omega. Aku pihak atas!" Geram nya sembari menandas ucapan Yangyang.
"Ya sialan! Aku hanya bercanda, kau selalu saja terbawa perasaan." Yangyang ikut naik pitam, namun segera ia tahan agar tidak kelewatan batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Life Of Seo Family [✔]
Mistero / Thriller[YAOI] [Thriller] [Action] Kehidupan keluarga Seo Johnny tidak lah mudah, kehidupan keluarga yang penuh kegelapan hingga tak ada celah bagi keluarga itu untuk bahagia. ".... mpreg, missgendering, b×b ...." Warn⚠ Mature area. Adegan kekerasan. High r...