10. Ketemu

638 120 15
                                    


"Argh! Lo mau kita nyari tanggal buat apa sih, Jen?" Haechan melempar kalender meja yang sejak tadi dibolak-balik olehnya. Jeno selalu menolak setiap tanggal merah yanh diajukan olehnya.

"Lo kalau mau ngajak kita liburan, kenapa rempong banget sih sampe nyari tanggal. Biasa juga kita dadakan pesen tiket pesawat," kata Haechan yang sudah lelah.

"Siapa yang mau liburan?" tanya Jeno balik yang membuat kedua mata Haechan membulat sempurna.

"HAH? Terus maksudnya apa lo minta gue, Renjun sama kembaran lo buat nyari tanggal?! Asu banget bener deh lo, Jen!" balasnya yang melempar bantal kecil ke arah Jeno dan tepat mendarat di muka.

Renjun menutup kasar laptop Jeno. Pandangan mata datarnya tepat ke arah temannya itu. Berdiri dan berjalan ke belakang laki-laki itu. "Kalau mau minta tolong, ngomong yang jelas. Bajingan!" katanya memukul kepala Jeno dengan keras.

Jaemin? Hanya hanya tiduran dan memperhatikan kembarannya yang tengah dihajar oleh Renjun dan Haechan. Bersiul pelan. "16 Januari dan 23 April. Lo enggak mau tanggal cantik, tapi lo mau punya tanggal yang berarti."

Posisi duduknya berubah. Menyilangkan kedua kakinya dan menghadap ketiga orang itu yang kini melihat ke arahnya. Pertikaian sesaat itu telah berhenti setelah mendengar kata-kata Jaemin.

"23 dikurang 16 itu sama dengan 7. Kalau angka 7 itu kita putar 180 derajat, maka akan terlihat seperti huruf L," kata Jaemin yang tampak berpikir sejenak. "Tetapi kalau kita balik angka 7 dan baru diputar 180 derajat, maka akan seperti huruf J."

Jaemin berdiri dari duduknya. "Dan J itu adalah huruf ke 10 dalam abjad. Bagaimana kalau 7 Oktober?"

Jeno mengerjap takjub. Haechan menganga terkejut. Renjun mengernyit tidak mengerti.

"Kok diem? Gue kan udah kasih usul. Apa salah?" tanya Jaemin bingung. "Oke gue pik—"

"ENGGAK!" Jeno berdiri. Ia memeluk kembarannya dan memberikan ciuman di pipi kanan Jaemin. "Thank you twins! You're my hero after Papa!" katanya yang langsung berlari keluar kamar meninggalkan Haechan dan Renjun yang masih tidak mengerti dengan tanggal yang dimaksud.

Jaemin menggeleng. Mendekat ke arah kedua sahabatnya dan menepuk bahu mereka. "Tanggal buat nembak Jennie."

Haechan mengerjap. Renjun melotot.

"ASU EMANG JENO PUTRA BAGASKARA!"

"BAJINGAN! KITA NYARI TANGGAL KAYAK ORANG BEGO. TERNYATA BUAT NEMBAK SI JENNIE."

Jaemin mengangkat kedua bahunya. "Ya udah lah ya. Kasihan dia jomblo dari embrio. Gue traktir sebagai permintaan maaf. Mau apa? Kaepci? Mecdon? atau Ei dan Double Yu?"

"Murah banget kita," kata Renjun.

"Arab Stick lah!" balas Haechan. "Laper gue. Ayo, Jaem!"

Jaemin tersenyum. Tinggal gue kasih aja bonnya ke Jeno, batinnya yang berlalu keluar kamar. Namun langkahnya terhenti dan berbalik ketika Renjun dan Haechan memanggil.

"Lo itu tadi bilang Jeno jomblo dari embrio?" tanya Renjun sekali lagi dan diangguki oleh Jaemin.

"SI BANGSAT! GUE SAMA RENJUN JUGA JOMBLO DARI EMBRIO!" teriak Haechan mengejar Jaemin yang berlari lebih dulu. "KE SINI LO!"

***

Jennie tampak semakin was-was ketika mendapatkan pesan dari Jeno. Pikirannya semakin kacau setiap kali melihat atau mendengar kata-kata yang sama dari Jeno. Bayangan wajah tersenyum penuh bahagia itu masih menghantui dirinya.

Manusia menyebalkan
Jennie. Kamu tunggu ya.
Aku udah ketemu tanggalnya!

Membaca pesan kedua membuat jiwa Jennie seakan lepas dari tubuhnya. Keluarganya pun sudah pasti tidak akan bisa menolongnya. Apalagi kedua temannya, lebih tidak mungkin lagi. Sekarang hanya dirinya seorang untuk berhadapan dengan laki-laki yang sangat amat mirip dengan Jeno NCT!

"Kenapa di dunia ini ada kata-kata mengenai kita yang punya kemabaran di dunia?! Mana orangnya deket banget lagi. Sial banget nasib gue."

Jennie merebahkan dirinya di atas kasur. Berguling dan memeluk guling bersarung wajah Chenle. "Kalau kamu yang punya kembaran, aku ikhlas dijodohin sama kamu, Chenle."

Tubuhnya berguling ke kanan dan ke kiri dengan masih memeluk guling kesayangannya. Otaknya tidak bekerja saat ini. Kecepatan Jennie berguling kian bertambah hingga pada akhirnya ia terjatuh dari tempat tidur.

"Aduh sakit banget. Sial bang—oh iya! Kenapa gue enggak pura-pura pacaran aja sama orang lain?" Jennie berseru dengan riang. "Siapa ya? Tapi siapa?!"

Jennie menghela napasnya. "Hanbin? Ya kali kagak mungkin, satu sekolah tahu gue sama dia sepupuan. Daniel? Ya kali sama mantan, yang ada dia kesenangan sampe ngajak gue balikan."

Tubuhnya terjatuh lemah. "Kayaknya gue emang harus meratapi nasib kali ya? Emang bener kata orang, jangan terlalu benci nanti malah dapet yang dibenci. DAN INI TERJADI SAMA GUE?!"

***

Published March 23rd, 2021

Like A Idol (Jennie Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang