Jennie mendengus melihat Jeno yang mengelurkan tangannya. Bahkan senyum menyebalkan itu benar-benar muak. Jika saja semua album yang dibeli kemarin tidak berisi photo card Chenle, sudah pasti dirinya tidak akan seperti sekarang. Menerima uluran tangan laki-laki itu dengan sebal.
Berbeda sekali dengan Jennie. Jeno tempak begitu bahagia. Senyum yang terukir diwajahnya seakan tidak pernah luntur sejak semalam menutup matanya untuk tidur. Bahkan Jeno yakin, dirinya tidur dengan senyum.
Kini setiap pagi, tangan kirinya akan selalu setia menggandeng tangan perempuan yang sudah mencuri hatinya. Perempuan yang dicari oleh Jeno adalah sosok yang benar-benar mirip dengan Jennie Blackpink. Dan kini dia mendapatkannya.
Seluruh siswa-siswi yang melihat tampak terkejut dengan kedatangan pasangan itu. Memang kemarin mereka dikejutkan dengan kedua yang berangkat bersama dan hari ini mereka berdua masuk dengan bergandengan tangan. Sungguh berita panas yang akan membuat hebih seantero sekolah.
Suara bisik dapat Jennie dengar dengan sangat jelas. Walaupun dirinya termasuk dalam kalangan most wanted, tetap saja menjadi pusat perhatian bukanlah hal yang diinginkannya. Terlebih lagi saat Taeyong memberitahukannya mengenai Jeno yang diam-diam banyak di dekati oleh siswi.
Orang seperti dia apanya yang bagus? Kelakuannya aneh seperti ini. Mata Jennie melirik dari atas hingga ke bawah. Menilai penampilan Jeno yang terkesan biasa saja, dan jangan lupakan kacamatanya yang selalu bertengger di hidung besar itu. Menurut Jennie, hidung laki-laki itu berukuran besar.
"Sudah sampai. Nanti jam istirahat pertama temani aku sholat dhuha ya," pinta Jeno dengan senyumnya.
"Iya." Singkat, padat dan jelah. Satu kata itu terlontar dengan nada suara yang malas. "Sudah sana. Banyak yang li-" perkataan Jennie terhenti ketika merasa rambutnya dielus dengan lembut oleh Jeno. Entah kenapa wkatu terasa berhenti. Kedua sorot matanya bertemu dengan sorot mata Jeno sesaat sebelum mata itu ikut tersenyum, beriringan dengan senyum yang terbentuk di bibirnya.
"Aku belajar dulu. Kamu juga belajar yang rajin ya."
Sepeninggalan Jeno, dia masih terlihat berdiri di depan kelasnya. Tangannya terangkat memegang bagian rambut yang dielus oleh Jeno. Pipinya memanas mengingat perlakuan manis dan hangat itu.
Rose, Jaemin, Lisa, Jisoo, Haechan dan Renjun yang melihat siaran FTV pagi hari yang tayang sebelum jam masuk sekolah itu tampak tidak bergeming. Rose, Jaemin dan Lisa tersenyum penuh arti. Renjun dan Jisoo sejak tadi menahan napasnya melihat pemandangan romantis di depan mereka. Sedangkan Haechan tampak berpikir sejenak mengenai kata-kata apa yang sesuai dengan pemandangan di depannya untuk diunggah beserta rekaman videonya.
Melihat Jennie yang masih terdiam di tempat dan jangan lupakan tangannya yang sejak tadi mengelus rambutnya sendiri seperti yang dlakukan oleh Jeno. Jisoo, Rose dan Lisa maju beberapa langkah sebelum akhirnya merangkul sahabatnya.
"Pilih Jeno asli apa Jeno kawe-kawean?" goda Jisoo yang sudah menusuk-nusuk pipi Jennie dan langsung ditepis oleh sang punya.
"Siapa?" tanya Jennie yang sudah menaikan alis kirinya. "Dia? Idih! Siapa juga yang mau, gue nunggu kawe Chenle muncul!" kesal Jennie yang langsung masuk ke dalam kelas dan tidak lupa menghentakkan kakinya.
Melihat kepergian Jennie, ketiga tertawa dengan puas diikuti oleh Jaemin dan Haechan. Sedangkan Renjun, laki-laki kurang tinggi badan itu hanya memiringkan kepalanya. Tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi antara sahabatnya dengan perempuan bernama Jennie itu.
***
Sesuai janji hari ini, Jennie menemani Jeno yang sedang berada di dalam masjid sekolah. Melaksanakan salat sunnah. Jarang sekali Jennie ke masjid sekolah ketika waktu istirahat, kecuali istirahat kedua untuk melaksanakan salat dzuhur.
Waktu telah berlalu sepuluh menit lebih dan Jennie tampak berkali-kali melihat ke dalam untuk memastikan Jeno tidak tidur setelah melaksanakan salat dhuha. Bagaikan pucuk tiba, Jeno keluar dari masjid dan segera duduk di samping Jennie untuk memakai sepatunya.
"Maaf lama. Aku biasanya sholat dhuha 8 raka'at." Jeno memberitahu Jennie untuk menghindari pikiran negatif perempuan itu yang mungkin saja mengiranya rebahan di dalam masjid.
"Gue kira lo kayak Jaemin. Jarang gitu kelihatan sholat, itupun kalau enggak diajak secara paksa sama Rose."
Tawa Jeno terdengar dengan jelas. "Dia memang gitu, di rumah aja kalau Mama enggak bawa sapu udah pasti dia enggak akan tuh sholat. Susah banget disuruh ibadah doang."
"Di rumah dia juga gitu?" tanya Jennie memastikan dan dijawab anggukan oleh Jeno. "Gue kira cuman di sekolah. Pantas saja Rose setengah mati kalau soal ngajak Jaemin sholat. Padahal muka dia lebih alim dari lo, Putra."
"Kasihan kan si Rose. Dapat modelan kayak Jaemin, padahal dia rajin ibadah dan suaranya bagus ketika tadarusan. Eh dapatnya modelan kembaranku yang belangsak," kata Jeno yang membuat Jennie mengerutkan keningnya.
Rose kan tadarus juga pas lagi rohis. Kok dia bisa tahu?
"Yuk. Dari pada bahas kembaran aku yang begitu, mending kita makan siang. Kamu lapar, 'kan? Kali ini yang masak Mama, bukan aku." Jeno mengelurkan tangannya yang langsung disambut oleh Jennie.
"Kata Mama, dia enggak mau dapurnya berantakan kayak kapal pecah gara-gara aku kemarin masak. Aku sampai dilarang dekat-dekat kompor."
Sudut kanan bibir Jennie terangkat. "Mangkanya kalau enggak bisa masak, jangan masak. Kasihan itu Mama lo bersihin hasil karya anaknya sendiri."
"Namanya juga usaha. Kalau udah niat apa aja harus dilakukan, 'kan? Termasuk mencoba sesuatu yang baru untuk menarik perhatian kamu."
Jennie kembali tertegun ketika melihat Jeno tersenyum. Kenapa dia tersenyum lebih manis dibanding Jeno asli?
***
October 27th, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Idol (Jennie Jeno)
RomanceApa jadinya kalau Jennie yang selalu mendapatkan photocard Lee Jeno NCT Dream di dekati oleh Jeno, laki-laki yang memiliki muka yang mirip dengan Lee Jeno NCT Dream? Bagaimana Jeno mendekati Jennie, perempuan yang mirip dengan sang idolanya Jennie B...