12. Menunggu Jemputan Jeno

381 89 14
                                    


Jennie tampak duduk diam di ruang tamu. Menunggu kedatangan Jeno yang katanya akan mengajak dirinya untuk menikmati malam minggu. Waktu sudah menunjukkam pukul 5 sore tapi, tapi laki-laki yang memiliki muka mirip Jeno NCT itu belum kunjung menampakan wajahnya.

"Untung gue nunggu di rumah. Kalau di tempat janjian, udah gue cincang itu orang."

Tanpa Jennie ketahui, Taeyong tersenyum jahil. Berjalan mendekat dan berkata, "Ada yang mau malam mingguan di luar nih. Biasanya malam minggu di dalam kamar sambil teriak "Jeno EnCeTe ganteng banget!"

Mendengar itu, Jennie dengan cepat mengambil bantal sofa dan melempar ke arah Taeyong. "Sejak kapan gue memuji Jeno NCT? CHENLE! JAUH BANGET DARI CHENLE KE JENO! Mending lo ke THT deh, Bang. Periksa telinga lo. Takut gue kalau lo budek."

"Sial! Lo mau diculik ke mana sama si Jeno asli Indonesia?" tanya Taeyong penasaran.

"Siapa yang pergi sama Putra? Ogah, orang gue mau pergi sama Rosé," elak Jennie.

Taeyong memasang wajah jahilnya. "Pinter banget lo nyulik Rosé dari Jaemin. Biasanya sahabat lo itu tiap malam minggu update status sama Jaemin. Kayak sekarang sih," kata Taeyong menunjukkan status akun media sosial Rosé yang tengah mengunggah foto bersama Jaemin.

"Rosé anak kelas mana nih yang lo masuk?" tanyanya lagi kepada Jennie. "Pasti ganteng banget, ya, cowok yang namanya Rosé? Lucu juga cowok namanya Rosé."

"DIEM!" Jennie berjalan ke luar. Menunggu di luar lebih baik dibanding di dalam rumah. Baru saja keluar dari rumah, Jennie sudah melihat Jeno menghentikan motornya. "KAGAK USAH TURUN LO, PUTRA! DIEM DI SANA!"

Taeyong yang mendengar itu langsung tertawa bahagia. Adik perempuannya tengah malu karena akan berkencan dengan laki-laki bernama Jeno. Tidak ingin membuang kesempatan langkah ini, Taeyong dengan cepat keluar rumah. "Jeno. Gue baru tahu nama malam lo itu Rosé. Hahahahahaha ...."

Jeno yang mendengar namanya dipanggil oleh Taeyong hanya memandanh bingung. Tidak mengerti dengan yang dikatakan oleh kakak calon tunangannya. "Nama malamku Rosé? Hah? Kok Bang Taeyong ngomongnya gitu?"

"Gilanya kumat. Jangan dipeduliin. Jam segini dia emang gila kalau malam minggu. Jalan cepet!" ucap Jennie yang langsung memukul punggung Jeno.

"Pukulnya pake cinta gitu kek, Jen. Jangan pake kekuatan. Sakit ini punggung aku," keluh Jeno yang masih menyalakan mesin motor.

"Cepetan! Lama banget sih. Motor lo udah butut apa gimana?" Jennie masih memukuk punggung Jeno dan semakin kuat.

Tanpa pikir panjang, Jeno langsung tanpa gas ketika mesin motornya menyala. Senyum Jeno mengembang ketika Jennie melingkarkan tangannya dengat erat di perutnya. Rela deh punggung gue sakit asal dipeluk gini terus sama Jennie.

"Kalau mau ngegas, bilang dulu. Untung gue kagak mental!" kesal Jennie yang memukul dengan keras punggung Jeno untuk kesekian kalinya.

"Maaf, Jen. Tadi kamu bilang suruh cepet. Pas mesinnya nyala langsung aku gas biar cepet," kata Jeno memberikan alasan.

"Halah! Modus lo! Bilang aja mau dipeluk sama gue," sungut Jennie yang melepas pelukannya. Memegang ujung jaket denim yang dikenakan oleh Jeno.

"Peluk lagi aja. Lebih aman dibanding kamu pegang jaket aku," ucap Jeno sedikit tidak rela ketika Jennie melepaskan pelukannya. Mau tancap gas lagi, takut bila perempuannya marah dan mengamuk diperjalanan.

"Keenakan di elo," balas Jennie.

Jeno dan Jennie berbicara dengan teriak. Mengabaikan setiap pasang mata yang tengah berkendara seperti mereka. Seperti sepasang kekasih yang tengah bertengkar di malam minggu.

October 5th, 2021

Like A Idol (Jennie Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang