Jennie terdiam ketika Jeno membawanya menuju tempat yang terlihat asing. Hanya ada gerobak penjual nasi goreng di pinggir jalan tanpa adanya tenda dan penjual minuman di sebelahnya. Ekspektasinya memang benar akan makan dipinggir jalan, Jennie sama sekali tidak mengira dirinya benar-benar makan di pinggir jalan.
"Kenapa wajah kamu begitu?" tanya Jeno bingung. "Tadi di jalan katanya laper, kok sekarang malah kelihatan kayak orang bingung."
"L-lo serius ngajak gue makan di pinggir jalan begini?" Bukan menjawa pertanyaan Jeno di awal, Jennie malah bertanya balik dengan malu menunjuk gerobak nasi goreng tanpa tenda. "Kalau hujan, gimana?"
Kening Jeno mengerut. "Tadi katanya makan di pinggir jalan ayo aja. Kok sekarang jadi ragu?"
"Ih! Gue emang enggak apa-apa, tapi ini enggak ada tendanya, Putra! Lo bakal yakin ini bersih dan aman?" Jennie bertanya balik. Masih sedikit ragu untuk makan di tempat ini.
Jeno nampak bingung. "Tadi bilang mau makan di pinggir jalan yang biasa Rosé dan kembaranku makan. Lah ini tempatnya. Langganan keluarga aku kalau makan nasi goreng. Kalau misal eng—"
"Ayo makan!" Mendengar nama sang sahabat disebut, Jennie seketika berubah menjadi lebih antusias. Ia sama sekali tidak mengira nasi goreng yang diceritakan oleh Rosé berbentuk seperti ini. Setidaknya, Rosé selalu memuji nasi goreng yang dimaksud.
Apa semua cewek suka berubah-ubah mood-nya, ya? Tadi bilang enggak mau, sekarang kok mau, batin Jeno yang masih bingung dengan perubahan Jennie. Setidaknya, gue enggak perlu muter nyari tempat makan lain.
Jeno berjalan mendekat dan menyebutkan pesanan miliknya dan juga Jennie. Satu porsi nasi goreng tidak pedas untuknya, satu porsi nasi goreng pedas untuk Jennie dan satu mi goreng sedang untuk mereka berdua. Ia kembali menuju tempat di mana Jennie duduk dengan membawa dua botol air mineral. "Minum dulu. Pasti kamu hauskan."
Jennie tersenyum. "Terima kasih, Putra. Tahu aja gue lagi haus," ucapnya menerima air mineral pemberian Jeno.
"Ternyata night drive dengan motor ada enak dan enggaknya, ya," lanjut Jennie ketika merasakan pertama kalinya night drive seperti ini. Menyenangkan seperti yang dikatakan oleh Rosé, hanya saja ia tidak bisa bergerak bebas ketika berada di atas motor. Hanya kepala yang terus bergerak melihat sekeliling dan bibir yang tidak berhenti ketika mengobrol dengan Jeno. Tangannya pun hanya bergerak sejenak untuk membenarkan posisi saat memeluk dan satu hal yang ia rasakan adalah perut laki-laki ini terasa kencang. Apakah dia rajin berolahraga?
Jeno mengangguk. "Enggak bebas bergerak bukan? Dan satu lagi, enggak bisa sambil makan, ya?" Tanpa menunggu jawaban dari Jennie pun, ia sudah tahu. "Next time aku bawa mobil deh. Biar bisa makan di jalan juga."
"Ah. Enggak kok. Bukan itu maksud gue. Ya kalau pun mau ngajak gue night drive lagi, selang-seling aja motor-mobil biar enggak bosen juga," balas Jennie.
Tanpa disadari oleh Jennie, Jeno tengah tersenyum. "Hehehe ... aku akan siap sedia night drive di saat kamu mau. Enggak cuman night drive aja, kapan pun kamu mau pergi, aku selalu siap sedia. Tinggal telepon dan aku akan tiba dalam waktu kurang dari 10 menit!"
Jennie tertawa ketika mendengar Jeno yang terlihat bersemangat. "Hahaha ... 10 menit? Pakai mobil F1? Tadi aja sampe setengah jam lebih. Mana 10 menit kurang?"
"Kalau i-itu tadi—"
"Permisi, Mas. Ini pesanannnya."
Jeno bernapas lega ketika pesanannya datang. Setidaknya ia tidak perlu membalas perkataan Jennie. Mari kita berpikir saat makan, bagaimana sampai di rumah Jennie dalam waktu 10 menit kurang?
May 15th, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Idol (Jennie Jeno)
RomanceApa jadinya kalau Jennie yang selalu mendapatkan photocard Lee Jeno NCT Dream di dekati oleh Jeno, laki-laki yang memiliki muka yang mirip dengan Lee Jeno NCT Dream? Bagaimana Jeno mendekati Jennie, perempuan yang mirip dengan sang idolanya Jennie B...