11. Jeno dan Doyoung

558 105 15
                                    


"Lo ada apaan tiba-tiba ngajak gue buat ke taman belakang?"

Jennie bertanya ketika Doyoung mengajaknya menuju taman belakang ketika jam istirahat. Tidak biasanya ketua kelasnya ini mengajak untuk berbicara di luar kelas.

"Biasanya juga ngomong di kelas kalau masalah kelompok atau perihal kelas," kata Jennie lagi.

"Something special, Jen," jawab Doyoung.

Kening Jennie mengernyit ketika mendengar balasan Doyoung. Sejujurnya Jennie tidak terlaku dekat dengan Doyoung kecuali membahas kelompok atau perihal kelas. Tapi, sejak 3 bulan lalu hubungan keduanya menjadi dekat sebelum kedatangan Jeno.

Jennie masih berpikir mengenai sesuatu apa yang amat teramat penting dan harus dibicarakan di taman belakang. Namun, semua itu terjawab ketika melihat taman belakang yang dihias dengan pita-pita berwarna merah muda.

Hah? Ini Doyoung mau nembak gue? Baru juga gue berdoa semalem buat dapat cowok dadakan!

Tidak hanya taman yang dihias, tetapi teman sekelasny pun turut hadir. Beberapa memegang ponsel untuk merekam dan beberapa membawa keranjang.

Ya Allah. Terima kasih telah mengabulkan doa hamba. Hamba akan terima ini untuk membatalkan perjodohan dengan Jeno!

Di sana ada inisal namanya dan juga Doyoung. Jennie berpikir Doyoung benar-benar tipe cowok yang amat teramat romantis hingga menyiapkan ini semua. Setidaknya ia akan membantu membersihkan ini semua sebagai balasan karena Doyoung dengan sedia mau membantunya secara tidak langsung.

Jennie berhenti ketika Doyoung berhenti. Dilihatnya laki-laki itu yang tengah tersenyum. Berlutut di depan Jennie dengan sebuah buket bunga yang baru saja diberikan oleh Chitta.

"Jen. Mungkin ini buat kamu terkejut. Awalnya aku masih mau menunggu sebulan lagi, tapi karena ada seseorang hendak merebut kamu dengan selalu menggandeng tangan kamu. Aku jadi mempercepat ini," kata Doyoung selembut mungkin.

Jennie memang terkejut ketika melihat taman belakang. Tapi, ia tidak sampai berpikir Doyoung akan seromantis ini untuk mengatakan cintanya dengan bersujud di depannya.

"Do you want to be my girlfriend?"

Kedua manik mata Jennie melirik satu ke sekeliling. Bertemu pandang ketiga sahabatnya yang menggeleng untuk menolaknya, tapi Jennie butuh Doyoung untuk menggagalkan rencana perjodohan ini. Maaf Doyoung, but you must to help me.

"Aku ma—"

"ENGGAK!"

Teriakan dari suara yang Jennie kenal membuatnya melihat ke arah orang itu. Jeno. Orang yang berteriak dengan napas yang masih memburu. Mukanya menatap tajam ke arahnya. Jennie sedikit takut ketika Jeno melangkah menuju ke arahnya.

"Dia enggak akan jadi cewek lo!"

Nada suaranya yang terdengar kesal dan marah dapat didengar oleh Jennie. Tubuhnya terkejut ketika Jeno meraih pergelangan tangan dan membawanya pergi. Namun, Doyoung melakukan hal yang sama meraih pergelangan tangan Jennie satunya dan membuat langkahny terhenti.

"Yang gue tembak itu Jennie, bukan lo! Jangan seenaknya lo, Jeno!" Doyoung tampak marah.

"Seenaknya?" Jeno tersenyum miring. "Jennie enggak akan nerima lo, Doy."

"Itu menurut lo! Bukan menurut Jennie," balas Doyoung dengan mata tajamnya. "Gue enggak denger Jennie nolak gue."

Suasana semakin panas. Teman sekelas Jennie dan Doyoung hanya bisa diem melihantnya. Tidak ada niatan untuk melerai mereka atau menyelamatkan Jennie di antara keduanya. Hawa dari kedua laki-laki itu terasa menyeramkan.

"Jennie. Jawab pertanyaan dia. Kamu pasti nolak dia, 'kan?" Jeno bersuara dengan amat lembut seperti biasanya. Jennie dapat merasakan rasa sedih ketika mendengar suara itu.

Jennie diam seribu bahasa. Menolak demi kebenaran dan hanya ada satu yang terluka, yaitu Doyoung atau menerima dengan akhir bahwa keduanya akan terluka?

Jennie bimbang.

"Pilih apa yang terbaik untuk kamu, Jen. Asal tidak ada yang terluka di kemudian hari."

Kata-kata Jeno yang membuat Jennie terdiam. Ia menarik napas. "Doy. Maaf. Gue enggak bisa terima lo. Gue enggak anggap lo lebih dari sekedar teman sekelas," jawabnya melepas pergelangan tangan Doyoung.

Doyoung tersenyum masam ketika mendengar jawaban Jennie. "It's okay. Gue terlalu lama sampai ada orang baru yang lebih cepat ambil hati lo, ya?"

Cukup Doyoung yang terluka di awal dari pada Jennie harus melihat laki-laki itu terluka hanya karena dimanfaatkan olehnya. Bukan karena Jennie takut tidak bisa mencintai Doyoung nanti. Hanya saja apa yang dikatakan oleh Jeno adalah benar.

Jennie membungkuk sebelum Jeno menarik tangannya untuk pergi dari taman belakang. Dilihatnya lagi punggung laki-laki itu yang nampak sedikit lebih lebar.

"Ke kelas aku, ya."

Satu kata ajakan dari Jeno membuat Jennie mengangguk. Jennie bahkan tidak memperdulikan banyak pasang mata yang melihat ke arahnya dan Jeno. Fokusnya hanya kepada punggung Jeno dan tangannya yang digenggam kuat oleh laki-laki itu.

Jennie seperti merasakan kalau Jeno tidak mau diriny pergi dari seberapa kuat genggaman tangan yang diberikan laki-laki itu. Tidak sakit, tapi terasa nyaman di tangan Jennie.

***

June 13th, 2021

Like A Idol (Jennie Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang