5. Makan Siang Buatan Jeno

1.2K 190 24
                                    


Jennie memandang malas sosok laki-laki yang kini duduk di depannya. Dia adalah Jeno Putra Bagaskara yang tidak lain dan tidak bukan adalah sosok laki-laki yang kata ayahnya tadi pagi adalah calon suaminya.

Terlebih lagi, Jennie tidak mengerti dengan sosok laki-laki bernama Jeno ini. Kemarin dia masih menggunakan kata "gue-lo" dan sekarang dengan seenak jidatnya "aku-kamu". Oh. Ayolah. Itu sangat menggelikan ditelinga Jennie.

Waktu istirahat berlalu sepuluh menit. Dan Jeno hanya duduk diam, memandangi Jennie dengan senyum yang mengembang. Tidak lupa dengan kedua matanya yang menghilang alias menyipit.

Kotak makan siang berwarna merah mudah yang berada di depan Jennie, sama sekali tidak disentuhnya. Begitupun juga Jeno yang tidak menyentuh makan siangnya yang berada di kotak makan siang berwarna biru.

"Lo yakin enggak kasih gue jampi-jampi di nasi goreng buatan lo?" tanya Jennie curiga.

Bagaimana bisa dirinya tidak curiga, bila laki-laki di depannya ini masuk ke dalam kelasnya dengan membawa kotak makan siang untuknya. Terlebih lagi, nasi goreng yang dibawanya adalah buatan tangannya sendiri. Jennie jelas curiga.

"Ya Allah. Aku mana tega memasukan itu ke makananmu. Aku enggak setega itu, Jen."

Jeno berkata dengan memasang muka melasnya. Hanya membawa makan siang saja, dirinya sudah dicuriga seperti ini. Bagaimana bila menikah nanti? Apakah Jennie akan mencurigai dirinya selingkuh?

Oh. Ayolah, Jeno itu masih panjang. Kenapa otakmu bekerja sampai sana?

"Ayo dimakan. Spesial buatan Jeno Putra Bagaskara yang akan membuat Jennie Khansa Permadi langsung jatuh hati."

Mata Jennie menatap tajam ke arah Jeno. "Beneran lo masukin jampi-jampi, kan? Ngaku lo!"

"Ya Allah. Jennie kenapa kamu ngomong gitu lagi ke aku? Aku enggak masukin kayak gitu. Sumpah! Demi Allah, Jen!"

Jennie merengut. Mengambil sendok dan mulai memakan nasi gorengnya.

Jeno tersenyum senang. Namun, itu hanya sesaat sampai Jennie menyemburkan nasi goreng tepat di wajahnya.

"LO MAU BUAT GUE DIABETES? HAH? NASI GORENG APAAN MANIS BEGINI!"

Jeno mengedipkan matanya. Manis? Masa, sih?

Tanpa berpikir panjang. Jeno memakan nasi goreng buatannya. Dan tersenyum.

"Kenapa lo senyum-senyum? Enak punya lo?" tanya Jennie yang langsung dijawab gelengan oleh Jeno.

"Beneran ke manisan. Tadi aku udah masukin garem beneran kok. Bukan gula. Tapi, kenapa bisa manis, ya?"

"YA ITU LO MASUKIN GULA, BEGO! AH! BISA GILA GUE! GUE MAU KE KANTIN LAPER GUE!"

Jeno dengan cepat menahan tangan Jennie. "Biar aku aja yang ke kantin. Kamu mau apa?"

"Gue bisa sendiri. Nanti yang ada lo malah kasih gue racun lagi."

Jeno menggeleng. "Enggak. Kali ini janji beneran. Kan beli di kantin."

"Gue mau mie ayam. Enggak pakai lama. Bawain gue es milo juga. Cepet!"

Dengan cepat Jeno berlari keluar kelas. Bernapas kega saat antrian mie ayam tidak terlalu ramai. Ia dengan cepat memesan satu mie ayam lengkap dan membawanya ke kelas.

"Cuman satu?"

"Iya. Buat kamu. Aku udah pisahin sambal sama saus. Pangsit rebus aku pisah. Ini juga ada pangsit goreng. Daun bawang juga aku pisah. Kamu bisa pilih sendiri mana yang enggak mau."

Jeno tersenyum saat Jennie mulai makan mie ayam miliknya. Ia kembali duduk dan memakan nasi goreng manis buatannya. Sayang kalau dibuang, dikasih orang juga enggak layak. Gue makan sendiri aja. Buatan gue ini.

Jennie melirik sekilas. Ia menghela napasnya.

Tanpa diketahui Jeno, Jennie menyisihkan mie ayam miliknya di atas tutup kotak makan siang. Meletakkannya tepat di depan Jeno.

"Makan mie ayamnya. Gue kebanyakan. Sekalian pangsit rebusnya lo yang habisin.

"Eh? Aku lagi mak--kok ditutup nasi gorengnya?"

"Makan yang ini. Bukan yang itu!" tunjuk Jennie pada mie ayam yang sudah dipisahkan olehnya.

"Gue enggak terima penolakan."

***

June 17th, 2020

Like A Idol (Jennie Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang