2. Pulang

1.6K 224 12
                                    

Jennie berdiri di depan gerbang sekolahnya. Sudah tiga puluh menit ia menunggu Rosé yang belum kunjung datang. Lisa dan Jisoo sudah pulang sejak tadi, dan hanya Rosé yang searah dengannya. Namun, temannya itu belum juga kunjung datang.

"Apa dia pikir hari ini enggak panas?"

Jennie melirik kembali jam tangannya. "Lima menit lagi enggak nongol. Gue tinggal."

Jennie melipat tangannya di dada. Menatap ke arah lobi sekolahnya dengan tatapan tajam yang siap membunuh Rosé kapan saja saat sosok itu terlihat. Dan benar saja, Rosé mulai terlihat berjalan ke arahnya dengan begitu santai.

"Rosé! Ngapain lo jalan lambat gitu. Panas ini!" teriak Jennie, namun benar-benar tidak dipedulikan oleh Rosé.

"Jen," katanya saat berada di depannya. "Lo pulang diantar Jeno, ya? Jaemin minta ditemenin ke toko buku."

"Jeno? Kalau tahu gitu gue pulang dari tadi."

Rosé menahan Jennie yang hendak pergi. "Gue minta maaf banget. Jaemin baru bilang minta ditemenin, Jen."

"Terus kenapa kagak sama si kembarannya itu?"

Rosé tersenyum tanpa dosa. "Kayak enggak tahu orang pacaran aja, sih, Jen."

"PACARAN TERUS!" kesal Jennie. "Gue balik sekarang, awas mau pul ..."

"Rosé, sorry lama. Gue tadi nitip duit dulu ke Jaemin." Terdengar suara asing laki-laki di telinga Jennie, namun tidak untuk Rosé. "Ah. Ini yang namanya Jennie? Perkenalkan gue Jeno Putra Bagaskara. Panggil Jeno aja."

Jennie menatap tangan Jeno yang terulur ke arahnya. "Jennie Khansa Permadi. Panggil Jennie aja," balas Jennie dengan nada sedikit tidak bersahabat. "Gue panggil lo Putra, boleh?"

Jeno sedikit tertegun dengan permintaan Jennie. "Enggak apa-apa kok Jen. Terserah lo mau manggil apa."

"Sorry, ya, Jen. Dia itu anti sama nama Jeno karena selalu dapet PC Jeno NCT Dream mulu dan enggak pernah dapet member lainnya," jelas Rosé. "Gue balik ke parkiran, ya. Jaemin pasti udah nungguin. Bye Jennie, sampai ketemu besok. Dan lo, Jen, bawa pulang sahabat gue dengan selamat."

"Siap! Gue bawa pulang dengan utuh."

"Kok lo kelihatan seneng banget nganterin gue?"

"Sorry! Gue eng ..."

"Jennie ... Jeno ... Kalau diperhatikan nama kalian mirip! Jen ... nie ... Jen ... no ... jodoh kayaknya," potong Rosé yang langsung berlari meninggalkan keduanya.

"ROSÉ!"

Jennie mendengus kesal mendengar perkataan Rosé. "Lo kalau mau pulang, enggak apa-apa. Gue bisa pulang naik angkutan umum."

"Gue udah dapet amanat dari Rosé buat anter lo pulang. Jadi gue enggak terima penolakan, Jen."

Jennie mendengus. "Gue naik angkutan umum aja."

Jeno tersenyum masam. Matanya melihat sekilas ke arah Jennie dan ke motornya. Sedetik kemudian, ia melepas tas ranselnya dan melepas jaket yang dikenakannya. "Gue lupa kalau motor gue ninja. Lo pakai jaket gue aja buat tutupin rok lo, Jen."

Jeno menepuk pelan jok kursi belakangnya. "Sekarang udah bisa gue anter pulang kan, Jen?"

"Jangan menyesal kalau rumah gue sama rumah lo jauh," kata Jennie yang akhirnya mengalah dan naik ke atas motor Jeno dan menutup rok sekolahnya dengan jaket milik Jeno.

"Pegangan yang kuat, ya. Gue enggak mau lo jatuh."

Jeno tersenyum saat baju seragamnya dipegang dengan kuat oleh Jennie. Ia melajukan motor dengan kecepatan sedang. Pokonya enggak boleh ngebut. Nanti Jennie KW 100% bakal jatuh, dan gue enggak mau itu.

***

"Cie dianter sama siapa itu?"

"Jeno," balas Jennie saat melihat Taeyong sudah berada di ruang keluarga.

"Wih! Gerak cepet juga si Jeno. Bunda! Adek udah punya pacar sekarang!"

"Apa?! Siapa? Ganteng enggak?"

"Ganteng banget, Bun! Parah! Kayak kesukaan di Adek yang Korea itu."

"Mirip Chenle-chenle kamu itu, Dek?"

"Bukan!"

"Loh terus mirip siapa kalau bukan Chenle yang suka kamu teriakin itu?"

"Jeno, Bun. Itu loh yang ganteng banget."

Jennie menatap tajam ke arah Taeyong. "Cowok kok mulutnya lemes. Heran gue, punya Abang tapi muluk kayak cewek.".

"Hush Jennie! Jangan gitu ngomong sama Abang kamu."

Jennie semakin merengut mendengar teguran dari Bundanya. Dengan perasaan yang masih marah, Jennie berlalu meninggalkan Bunda dan Taeyeong ke kamarnya.

"Yang mana sih? Bunda mau tahu seganteng apa."

Taeyong dengan penuh semangat mengekuarkan ponsel miliknya. Menunjukkan foto Jeno dan Jeno NCT Dream bergantian. Senyumbya semakin lebar saat mendengar teriakan Bundanya.

"Adek! Kamu harus pacarin yang namanya Jeno ini. Bunda enggak mau tahu, pokoknya mau punya mantu wajah artis Korea."

***

Jeno tersenyum sumringah masuk ke dalam kamarnya. Kedua tangan tidak berhenti melepaskan sisi jaitan kemeja yanh dipegang oleh Jennie.

"Kamu ngapain masuk rumah bertolak pinggang begitu?"

"Siapa yang bertolak pinggang? Ini Jeno melindungi seragam Jeno biar enggak kotor, Mah."

"Tanpa kamu lindungi pun, itu kemeja udah bau apek sama keringat kamu, Jeno. Apa yang mau kamu lindungin lagi."

"Ini tuh habis dipegang KW 100% Jennie Blackpink, Mah! Jeno harus aman kan, tidak boleh dicuci pokoknya."

"YA TERUS KAMU MAU PAKAI BAJU KOTOR SETIAP HARI? Jeno ... Jeno ... begini banget Mama punya anak macam kamu."

"Tinggal beli baju baru, Mah. Jangan kayak orang susah."

"Iya nanti bajunya Mama potong dari uang jajan kamu. Gampang, kan?"

Seketika Jeno menatap horor ke arah Mamanya. "Mah! Mana bisa gitu, yang ada Jeno enggak jajan setiap hari."

"Mangkanya di cuci, bukan disimpan. Lagian kalau mirip Jennie Blackpink, kenapa kamu enggak kayak Jaemin? Dia bisa dapet yang mirip Rosé Blackpink padahal."

Jeno duduk di sebelah Mamanya. "Masalahnya, Jennie KW ini suka sama NCT Dream. Dan dia itu sensi sama nama Jeno cuman gara-gara semua album yang dia beli selalu dapet member yang namanya Jeno."

"Cuman karena itu? Terua kamu mau nyerah? Malu sama Papa kamu yang ngejar Mama sampai pelosok tanah air."

Jeno menatap malas ke arah Mamanya. Sungguh bohong sekali cerita Mamanya. "Iya dari Sabang hingga Merauke, ya, ngejarnya? Jeno tahu kok, Mah."

Dengan penuh malas mendengar cerita-cerita halu Mamanya, Jeno pergi menuju kamarnya. "BERASA DIPELUK JENNIE BLACKPINK!" katanya setelah masik ke dalam kamar.

***

Published
February 3rd, 2020

Like A Idol (Jennie Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang