15. Introgasi

124 18 2
                                    

Baru saja sampai di gerbang sekolah, Jennie sudah ditarik oleh Rosé untuk masuk ke dalam sekolah. Tidak biasanya sahabatnya ini sudah berada di sekolah tanpa sosok sang kekasih. Biasanya di hari senin, mereka berdua sudah bermesraan di depan kelas sebelum upacara berlangsung. "Lo lagi bertengkar sama Jaemin?" tanya Jennie

"Enggak. Gue mau tanya aja kenapa Jeno pulang-pulang senyum-senyuk enggak jelas sampai kemarin sore?" tanya balik Rosé

"Hah? Kesambet itu anak?" bukannya menjawab pertanyaan dari Rosé, Jennie kembali bertanya. "Seingat gue, itu anak masih baik-baik aja habis nganterin gue pulang. Masa iya, di jalan pulang tuh anak kesambet, mana selamet lagi sampai rumah."

Aslinya Rosé malas membalas perkataan Jennie yang sedikit membuatnya kesal. Bagaimana bisa orang senyum-senyum enggak jelas sehabis kencan dibilang kesambet dan selamat sampai rumah? Di mana-mana orang kesambet itu diem dan ketawa-ketawa kayak setan. "Cangkemmuuuuu!!!" balas Rosé yang memukul pelan mulut Jennie. "Bisa-bisa itu kalimat terakhir lo ucap."

"Kan lo bilang sendiri si Putra senyum-senyum enggak jelas pas sampai rumah. Apalagi kalau bukan kesambet? Tapi setannya kok baik bisa tahu jalan rumahnya Putra dan selamat lagi. Biasanya kan kalau kesambet di jalan kan bahaya, takut kecalakaan gitu."

Ini kenapa pasangan yang habis kencan jadi bego gini, ya? Yang satu senyum-senyum enggak jelas. Satunya otaknya konslet, pikir Rosé

Jennie masih diam berpikir. "Jaemin kagak masuk karena kembarannya masih kesambet?" tanyanya dengan rasa bersalah. Mau jenguk juga enggak bisa, takut gue sama orang kesambet.

Rosé dengan santai mendorong pelan kepala Jennie dengan jari telunjuknya. "Yang bilang Jeno kesambet siapa sampai Jaemin kagak masuk? Gue cuman nanya kenapa Jeno balik-balik senyum-senyum enggak jelas habis lo berdua malam mingguan."

"Mana gue tahu. Dari gen kali? Kan Jaemin juga suka senyum enggak jelas kalau lagi berdua sama lo, Je," balas Jennie.

"Jaemin mah senyum-senyum kayak gitu karena cinta sama gue," kata Rosé dengan bangga. "Nah ini kalau case Jeno udah jelas beda. Tahu sih anaknya kan suka sama lo dan sangat mencurigakan kalau sampe senyum enggak jelas di saat lo berdua belom ada hubungan resmi. Kecuali rencana perjodohan kalian itu."

Jennie berpikir sejenak. "Perasaan gue enggak ngapa-ngapain sama Putra. Kita cuman night drive, terus makan di pinggir jalan. Udah itu aja."

Rosé menatap curiga. "Bener cuman itu? Kagak ada apa misal ciuman enggak disengaja sampai Jeno senyum-senyum gitu?"

Kali ini gantian  Jennie yang mendorong kepala Rosé dengan sedikit tenaga. "Emangnya gue sama kayak lo dan Jaemin? Tiap hari cipika-cipiki ditambah kening. Cringeeee tahu enggak lo berdua."

"Ya masa cuman karena itu doang Jeno ampe begitu?" Rosé masih sangat curiga dengan sahabatnya.

"Ya gue mana tahu. Di motor pun, gue cuman ngelingkarin tangan gue di pinggangnya biar enggak jat—kenapa lo senyum-senyum kayak gitu?" tanya Jennie curiga.

"Enggak. Siapa juga yang senyum-senyum," jawab Rosé. Harus lapor ke Jaemin nih!

Jennie masih menatap curiga ke arah Rosé. Sahabatnya ini pasti sedang merencakan sesuatu jika tersenyum seperti ini. Mau ngapain lagi pacar Jaemin ini?

***

17 June 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like A Idol (Jennie Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang