"hey bodoh cepat bangun!!"
Baru di pagi hari saja ia sudah harus mendapat makian.
"Nde unnie"
"Cepat bereskan rumah ini semua harus bersih saat nanti aku selesai mandi!!" Dia pergi dengan membanting pintu setelah memaki gadis berponi itu.
Hanya helaan nafas terdengar dari mulutnya. Mau tak mau ia harus membereskan rumah meski ia baru saja tidur selama 2 jam karna mengerjakan tugas dari orang yang selalu membully nya d sekolah.
Lelah itu pasti, tapi ia tak punya tempat untuk mengadu. Hanya pasrah akan keadaanlah yang bisa ia lakukan.
"Semangat Lalisa, kau tak mau bukan mendapat pukulan di pagi hari?" Lalisa namanya ah ralat Lalisa Kim. Anak bungsu dari pasangan Kim Siwon dan Tiffany Kim ini harus rela menjalani hidup dengan tekanan.
Setelah selesai mandi Lalisa membereskan mansion yang tak bisa di katakan kecil ini. Memang sudah menjadi rutinitasnya untuk membersihkan mansion ini. Tapi tetap saja rasanya sangat lelah mengingat ukuran mansion milik appa nya ini.
.
.
.
."Hey gadis bodoh"
Jantung Lalisa berdetak 2 kali lebih cepat saat mendengar suara itu. Fisik dan batin nya belum siap menghadapi gadis di belakang nya ini. Ayolah ini masih pagi apakah pantas dia mendapat pembullyan di pagi hari?
"Na-naeun?" Sungguh Lalisa sangat gugup saat ini.
"Kau sudah mengerjakan tugasku bukan? Sekarang berikan padaku dan tunggu aku di gudang. Jangan mencoba kabur atau kau tau akibat nya" dengan angkuhnya Naeun berucap lalu pergi meninggalkan Lalisa yang hanya bisa pasrah.
Lagi? Apakah dia hanya bisa pasrah? Tak bisakah dia melawan? Tentu tidak karna tak akan ada satupun orang yang peduli padanya. Hanya satu orang, yah hanya satu orang.
Jeon jungkook, tetapi saat ini dia sedang berlibur bersama orang tua nya ke Paris..
.
.
.Setelah adegan penganiayaan yang dilakukan oleh Naeun, Lalisa kembali ke kelas nya. Baju nya sudah di ganti, rambut yang usah telah kembali, wajah yang memar telah di tutupi oleh make up.
Baru saja akan tenang Lalisa harus kembali mendapat kesialan. Karena telat masuk kelas Lalisa di hukum untuk mengelilingi lapangan sekolah.
Hari yang sangat sial pikir nya. Tapi dia masih bersyukur karna tak mendapat bentakan dan cacian dari keluarga tercinta nya. Iya hanya dia yang mencintai, keluarga nya tidak bahkan keluarga nya membenci nya.
Atas kesalahan yang bahkan tak pernah di buat nya.Kembali ke Lalisa saat ini dia sudah berada di kelas. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. Meski dengan keadaan yang tak baik baik saja, ia tetap harus belajar jika tak ingin appa nya memarahi nya.
Tring...... Tring....
Bel tanda istirahat telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ada yang ke perpustakaan, ada yang hanya diam di kelas, berbeda dengan Lalisa ia memilih untuk pergi ke taman belakang sekolah. Merenungi nasib nya yang sedikit buruk ah ralat sangat, sangat, dan sangat buruk ini.
"Tuhan apakah aku anak yang nakal? Mengapa kau menghukumku seperti ini? Apakah aku kurang beribadah?" Pikiran nya sangat kalut mengingat semua yang terjadi selama 13 tahun ini. Hanya ada tangis dan tak ada bahagia.
"Hiks... Apa salahku tuhan hiks... Tolong beritahu aku..." Tangis yang di tahan sedari tadi akhirnya tumpah. Deras bahkan sangat deras. Tak ada keinginan untuk menghapus air mata itu. Hanya membiarkan nya mengalir.
Orang bilang jika menangis bisa menghilangkan sedikit beban di pikiranmu. Itulah yang sedang di lakukan Lalisa. Mencoba menghilangkan sedikit beban nya. Walau hanya sedikit tak masalah. Ia sudah terlalu banyak menahan beban nya.
"Bisakah aku bahagia tuhan? Hiks.. aku hanya ingin keluargaku menganggapku ada hiks.. hanya itu... Bolehkah?"
"Apakah aku terlalu naif meminta ini Tuhan? Bukankah aku sudah menjadi anak yang baik? Hiks..."
Pernah terlintas di pikiran nya untuk bunuh diri. Tapi Lalisa tak mau di anggap anak yang tak bersyukur oleh tuhan. Setidak nya tuhan masih menganggap nya manusia di kala keluarga nya menganggap dia sampah.
"Mianhe.... Seharus nya aku tak mengatakan itu... Tapi aku sangat lelah... 13 tahun hidup di keluarga yang menganggap ku sampah. Apakah aku boleh merasa lelah?"
"Hahh... Mianhe jongmal mianhe.."
.
.
.
.Pulang ke mansion setelah bekerja di mini market. Lelah, sungguh sangat lelah. Tapi Lalisa juga sadar diri ia hanya manusia yang di anggap sampah oleh keluarga nya. Lalisa masih bersyukur karna eomma dan appa nya masih mau menampung nya di mansion dan menyekolahkan nya.
Tawa itu terdengar oleh Lalisa. Meski baru saja ia membuka pintu mansion mewah itu. Pemandangan yang sangat indah dan menyakitkan. Menyaksikan ke tiga kakak nya tertawa ria bersama eomma dan appa nya tanpa diri nya. Sakit tapi ia pun bahagia.
Kebahagiaan keluarga adalah yang nomor satu katanya. Meski hati nya sakit karna tak bisa ikut dalam kebahagian itu. Tak apa, kembali ke kalimat 'kebahagian keluarga adalah yang nomor satu'
Kenapa kau sangat baik Lalisa? Tak bisakah kau memberontak untuk sekali saja? Pertanyaan itu akan di jawab oleh lalisa dengan senyum manis nya 'jika aku melawan mereka akan semakin membenciku, dan jangan lupakan mereka juga akan memukulku jika aku berani memberontak'
Melewati keluarga nya di ruang keluarga dengan tetesan air mata. Berjalan ke arah kamar nya dengan langkah sedikit cepat. Tak ada yang menyapa Lalisa? Hah~ seharusnya kau tak boleh terlalu berharap Lalisa~ batin Lalisa.
Memasuki kamar mandi dan menyalakan shower. Menangis tersedu sedu di bawah guyuran air itu. Belum lagi perih yang di hasilkan akibat luka tonjokan di tubuh nya. Tapi Lalisa ingin menangis. Setidak nya ia bisa kembali tenang setelah msnangis.
Berjam jam Lalisa di kamar mandi akhir nya ia keluar juga. Wajah nya sudah pucat, kulit jari kaki dan tangan sudah keriput, bibir nya sudah membiru. Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Astaga lalisa apakah kau sudah 5 jam di dalam kamar mandi?
"Pasti sekarang semua sudah tidur"
Memakai baju nya, berjalan seperti zombi ke arah dapur. Memeriksa makanan yang tersisa. Tak ada apa apa. Apakah dia harus makan ramyeon lagi? Ayolah sudah setiap malam dia makan ramyeon, itu tak baik bukan untuk kesehatan?
"Mau bagaimana lagi, aku tak akan bisa tidur jika sedang lapar" membuka bungkus ramyeon itu, menyalakan kompor dan memasak ramyeon. Jika di tanya kenapa tak masak saja? Ia akan menjawab 'aku tak bisa memasak'
"Selamat makan angin.." memberi ucapan selamat makan kepada angin, bukan kah ia sudah seperti orang gila? Katakan lah ia tak akan peduli.
"Kau gila makan ramyeon setiap hari tanpa makan nasi terlebih dahulu?" Suara sarkas itu terdengar di pendengaran Lalisa
23 Maret 2021.
Vote donk, cerita pertama aku ni.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I LEAVE
Fantasymaaf jika aku penghancur bahgiamu~ Lalisa Cover by @soyyaasou_ Pict by pinterest