7.

5.6K 607 9
                                    

"ah nona Lisa. Kenapa masih di sini? Apakah nona tak ikut jalan jalan bersama tuan dan nyonya? Nona Jisoo, Jennie, dan nona chaeng juga ikut"

Seorang maid menghampiri lalu bertanya pada Lalisa. Ia sedikit bingung karna semua keluarga Kim pergi ke Jeju di saat hari masih sangat pagi, lalu kenapa Lalisa masih disini? Mungkin maid itu tak tau hubungan Lalisa dengan keluarga nya karna memang maid itu baru bekerja selama dua hari.

"Mereka pergi pukul berapa?"

"Sekitar pukul lima pagi tadi nona"

Ah pantas saja pagi ini Lalisa tak mendapat pukulan, ternyata mereka sedang pergi berlibur. Tersenyum kecut lalu mengangguk, Lalisa pergi ke tempat kerja sesudah berpamitan pada maid itu. Hari ini akhir pekan, jadi Lalisa bekerja dari pukul sembilan pagi. Itu juga alasan mengapa keluarga nya bisa berlibur.

.
.
.
.

"Mengapa tak mengambil cuti saja? Kau terlalu rajin bekerja. Aku tak ingin waktu muda mu habis untuk bekerja tanpa bersenang senang" seorang gadis dengan mata monoloid berkata sambil memberikan Lalisa kopi.

Mini market mereka belum di buka. Mereka sengaja datang di pagi hari hanya sekedar untuk mengobrol.

"Aku hanya bosan di rumah, jika aku akan berlibur, mungkin aku akan berpikir ribuan kali. Bukan kah, lebih baik aku menggunakan uang ku untuk keperluan lain nya?" Sambil menyesap kopi nya, pandangan Lalisa tak beralih dari jalanan kota Seoul. Entah lah itu hanya terasa menenangkan.

Cuaca hari ini sedikit mendung, gerimis tak henti henti sejak setengah jam yang lalu.

"Kau ini anak dari Siwon Kim, dan Kim Tiffany. Keluarga paling terpandang di Korea, untuk apa kau bekerja mati matian di saat uang keluarga mu tak bisa di habis kan."

Kang Seulgi. Satu satu nya teman wanita Lalisa. Ia tak mengetahui tentang kehidupan Lalisa yang sebenarnya.

Sebenar nya, seulgi adalah pemilik mini market ini. Tapi seulgi adalah anak yang mandiri, ia tetap bekerja di sana layak nya pekerja lain nya.

"Aku hanya.... Ingin seperti diri mu unnie. Mandiri dan kuat. Di saat kau hanya sendirian di bumi saja, kau masih bisa sukses dan kuat menghadapi segala cobaan hidup"

Senyum Seulgi mengembang, Lalisa sudah di anggap nya sebagai adik sendiri. Sudah bertahun tahun Lalisa bekerja di mini market nya, itu cukup untuk membuat mereka dekat dan akrab.

Orang tua dan keempat saudari Seulgi sudah tiada akibat tabrak lari. Seulgi sempat kritis akibat tabrakan maut itu, tapi Tuhan masih berbaik hati menyelamatkan nya. Semenjak saat itu Seulgi selalu kesepian, lalu Lalisa datang dan memberi warna di hidup nya.

"Aku tau... Tapi jangan sampai melewatkan masa muda mu. Waktu tak bisa di putar, Lisa. Ketika kau sudah dewasa, barulah kau akan menyadari betapa mengasikkan nya masa muda" pandangan Lalisa beralih kepada Seulgi. 'Cantik' satu kata yang menggambarkan wajah seulgi.

Berkat Seulgi juga Lalisa bisa bertahan di saat dunia mengasingkan. Apa yang di rasakan Lalisa mungkin belum seberapa dengan Seulgi pikir nya. Padahal kenyataan nya Lalisa lah yang paling menderita.

Seulgi masih memiliki kakek, nenek, paman dan bibi yang menyayangi nya saat keluarga kecil nya pergi menghadap Tuhan. Tapi Lalisa, keluarga nya masih ada meski tak utuh, sebuah siksaan batin dan fisik di terima selama lebih dari tiga belas tahun.

Masih menganggap dia tak menyedihkan? Ayolah lah Lalisa, kau jangan ikut bodoh seperti keluarga mu!!

"Unnie. Boleh kah aku Memelukmu?"

Lalisa bertanya dengan ragu, takut takut jika Seulgi menolak permintaan nya.

Tapi seulgi bukan kakak nya yang akan langsung menendang tubuh jangkung itu. Justru Seulgi adalah kebalikan dari kakak kakak nya.

Tanpa menjawab seulgi langsung memeluk erat Lalisa. Bahkan tanpa meminta izinpun Seulgi akan dengan senang hati memeluk Lalisa.

"Jangan meminta izin Lisa. Kau sudah aku anggap seperti adik ku sendiri. Bahkan jika kau mau aku akan memberi nyawa ku pada mu"

Terdengar isakan dari Lalisa. Suara nya begitu menyayat hati. Seulgi semakin mengeratkan pelukan nya.

Ada rasa bersalah yang begitu besar pada Seulgi di hati Lalisa. Ia sudah berbohong, berbohong akan keadaan nya yang baik baik saja, berbohong tentang keluarga nya yang bahagia. keluarga nya memang bahagia, tapi tanpa Lalisa.

"Mianhe unnie... Jongmal mianhe... Mianhe.... Mianhe..." Batin Lalisa. Dada nya mulai sesak saat mengingat kebohongan nya pada wanita yang tengah memeluk nya ini. Seulgi adalah orang baik yang selalu membantu Lalisa. Tapi dengan tega nya Lalisa membohongi Seulgi.

Sebenar nya Lalisa hanya takut melihat respon Seulgi nanti. Saat ia memberi tahu keadaan nya pada Jungkook. Pria itu tak henti nya menangis, bahkan selama seminggu penuh Jungkook selalu menangis saat melihat Lalisa. Dia mengatakan hati nya sakit mengingat kenyataan kehidupan Lalisa. Hati nya terasa di tusuk pisau yang tajam saat mengingat penderitaan Lalisa.

"Hey kenapa kau menangis. Unnie mohon berhenti, unnie sudah menangis sekarang. Tangisan mu begitu menyayat hati ku, Lalisa."

Seulgi menangkupkan wajah Lalisa. Di hapus nya air mata Lalisa menggunakan ibu jari nya. Masih ada isakan kecil yang keluar dari bibir tebal Lalisa. Di kecup nya lama pipi chaby Lalisa. Berharap dapat memberi ketenangan pada Lalisa.

"Jangan menangis di depan unnie. Itu.. benar benar menyakitkan. Unnie merasa bersalah telah membuat mu menangis. Mianhe.."

Menggeleng kuat, lalu memeluk kembali tubuh Seulgi. Rasa bersalah nya semakin besar mendengar kalimat Seulgi.

"Aniyo... Aku hanya tak tau dengan cara apa lagi aku harus bersyukur telah di berikan unnie yang baik seperti mu. Aku tak tau cara meluap kan kebahagiaan ku, jadi aku menangis untuk mengungkapkan nya" dengan derai air mata Lalisa tersenyum manis.

Ia bersyukur di beri kakak pengganti, pengganti dari kakak kakak kandung nya. Seharus nya Lalisa mendapat kasih sayang dari mereka, tapi Lalisa justru mendapat kasih sayang dari seulgi.

"Unnie juga bahagia memiliki mu. Unnie bahagia memiliki pengganti Wendy, Joy, dan Yeri. Walaupun unnie masih belum mendapat kan pengganti Irene unnie."

Seulgi kembali menangis saat mengingat saudara nya yang tengah berada di pangkuan tuhan. Rasa sakit itu masih ada. Sama seperti yang di rasa kan Lalisa selama ini.

"Aku juga bahagia memiliki mu, Seulgi unnie...."

"Baiklah, sudah cukup untuk menangis nya. Sekarang saat nya kembali bekerja. "

Lalisa mengangguk lalu berdiri bersamaan dengan Seulgi. Melangkah menuju ruang ganti untuk memakai terompi kerja nya. Bahagia yang di dapat memang tak banyak. Tapi itu lah yang membuat bahagia itu terasa sangat berarti.

"Aku mengikuti permintaan mu oppa, untuk selalu bahagia. Bahagia di atas luka yang menganga."

2 April 2021

BEFORE I LEAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang