12.

5.6K 703 33
                                    

Dengan terpaksa, Lalisa membersihkan mansion. Seluruh maid tengah sibuk memasak sarapan. Sebagian dari mereka sudah menawarkan diri untuk membantu Lalisa.

Tapi Lalisa menolak dengan lembut. Ia tak ingin appa nya semakin marah, dan ia tak ingin para maid di pecat karna membantu nya.

.
.
.
.

"Kau memukul nya lagi?" Tiffany bertanya pada suami nya yang baru masuk ke kamar mereka. Di lihat dari wajah nya, Siwon memang tengah menahan marah.

"Anak sialan itu ingin membodohi ku dengan berakting sakit. Dia kira aku bodoh? Kenapa kau bisa melahirkan gadis pembawa sial itu Fanni-ah?"

"Aku pun tak tau, aku juga menyesal melahirkan gadis itu. Seharus nya kau langsung membunuhnya saja tadi"

Tiffany ikut marah karna mengingat Lalisa. Masih terekam indah di ingatan nya keadaan Sehun pasca di tusuk oleh Lalisa.

Ibu mana yang tak sakit hati melihat anak nya bersimbah darah. Tapi bodoh nya Tiffany, ia menganggap Lalisa yang membunuh putra nya hanya karna sebuah sidik jari di barang bukti.

"Entah lah... Aku selalu tak bisa membunuhnya. Pikiran ku sudah menyuruh ku untuk segera mengirim nya ke neraka, tapi hati ku selalu menolak."

Tiffany diam membisu, dia juga selalu merasakan hal yang sama saat ingin membunuh bungsu nya itu. Keluarga macam apa ini? Orang tua berniat ingin membunuh anak nya sendiri? Ah... Bukan Lalisa yang di kirim Siwon ke neraka, tapi Siwon mengirim diri nya sendiri ke neraka itu.

.
.
.
.

"Saengil chukae chaeng-ah..." Keluarga Kim tengah berkumpul di kamar chaeyoung. Bahkan kakek nenek nya berada di sana untuk merayakan hari kelahiran Chaeyoung. Tolong ingat Hanya chaeyoung.

"Hiks~ gumawo halmoni... Haroboji..." Chaeyoung menangis dalam pelukan kakek nenek nya. Sudah enam bulan mereka tak bertemu karna kakek dan nenek nya yang begitu sibuk.

Mereka memang sudah tua, tapi mereka selalu menolak saat Siwon dan Tiffany meminta untuk pensiun.

"Yak! Kenapa kau menangis? Ini hari ulang tahun mu. Tidak ada menangis dan bersedih" chaeyoung mengangguk lalu menghapus air mata nya.

Senyum nya merekah karna semua anggota keluarga nya berkumpul. Memberi kejutan kecil di hari ulang tahun nya. Apakah kau tak menganggap Lalisa? Dia juga bagian keluarga Kim.

.
.
.
.

Lalisa hari ini tak masuk sekolah. Ia memilih duduk di taman menahan sakit di perut nya. Beberapa jam yang lalu sakit itu kembali datang.

Lalisa takut Jungkook mengetahui tentang keadaan nya ini. Sakit nya memang tak separah tadi malam. Lalisa hanya berjaga jaga jika itu semakin parah.

Jam sudah menunjukan pukul dua siang. Sudah delapan jam sejak ia duduk di taman. Seperti nya Lalisa tak memiliki bokong karna ia tak merasa lelah duduk di taman itu.

Karna sebentar lagi mini market milik Seulgi di buka, Lalisa segera pergi untuk bekerja.

.
.
.
.

"Hari ini ulang tahun mu. Kau aku beri cuti dengan syarat menghabiskan waktu bersama dengan kami." Seulgi memecahkan keheningan di antara mereka.

Sedari tadi Lalisa hanya diam menatap seulgi yang tengah memainkan ponsel nya.

"Kami?" Baru saja seulgi ingin menjawab, suara bel pada pintu mini market mengalihkan pandangan mereka.

Di sana Jungkook tengah tersenyum manis. Lalisa mengerti sekarang, hari ini ia pasti akan di perlakukan bak putri mahkota oleh seulgi dan Jungkook.

Sudah menjadi tradisi bagi mereka memanjakan Lalisa di saat ia tengah ulang tahun. Jika keluarga nya melupakan Lalisa, setidak nya masih ada mereka yang selalu menemani Lalisa.

"Ayo ke ke taman, aku ingin kita menghabiskan waktu bersama" Jungkook, Seulgi, dan Lalisa pergi ke taman dekat mini market dengan mobil Jungkook.

Mereka menghabiskan waktu bersama di bawah pohon besar. Seulgi tak pernah menanyakan mengapa di hari ulang tahun nya hanya Chaeyoung yang terlihat di televisi.

Jungkook telah memberikan penjelasan bahwa Lalisa paling benci di sorot oleh awak media. Meski sebuah kebohongan, tapi seulgi mempercayai nya.

"Lalisa, Jungkook, aku harus kembali ke mini market, barang barang baru telah sampai. Dan kau Lalisa! Tetap di sini, tidak ada bekerja di hari ulang tahun mu."

Lalisa terkekeh pelan lalu mengangguk. Seperkian detik kemudian seulgi menghilang di saat taxi yang di naiki mulai berjalan.

Pandangan nya beralih pada sebuah kotak yang berada di pangkuan nya. Sebuah kotak berwarna kuning dengan ukuran sedikit besar itu terlihat cantik dengan hiasan stiker anak ayam.

"Hadiah dari Jeon Jungkook."

"Apa ini? Jika mobil, handphone dan barang mahal lain nya aku tak akan menerima ini." Jungkook terkekeh pelan mendengar ucapan Lalisa. Memang Lalisa akan selalu menolak jika di beri barang mewah dan mahal.

"Ani, aku trauma memberikan barang mahal padamu... Jika kau penasaran bukanlah, itu tidak mewah dan mahal seperti yang ada di fikiran mu''

Lalisa membuka kotak itu, terdapat dua buku berwarna kuning. Lalisa menatap Jungkook meminta sebuah penjelasan.

"Aku tau buku diary mu sudah penuh. Jika aku meminta untuk mebagi masalah mu pada ku, kau pasti akan menolak nya. Jadi aku memberikan buku diary itu agar kau bisa membagi nya pada mereka, setidak nya bebanmu berkurang sedikit"

Kalimat yang keluar dari mulut Jungkook terdengar begitu tulus. Hati Lalisa bergetar mendengar nya. Sahabat nya yang satu itu memang adalah yang paling mengerti diri nya.

Mulai terdengar isakan dari Lalisa. Jungkook terlihat begitu panik saat mendengar Lalisa menangis. Di tangkup nya wajah Lalisa.

Tawa Jungkook pecah saat melihat wajah Lalisa. Hidung nya memerah, mata nya sedikit sembab, ingus bening keluar dari hidung Lalisa. Dia terlihat seperti anak berusia empat tahun.

"Ya! Kau menertawakan ku?"

"Mianhe... Kau terlihat begitu menggemaskan Lice. Mianhe... Jangan marah ne.. ini hari ulang tahun mu bukan?''

"Karna hari ini aku berulang tahun, aku memaafkan mu. Dengan syarat, antar aku pulang sekarang"

.
.
.
.

Sudah pukul tujuh malam. Pesta chaeyoung sudah di mulai sejah sepuluh menit yang lalu.

Lalisa tengah tersenyum manis di balkon menyaksikan kebahagiaan keluarga nya.

Tapi semua itu hancur ketika perut nya kembali berulah.

"Huek~" ini sudah yang ke dua puluh satu kali nya ia muntah darah sejak Jungkook mengantar Lalisa pulang.

Bukan kah itu sudah berlebihan? Bahkan ibu hamil tak akan muntah sebanyak itu saat mengidam.

Wajah nya pucat seperti mayat, tapi senyum nya tak pernah pudar. Dada nya nyeri, nafas nya sesak, dan sudah tiga kali Lalisa BAB darah.

Tiba tiba semua berputar, telinga nya mulai mendengung. Pandangan nya gelap dan berakhir Lalisa tertidur di kamar mandi. bukan tidur sebenarnya, tetapi pingsan.

Terlihat Sehun di pintu masuk kamar mandi itu dengan pakaian jubah serba putih. Sehun Tengah tersenyum, senyum yang begitu indah meski terdapat maksud lain dari hadir nya itu.

5 April 2021

Nih double apdate, jadi di ramein. Kalo sempat besok aku up jam empat sore.

BEFORE I LEAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang