Jennie saat ini tengah di taman dekat villa yang ia tempati bersama keluarga nya. Merenungi mimpi yang di alami saat tengah tidur di dalam pesawat pagi tadi.
Flashback on
"Oppa... Kau kah itu?" Air mata Jennie lolos dari pelupuk mata nya.
Sehun mengangguk, ia juga menangis. Melangkah mendekat lalu mendekap erat tubuh adik kedua nya itu.
"Hiks~ bogosipo oppa..."
"Nado" Sehun merenggangkan pelukan nya, lalu melihat wajah adik nya itu. Bahagia rasa nya setelah tiga belas tahun bisa berjumpa lagi.
"Apa kau bahagia di sana oppa? Apakah di sana indah?" Jennie bertanya dengan sesenggukan. Tangis bahagia nya tak bisa ia hentikan, rasa nya sangat luar biasa bisa bertemu dengan Sehun.
"Nde, di sana indah, sangat sangat indah. Oppa bahagia, tapi oppa juga tak bahagia." Jennie mengerutkan keningnya, ada apa? Kenapa Sehun tak bahagia?
"Kenapa oppa? Kenapa kau tak bahagia? Bukan kah tuhan tengah memanjakan mu?"
"Nde, oppa hanya... Kau tau pembunuh oppa bukan? Oppa hanya tak tenang karna dia masih berkeliaran. Oppa hanya takut dia melukai orang lain."
Pikiran Jennie langsung tertuju pada Lalisa. Seketika marah di dalam tubuh nya meledak. Rasa nya dia benar benar ingin membunuh Lalisa. Setelah menyiksa oppa nya dengan tangan kotor nya itu, Lalisa membuat oppa nya tak bahagia di pangkuan tuhan.
"Aku akan membunuh nya oppa, jika kau ingin... Aku akan membunuh Lisa. Gadis sialan itu memang harus mendapatkan balasan atas perbuatannya."
Sehun tersenyum lalu menggeleng. Bukan, bukan ini yang di maksud Sehun, bukan Lalisa yang membunuh nya. Walaupun memang Lalisa yang membuat nya tak tenang selama ini.
Hati nya selalu resah melihat perlakuan keluarga. Sehun tau betul Lalisa tersiksa. Tapi ia juga ingin Lalisa merasakan kasih sayang sebelum tuhan menjemput nya.
"Ani... Bukan Lalisa. Kau hanya harus menatap ke arah belakang untuk tau. Jangan hanya menatap apa yang terlihat di depan mata. Terkadang, apa yang kau lihat tak sama seperti apa yang terjadi."
Jennie semakin di buat marah oleh Sehun. Apakah Sehun membela orang yang membunuh nya? Apa Sehun bodoh? Ayolah sudah jelas jelas Lalisa membunuh nya. Bahkan bukti sudah di dapat kan.
"Kau membela gadis sialan itu oppa? Gadis pembawa sial itu sudah membunuh mu!! Karena dia aku harus kehilangan mu!! Karena dia oppa!! Karena dia" Jennie marah sambil memukul mukul dada Sehun pelan. Rasa benci nya pada Lalisa semakin memuncak.
Bahkan oppa nya membela Lalisa. Apakah otak Sehun sudah di cuci oleh Lalisa? Sungguh Jennie tak habis fikir pada Lalisa. Gadis yang terlihat polos itu ternyata sangat bejad. ( Ya kali orang udah meninggal bisa di cuci otak nya sama manusia)
"Aku tak akan membela orang yang salah, jennie-ya. Kau sudah buta selama ini. Kau lebih mendahulukan emosi dari pada sebuah kepercayaan. Berubah lah sekarang sebelum terlambat. Tuhan memberimu waktu, dan waktu itu tak banyak."
Tiba tiba Sehun menghilangkan dari pandangan Jennie. Oppa nya itu pergi tanpa berpamitan.
"Oppa... Apa maksud mu? Kenapa kau pergi lagi? Aku sudah bahagia tadi oppa, lalu kau menghancurkan nya dengan kembali pergi"
Flashback off
Menghela nafas panjang. Jennie masih diam di bangku taman setelah lebih dari tiga jam di sana. Pikiran nya masih tertuju pada ucapan Sehun.
Apa maksud mimpi nya itu? Apa yang membuat Sehun tak tenang memang karna pembunuh nya belum mendapat kan ganjaran? Lalu apa yang harus di lakukan Jennie?
"Kau telah membuat keluarga ku hancur Lalisa. Kau membuat aku kehilangan orang yang aku sayangi."
Langit malam ini terlihat sangat indah. Terdapat banyak bintang di langit sana, bulan juga menemani bintang di langit.
Ke adaan di sana sedikit sepi. Suasana yang tepat untuk menyendiri. Satu tetes air mata itu mengalir. Mengalir bersama luka di hati yang kembali terbuka.
"Rasa nya aku ingin membunuh mu Lalisa, ingin sekali.... Tapi kenapa hati ku selalu mengatakan jangan. Kenapa tangan ku bahkan tak sanggup untuk menancapkan pisau di tubuh mu sama seperti yang kau lakukan pada oppa ku dulu?"
.
.
.
.Lalisa tengah duduk memeluk kaki nya di balkon. Jam sudah menunjukan pukul empat dini hari. Ia tak bisa tidur sedari tadi. Hati nya gelisah. Memejamkan mata nya merasakan angin malam menerpa tubuh nya.
Tiba tiba sekelebat bayangan diri nya berada di dalam mobil yang telah hancur datang. Mobil itu terlihat sudah tak berbentuk. Tiba tiba tempat berpindah pada sebuah rumah sakit.
Di sana terlihat Jungkook dan Seulgi menangis meraung raung. Mereka berteriak seperti memanggil nama seseorang, tapi Lalisa tak bisa mendengar sedikitpun suara, hanya bayangan saja. Itu ruang ICU? Siapa yang sakit?
Tempat berpindah lagi menjadi sebuah pemakaman. Semua keluarga nya menangis di samping makan itu, Jungkook, seulgi, dan bahkan Naeun ada di sana. Keadaan mereka sama menangis tersedu sedu.
Nama di atas nisan itu tak bisa Lalisa lihat. Nama itu buram, lalu tiba tiba ia melihat Sehun tersenyum pada nya. Lalisa membuka mata nya, keringat dingin mengalir dari pelipisnya.
Apa itu? Kenapa jantung Lalisa berdetak tak karuan? Bahkan rasa nya sampai sesak karna jantung nya berdetak terlalu cepat.
Menghela nafas dan mencoba untuk menetralkan Nafas nya. Mendongak menatap langit. Seperti nya ia tak akan tidur malam ini.
Hal biasa sebenar nya itu bagi Lalisa. Karena di saat seperti ini lah dia bisa merasakan apa itu tenang.
Melangkah masuk ke kamar lalu pergi ke dapur. Seperti biasa, Lalisa memasak ramyeon dan membawa nya kembali ke balkon. Menikmati keindahan malam dengan semangkuk ramyeon dan segelas susu coklat panas. Ini adalah ke enam kali nya Lalisa makan ramyeon dalam waktu dua puluh empat jam.
.
.
.
.Benar perkiraan nya. Malam ini Lalisa tak tidur sama sekali. Sekarang ia tengah berada di depan sekolah milik appa nya itu, Kim high school. Memandang gedung besar itu dengan perasaan was was. Takut jika hari ini sial akan menghampiri nya seperti hari hari sebelum nya.
Benar saja baru beberapa langkah ia masuk ke dalam sekolah elite itu. Naeun menghalangi jalan nya dengan smirk.
Lalisa hanya pasrah saat di tarik menuju ke arah gudang yang tak terpakai. Bau debu sangat terasa gatal di hidung. Ini adalah ruangan favorit Lalisa. Karena setiap hari nya ia akan mendekap di ruangan gelap dan kotor itu. Baik dalam kondisi sadar mau pun tidak.
Ruangan yang menjadi saksi bisu betapa rapuh nya Lalisa. Ia akan menangis dan mengeluh sakit di ruangan itu. Hanya di ruangan itu, Lalisa tak pernah menampakkan sisi rapuh nya pada orang lain selain di gudang kosong itu.
3 April 2021
Ramein, entar aku double apdate.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I LEAVE
Fantasíamaaf jika aku penghancur bahgiamu~ Lalisa Cover by @soyyaasou_ Pict by pinterest