Jam menunjukan pukul sembilan malam. Saat nya Lalisa pulang setelah ship nya berakhir. Melangkah dengan gontai ke arah halte bus.
"Hah~"
Lalisa menghela nafas nya kasar kala mengingat sosok Jungkook yang sudah dua Minggu tak ia jumpai. Sosok sahabat yang selalu mendampingi Lalisa saat senang maupun duka.
Rintikan air hujan mulai turun. Oh sial!! Padahal Lalisa belum sembuh, dan kini ia harus di guyur hujan?
Kembali melihat arloji nya. Mata Lalisa terbelalak kala jam menunjukan pukul 21.30 itu artinya Lalisa harus tiba di mansion tiga puluh menit lagi jika tak mau appa nya kembali memukul nya.
Tak ada pilihan lain. Dengan gerakan yang cepat Lalisa berlari membelah hujan di tengah malam yang terlihat sunyi itu. Tak peduli bila akhir nya akan demam, yang terpenting ia harus tiba di mansion pukul sepuluh.
Seperti nya hidup Lalisa selalu di hantui kata sial. Baru setengah perjalanan sebuah mobil berwarna merah menabrak Lalisa. Meski tak terlalu kuat tapi itu cukup untuk membuat Lalisa pingsan.
"Ya!! Bangun jangan tutup matamu!!" Samar samar Lalisa mendengar teriakan pengemudi mobil itu. Lidah nya kelu untuk menjawab. Sedetik kemudian penglihatan nya berubah hitam dan telinga nya mendengung.
"Ya! Aku bilang jangan tutup matamu!" Pengemudi itu semakin di buat panik saat melihat Lalisa menutup matanya.
Tanpa pikir panjang pengemudi itu membawa Lalisa naik k mobil nya dan menancap gas pergi ke rumah sakit terdekat.
.
.
.
."Bagaimana keadaan nya dok?''
"Pasien tak apa hanya shok dan kekurangan istirahat. Sebentar lagi pasien juga akan pulih dari pingsan nya"
Mendengar penuturan dokter itu, perasaan nya menjadi lega. Walaupun ia juga merasa bersalah karna menabrak Lalisa.
" Syukurlah jika ia tak apa apa"
"Baiklah saya permisi dulu nona Jennie" ya orang yang menabrak Lalisa adalah Jennie. Saat ia ingin pulang sehabis mengerjakan tugas bersama teman nya, ia tak sengaja menabrak Lalisa yang sedang berlari di tangan deras nya hujan.
" Ais... Apakah anak itu gila? Dia bermain hujan di tengah malam? Tak salah kami memanggilmu gadis bodoh"
"Dan kenapa kau baru pulang di malam hari? Apakah kau menjadi jalang? Cih dasar sialan! Kenapa ibuku bisa melahirkan pembawa sial sepertimu?" Umpat umpatan itu keluar dengan lihai dari mulut Jennie.
Ia tak habis pikir dengan Lalisa. Apakah ada murid senior high school yang pulang pukul sepuluh malam?"Enggg~"
"Oh kau sudah sadar?"
Seperti nya Lalisa memang di lahirkan untuk selalu mendapatkan kesialan. Pagi tadi ia harus mendapat pukulan dari appa nya. Siang ia harus di hukum karna datang terlambat. Sore ia harus bekerja dengan keadaan yang tak baik baik saja. malam ia harus di tabrak mobil dan sial nya yang menabrak Lalisa adalah Jennie yang notabe nya adalah kakak nya sendiri.
Jika orang lain di tabrak oleh kakak nya sendiri pasti akan senang, karena mereka akan langsung mendapat pertolongan pertama dan tak perlu takut untuk sang pengemudi kabur tanpa tanggung jawab. Tapi itu tak berlaku bagi Lisa. Ia bahkan berharap orang lain saja yang menabrak nya dari pada harus mendapat cacian dari kakak nya itu.
"Un-unnie kenapa kau di sini? Apakah kau yang menabrak ku?" Meski suara nya sangat kecil tapi itu sudah cukup untuk membuat Jennie mendengar nya.
"Cih.... Jadi kau menyalahkanku? Dasar perempuan jalang!"
"Apa maksud unnie mengatakan itu"
"Apakah ada anak yang sekolah senior high school pulang pukul sepuluh malam? Dari mana saja kau? Pasti kau baru selesai menjalang kan?!" Rasa nya ingin sekali Lalisa menyumpal mulut Jennie dengan sampah. Apakah sejauh itu pikiran Jennie? Jennie berpikir bahwa Lalisa adalah wanita jalang? Yang benar saja bahkan untuk sekedar berdekatan dengan pria saja ia takut kecuali dengan Jungkook.
"Apa maksud unnie? Aku bukan jalang seperti yang unnie pikirkan. Aku bahkan tak pernah berani untuk berdekatan dengan pria kecuali Jungkook."
"Cih masih sempat mencela. Kau fikir aku bodoh? Mana ada siswa senior high school pulang pukul sepuluh malam. Dan kau kan memang jalang. Anak yang tak tau diri! Sudah di beri uang oleh appa ku tapi kau dengan berani nya menjalang? Apakah uang yang di beri appa ku tak cukup?! Kau memang pembawa sial ! Seharusnya kau tak usah lahir sedari awal!" Nada bicara Jennie mulai tinggi dan itu memancing amarah Lalisa.
Di saat ia sedang sakit bukan nya Jennie memanjakan dan merawat Lalisa tapi malah mencaci maki Lalisa. Kepala nya sudah pusing akibat terkena hujan tadi dan kini di tambah lagi dengan kata kata Jennie yang membuat amarah nya meledak.
Dengan sekuat tenaga Lalisa berdiri lalu menarik infus di bagian tangan kanan nya. Darah segar mengalir saat infus itu berhasil di lepas. Amarah nya sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia harus meluap kan emosi itu jika tak ingin tersiksa amarah nya sendiri.
"Kau pikir appa memberikan aku uang? Tidak!! Appa tak pernah memberikan aku uang!! Aku bersyukur appa masih mau menyekolahkan dan membiarkan aku menumpang di rumah nya. Kau pikir aku jalang unnie? Seburuk itukah aku di matamu?" Air mata itu menetes saat mengucapkan kata 'jalang' itu. Hatinya sakit saat kakak nya sendiri menuding ia seorang jalang.
"Aku pulang malam bahkan setiap hari selam tujuh tahun unnie dan kau tak tau kalau aku selalu pulang pukul sepuluh? Kau kira aku adalah jalang unnie? Jawab unnie jangan diam saja!!!!"
Ada sedikit rasa sakit saat melihat Lalisa menangis tersedu sedu seperti itu, tapi ia juga merasa benci pada Lalisa. Apakah salah saat menuduh Lalisa jalang? Di saat ia melihat Lalisa pulang pukul sepuluh malam bukan kah pantas ia menyebut Lalisa jalang?
"Aku bukan jalang unnie!! Aku bukan jalang!! Aku bekerja paruh waktu saat umur ku masih sebelas tahun sampai sekarang aku umur delapan belas tahun!! Aku harus bekerja jika aku mau makan. Meski aku hanya bisa makan ramyeon setiap hari!! Aku bukan jalang!! Aku bukan jalang unnie....'' Lalisa meluluh ke lantai saat dirasa puas melampiaskan emosi nya. Menangis dengan sesegukan. Entah apa yang merasuki Lalisa sehingga ia berani membentak Jennie.
Hati jennie rasa nya seperti di tusuk oleh benda tajam kala melihat Lalisa marah dan membentak nya. Separah itukah Lalisa? Biasanya saat Lalisa di tuduh ia tak akan pernah marah tapi apa ini. Lalisa bahkan berani membentak nya?
"Terserah apa mau mu unnie. Yang jelas aku tidak sekotor yang ada di pikiran mu" kembali berdiri saat di rasa tangis nya mulai reda. Menyeka air mata nya dengar kasar. Lalu menatap Jennie dengan tatapan sendu. Lalisa takut ia akan kembali lepas kendali. Jadi ia memilih untuk keluar dari kamar rawat nya menuju mansion untuk sekedar beristirahat.
Jennie menatap punggung Lalisa yang mulai menghilang di balik pintu. Tatapan nya berubah sendu kala ia mengingat cacian yang ia lontarkan pada Lalisa.
"Apakah kau memang tak melakukanya Lalisa?"
27 maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I LEAVE
Fantasymaaf jika aku penghancur bahgiamu~ Lalisa Cover by @soyyaasou_ Pict by pinterest