Pagi sudah datang kembali. Semalaman Lalisa bermimpi buruk. Mimpi yang beberapa saat lalu sempat mengganggu malam nya kini hadir bak sebuah kaset rusak.
Setiap kali Lalisa memejamkan mata nya dan berlabuh ke lautan mimpi, kejadian itu lah yang akan menjadi pelabuhan akhir nya.
Mimpi tentang keadaan tubuh nya yang terdapat di dalam mobil hancur tak terbentuk. Keadaan keluarga dan sahabat yang menangisi sebuah gundukan tanah atau singkat nya makam seseorang.
Seulgi peka akan keadaan Lalisa yang tengah mimpi buruk. Berkali kali ia terbangun karna Lalisa berteriak.
Kini seulgi tengah membersihkan tubuh Lalisa menggunakan lap dan air hangat. Pagi ini cuaca sedang sedikit buruk, gerimis tengah mengguyur kota Seoul sejak dua jam yang lalu.
"Sebenarnya apa yang terjadi lisa-ya? Kenapa kau bisa seperti ini? Katakan lah... Unnie tau kau ragu untuk berbicara." Seulgi memecahkan keheningan di dalam rumah itu. Memang tak sebesar mansion Lalisa, tapi tetap terlihat mewah karna begitu rapi dan bersih.
"Aku... Unnie, semalam aku hanya menolong Jennie unnie dari para preman" suara nya terdengar bergetar. Lalisa tengah berusaha untuk tidak menangis saat menjelaskan nya nanti pada seulgi.
Niat nya hari ini ia akan mengungkapkan tentang keadaan keluarga dengan diri nya. Mengeluarkan keluh kesah nya, menangis menghilangkan sesak di dada, dan mengungkapkan jika ia sudah lelah dan ingin berhenti.
"Wae? Aniyo... Ani, jangan menangis. Lalu di mana Jennie? Jangan bilang ia telah di culik? Kau tinggal di rumah ne... Unnie akan melapor pada polisi."
Seulgi sudah panik dan mengambil jaket untuk bersiap pergi ke kantor polisi.
Lalisa menggeleng kuat, kini ia tengah mencengkram lengan seulgi berharap seulgi akan mendengar penjelasan nya.
"Aniyo... Jennie unnie selamat, dia pergi saat aku menyuruh nya."
"Lalu kenapa dia tak kembali? Seharus nya dia datang dan membawa bantuan." Seulgi sedikit curiga dengan keluarga Lalisa. Kini ia tengah mulai berfikir jika Lalisa dan keluarga nya tak memiliki hubungan yang baik.
"Dia tak mungkin kembali unnie... Tak mungkin, tak akan pernah, dan mustahil." Benar yang tengah seulgi fikir saat ini. Tapi kenapa Lalisa tak mengatakan yang sebenarnya? Apakah Lalisa menganggap seulgi orang asing yang tak pantas mengetahui keadaan Lalisa?
"Wae...?" Seulgi menangkupkan wajah Lalisa, air mata sudah mengalir dengan deras dari mata hazel itu. Bahkan seulgi juga ikut menangis karna nya.
Seulgi adalah seorang yang memiliki hati lembut, melihat orang yang di sayangi menangis dan terluka ia pun akan merasakan rasa yang sama.
Seulgi juga tipikal orang yang peka, tapi kenapa ia bahkan tak peka jika Lalisa selama ini tersiksa? Mungkin Lalisa terlalu hebat dalam hal drama.
Apakah kita harus mengajukan agar Lalisa mengikuti drama penthause? Atau Vincenzo? Ah seperti nya Lalisa juga cocok jika bersanding dengan jisoo blackpink dalam drama snowdrop.
"Aku tak baik baik saja dengan mereka unnie.. mereka membenciku, mereka melukai fisik dan batin ku. Tubuh ku sudar over dalam hal siksa. Aku tak baik baik saja unnie... Hiks~"
Lalisa mulai sesegukan dan seulgi mulai terisak. Ternyata kebahagiaan yang dikatakan Lalisa adalah cover depan saja. Senyum manis Lalisa rupa nya adalah topeng yang mulai retak.
"Mereka menganggap aku sampah unnie... Hiks~ aku di tuduh menjadi pembunuh oppa Sehun unnie.." seulgi membulatkan mata nya. Apa maksud Lalisa? Tak mungkin keluarga Kim menuduh Lalisa jika tak ada bukti yang kuat.
"Apakah itu benar lisa-ya? Tolong katakan itu hanya sebuah salah paham. Kau bukan pembunuh kan? Tak mungkin seorang gadis berhati malaikat seperti mu adalah pembunuh.."
Lisa mengangguk dan memeluk seulgi erat. Memang bukan dia yang membunuh Sehun. Semua hanya salah paham dan konspirasi saja.
"Aniyo unnie.. saat itu kami tengah di taman. Aku meminta izin pada Sehun oppa karna ingin buang air." Lalisa menjeda kalimat nya untuk menghirup nafas dalam dalam.
Menurut nya mengungkapkan kebenaran ini akan menyiksa kedua belah pihak, baik seulgi ataupun Lalisa.
Seulgi pasti akan sedih dan terpukul karna adik nya telah berada di titik terendah nya. Dan Lalisa, kalian pasti tau. Luka di hatinya akan menganga semakin lebar karna mengingat kejadian itu.
"Saat aku ingin kembali seorang dengan tubuh hiks~ besar dan kekar mencoba menculikku... Sehun oppa datang tepat waktu dan memintaku bersembunyi di tempat yang aman hiks~"
"Tapi pria itu menusukkan pisau di perut Sehun oppa hingga lima kali... Hiks~ Aku bertanya pada, oppa apa yang harus aku lakukan?"
Seulgi mendongakkan kepala nya untuk Manahan air mata yang memberontak ingin keluar. Bagaimana pun di sini Lalisa adalah yang paling terpuruk, ia harus membantu Lalisa menghadapi semua nya.
"Sehun oppa bilang hiks~ perut nya sangat sakit karna pisau itu menancap indah. Aku menarik pisau itu agar oppa tak kesakitan unnie..."
Tangis Lalisa semakin kencang saat mengingat teriakan kesakitan Sehun. Semua masih terkam indah di dalam memori nya.
"Di pisau itu hanya ada sidik jari ku karna pria besar itu menggunakan sarung tangan. hiks~ Cctv di sana sedang error dan tak merekam kejadian itu. Penjaga keamanan di sekitar menghilang tiba tiba hiks~"
"Saat itu aku tengah berumur lima tahun unnie.. hiks~ apakah anak berusia lima tahun bisa membunuh pria berusia delapan belas tahun? Bahkan sebelum pisau itu menancap di perut Sehun oppa, aku lebih dahulu di bunuh oleh nya."
Seulgi mengumpat di dalam hati nya. Meski kini ia tengah menangis tersedu sedu, ia menyempatkan diri untuk mengumpat pada keluarga Lalisa.
Seulgi tau betul sifat Lalisa. Ia tak akan melakukan kesalahan sefatal itu. Apalagi di umur yang masih belia?
"Mianhe... Unnie tak tau hiks~ aku bukan unnie yang baik karna tak bisa membantu mu lisa-ya hiks~"
"Aniyo ini bukan salah mu unnie hiks~ ini memang salah ku... Seharus nya malam itu aku tak memaksa Sehun oppa membelikan ice creem..."
Seulgi mulai memukul mukul kepala nya dengan kedua tangan. Merasa bersalah pada Lalisa karna tak mengetahui hal yang begitu besar ini.
Seulgi selalu bertanya tentang keadaan Lalisa dengan keluarga nya. Lalisa selalu menjawab dia bahagia dan menyenangkan. Tanpa di ketahui nya ternyata Lalisa tersiksa akan pertanyaan sederhana itu.
"Aniyo unnie... Jangan sakiti dirimu sendiri, aku mohon..." Ini yang Lalisa takutkan, seulgi akan merasa bersalah atas apa yang tak di lakukan nya dan berakhir melukai diri sendiri.
"Aku lelah unnie... Selurus tubuhku telah over dalam menahan sakit. Bahkan rambut ku pun sudah merasa malas untuk tumbuh karna tak ingin merasa sakit."
Seulgi mengangguk, ia mengerti penderita yang Lalisa hadapi. Ia tak ingin egois karna memaksa Lalisa bertahan di sana.
Seulgi lebih memilih menyetujui keinginan Lalisa menyerah Karna sungguh kini seulgi begitu membenci keluarga Kim.
"Nde... Jika lelah beristirahat lah Lisa-ya. Kau tak harus terus bertahan jika telah mencapai akhir kata berjuang. Tinggalkan kenangan itu dan pergi menjauh. Unnie akan selalu mendukung setiap keputusan mu..''
Entah kenapa saat mendengar ucapan seulgi, Lalisa tersenyum dalam tangis nya. Ia merasa harus mengatakan itu karna perasaan nya benar benar tak enak.
Seakan akan seperti seseorang memerintahkan mulut nya agar segera mengucapkan kata pamit.
"Gomawo unnie, gomawo karna telah hadir dan memberiku kasih sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I LEAVE
Fantasymaaf jika aku penghancur bahgiamu~ Lalisa Cover by @soyyaasou_ Pict by pinterest