Pukul sepuluh malam Jennie belum kembali ke mansion nya. Mobil yang di kendarai mogok, handphone nya habis batrai.
Karna itu Jennie menunggu di halte, berharap ada bus yang datang. Sudah lima menit Jennie menunggu tapi bus tak datang.
Terlihat dua orang pria berbadan besar, seperti nya mereka preman. Jennie di buat takut, Keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya.
"Hei gadis cantik... Ikut kita yuk" salah satu pria itu mengusap usap pipi Jennie. Rasa nya Jennie ingin menangis saja sekarang.
"Jangan sentuh sentuh! Siapa kalian?!" Jennie berteriak dan berusaha kabur. Tapi tangan nya lebih dulu di tahan oleh pria itu.
"Sudah lah! Kau hanya perlu ikut dengan kami!! Mari kita bermain sebentar..." Pria itu mencoba membawa Jennie pergi dari halte, tapi tiba tiba seseorang memukul salah satu pria berbadan besar itu.
Buk~
Buk~Mereka berdua tumbang karna di pukul menggunakan sebuah kayu. Dia seorang wanita? Jennie tak begitu jelas melihat wajah nya karna pencahayaan yang kurang.
Tapi jika di lihat dari postur tubuh nya, Jennie seperti nya mengenali gadis itu. Oh tidak! Dia.... Lalisa.
"Unnie gwencana?'' Lalisa bertanya, terlihat kekhawatiran di mata nya. Nafas nya tersengal sengal, seperti nya Lalisa baru saja berlari.
"Lisa..." Hanya itu yang keluar dari mulut Jennie. Ia masih memandangi wajah pucat Lalisa. Memang benar atau hanya perasaan nya saja, kini Lalisa tengah sakit.
"Sialan!!" Karna terlalu asik dengan dunia nya, Lalisa dan Jennie tak menyadari jika pria pria itu Telah bangkit kembali.
"Unnie cepat ayo kita pergi!'' Jennie langsung pergi tanpa menunggu Lalisa. Ia berlari sekuat tenaga dan meninggalkan Lalisa di belakang sana.
Saat Lalisa ingin menyusul Jennie, kedua pria itu lebih dulu memukul punggung Lalisa menggunakan kayu yang tadi Lalisa pakai.
Seketika Lalisa langsung tumbang karna mereka memukul dengan sangat kuat.
Buk~
satu pukulan terasa sangat kuat di bagian perut nya. Di susul dengan pukulan kedua.
Plak~
Kini sebuah tamparan yang begitu panas terasa di pipi Lalisa, ujung bibir nya sampai robek dan mengeluarkan darah merah pekat.
"Akh~" Lalisa meringis merasakan beberapa helai rambut lepas karna di tarik oleh pria itu.
"Brengsek!! Kau menggagalkan rencana ku!"
Buk~
"Seharus nya aku tengah menikmati gadis seksi itu saat ini!"
Buk~
"Akk!!! Bajingan!!" Pria itu menggeram karna kesal pada Lalisa. Tanpa rasa belas kasian ia mulai memukuli Lalisa.
Buk~
Buk~
Buk~Lalisa sudah tak berdaya, pria pria itu pergi setelah mengahantam perut dan wajah Lalisa. Seharus nya dulu Lalisa ikut ekskul taekwondo agar bisa melindungi orang lain. Yah... Hanya orang lain, bukan diri nya sendiri.
"Huek~" Lalisa kembali memuntahkan darah. Saat tengah berjalan menuju mansion, Lalisa tak sengaja melihat Jennie di tarik oleh kedua pria itu.
Di sebelah kiri nya terdapat sebuah kayu besar. Karna takut unnie nya terluka Lalisa langsung mengambil kayu itu dan berlari sekuat tenaga.
Saat itu ia tengah menahan sakit di perut dan kepala nya. Tanpa pikir panjang ia melawan kedua pria itu dan menyelamatkan Jennie.
Tapi tanpa hati, Jennie pergi berlari meninggalkan Lalisa dalam bahaya. Beruntung kedua pria itu tak melakukan sesuatu yang buruk pada Lalisa. Meski semua pukulan itu juga buruk.
"Lisa!" Seulgi berlari panik saat melihat Lalisa tergeletak dengan banyak luka lebam di tubuh nya.
Niat Seulgi keluar ia ingin pergi ke laundry mengambil pakaian nya. Pagi tadi ia tak sempat mencuci dan berakhir memberikan baju nya di toko laundry.
"Yak!! Gwencana?!!" Seulgi membantu Lalisa berdiri. Semua bagian tubuh nya terdapat luka lebam. Lalisa terlihat begitu tak berdaya, jadi Seulgi langsung menggendong Lalisa.
"Un-nie... Jangan ba-bawa aku ke ru-mah sakit..." Hati Seulgi sakit mendengar suara parau milik Lalisa. Seulgi mengangguk lalu berlari ke arah rumah nya.
Ia tak tau rumah keluarga Kim, jadi seulgi lebih memilih membawa Lalisa ke rumah nya dan merawat Lalisa hingga sembuh.
.
.
.
.Brak~
Jennie membanting pintu mansion dengan sangat kuat. Semua anggota keluarga nya turun untuk melihat suara apa itu.
Seketika semua panik saat melihat Jennie meringkuk di depan pintu mansion, tubuh nya basah akan keringat, seperti nya Jennie ketakutan.
"Jennie-ya, ada apa? Kenapa kau berkeringat." Siwon bertanya pada putri kedua nya itu, penampilan nya begitu berantakan tidak seperti Jennie yang selalu memperhatikan penampilan nya.
"Appa... Aku ingin di culik. Lisa. Hiks~" tiba tiba Jennie menangis Tiffany menghampiri nya lalu memeluk erat Jennie, tubuh nya bergetar hebat, seperti nya Jennie benar benar ketakutan.
"Anak sialan!!" Siwon menggeram, tangan nya mengepal hingga menampakan buku buku kulit berwarna putih.
"Aku akan membunuh mu Lalisa..." Tiffany berbicara dengan suara yang sangat kecil, tapi karena ia tengah memeluk Jennie, jadi Jennie bisa mendengar nya.
"Aniyo... Aniyo... Hiks~ aku takut eomma..."
"Gwencana... Di sini sekarang aman. Tak akan ada lagi yang bisa mencelakai anak anak eomma.''
"Hiks~ unnie chaeng takut, unnie." Chaeyoung menangis dan memeluk jisoo di samping nya. Ia juga merasa Takut jika nanti Lalisa akan berusaha menculik nya sama seperti Jennie.
Padahal bukan Lalisa yang ingin menculik nya. Justru Lalisa lah yang telah menolong Jennie. Jika saja lalisa telat datang maka Jennie bisa di pastikan akan lebih sakit dari ini.
Jennie ingin mengatakan bahwa Lalisa yang menolong nya, tapi lidah nya terasa kelu sekedar untuk mengucapkan kalimat itu.
Ada rasa takut di dalam diri nya, ada rasa bersalah pada Lalisa di dalam hati nya, dan ada rasa benci juga di dalam hati nya.
Rasa benci itu terlalu besar dan mengalah kan rasa iba. Karena Jennie berfikir jika Lalisa di usir oleh keluarga nya, balas dendam nya akan terobati. Dan Jennie berfikir jika oppa nya akan tenang di akhirat.
Tak akan ada lagi mimpi mimpi kelam yang selama ini datang karna oppa nya belum merasa tenang di akhirat.
7 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I LEAVE
Fantasymaaf jika aku penghancur bahgiamu~ Lalisa Cover by @soyyaasou_ Pict by pinterest