3 | BWS

1.7K 251 38
                                    

“Tas kita dimana?” celetuk Rose sesaat setelah keluar dari kamar mandi. Rose paling terakhir mandinya. Jadi, setelah tadi dikasih baju-yang rata-rata dress semua-mereka langsung mandi.

Jennie dan Lisa sedang keluar, ingin melihat-lihat sekitar dan juga mencari makanan karena para witch's maid tidak datang kembali setelah mengantar baju tadi. Sedangkan Jisoo sekarang sedang enak rebahan.

“Semua barang kita diambil kayanya. Soalnya hp gue sama Jennie juga nggak ada. Nggak tau deh dimana.”

Rose mengangguk-angguk. Lalu duduk disamping Jisoo. “Kira-kira diambil buat apa ya? Perasaan dalam tasnya cuma makanan doang. Makanan pun juga tinggal sedikit.”

“Entahlah, gue juga nggak ngerti, nggak paham dan nggak tau.” Jisoo menjadi duduk saat Rose berbicara.

“Kaya mimpi nggak sih kita?”

“Gue harap sih ini cuma mimpi. Karena kalo beneran-tapi masa ini beneran? Nggak percaya sih gue. Karena semua ini hanya bisa terjadi di alam mimpi.”

“Aku aja nggak percaya.” ujar Rose, dia menatap lama gaun Jisoo, lalu berkata, “Btw gaun kamu bagus.”

Jisoo mendengus. “Bagus gundulmu! Orang kaya ibu-ibu mau pengajian gini dibilang bagus!”

Padahal gaunnya beneran bagus. Masing-masing memang mengenakan gaun karena baju yang tadi mereka pakai sudah kotor dan sekarang entah kemana. Tapi punya Jisoo agak berbeda dengan gaun yang lainnya, walaupun hampir sama tapi ada sedikit perbedaan dari motif, bahkan bahannya. Meski begitu, Jisoo sangat tidak nyaman menggunakan gaun seperti itu. Selain panas, gaunnya juga sangat berat. Entah sudah berapa kali Jisoo mengeluh tentang berat gaunnya itu. Dan sepertinya semua orang di kastil memang mengenakan gaun. Terbukti, Jisoo belum melihat adanya orang yang memakai celana maupun baju lainnya. Bahkan witch's maid pun mengenakan gaun. Cuma ya tidak seperti gaun-gaun seperti miliknya atau teman-temannya.

“Jennie sama Lisa masih belum balik?”

Jisoo menggeleng. “Nggak tau tuh kemana. Diculik nenek sihir kali.”

Rose tertawa. “Kayanya.”

Jisoo tiba-tiba berdiri. “Gue susul aja kali ya? Sekalian mau jalan-jalan sih, bosen disini mulu.”

“Tapi aku nggak ikut ya. Ngantuk banget soalnya.”

Jisoo mengangguk lalu keluar.

Setelah keluar Jisoo dibuat menganga karena keindahan kastil yang baru ia sadari sekarang. Karena waktu disuruh ke ruangan tadi, Jisoo masih merasa biasa-biasa aja. Mungkin karena lampu-lampunya sudah dinyalain kali ya? Jadi suasananya jadi terlihat lebih megah.

Jisoo berjalan ke arah kiri, menuju ruangan tadi cuma dia berjalan ke lorong sampingnya lagi. Di lorong sana agak gelap, karena lampunya sedikit redup. Pandangan Jisoo yang awalnya mengarah ke lampu langsung teralihkan saat suara familiar terdengar jelas di telinganya.

“Eh anjing!” seru Jisoo yang kedengarannya seperti sedang mengumpat. Ia berlari mengejar anjing berwarna putih yang dilihatnya barusan.

Guk guk!

Guk!

“Loh mana anjing tadi?” Jisoo menoleh ke segala arah. Anjingnya menghilang begitu saja. Padahal tadi Jisoo masih melihatnya di sekitar sini.

Jisoo berjalan ke pojokan, kebetulan disana ada belokan, siapa tau anjingnya pergi kesana.

Dia berjalan perlahan, takut anjingnya kabur jika mendengar suara kakinya

Kena lo njing! Batinnya ngikik.

Satu,

dua,

tiga-

𝐁𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐜𝐡 𝐒𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang