20 | BWS

721 134 12
                                    

Rose sedang terduduk lemas sembari menatapi lantai koridor asrama yang kini sudah mengkilap. Dia benar-benar lelah, bayangkan dari jam tiga sore sampai empat sore dia hanya membersihkan lantai saja. Luasnya pun seperti dari Sabang sampai Merauke. Padahal dia sudah bersembunyi di WC saat Miss Chyntia mencarinya di sekolah. Tapi tetap saja Miss Chyntia menemukannya. Menyebalkan. Apalagi ditambah si Jaehyun yang akan selalu menghilang tidak tau kemana jika sudah menyangkut ngepel-mengepel.

“Di dunia sihir pun ada ya hukuman ngepel. Hm, jadi kasihan sama Bi Inem yang ngepel setiap hari. Setelah pulang dari sini aku mau bilang sama Mami buat naikin gajinya deh. Soalnya aku tau gimana rasanya. Oh Bi Inem .... andai dari dulu aku tau penderitaanmu.” gumam Rose sembari membayangkan Bi Inem sedang melakukan pekerjaan rumah tangga.

Ada sekitar lima belas menit Rose bergumam mengenai banyak hal, mulai dari Bi Inem sampai pengin makan mie ayam Pak Sulaiman. Namun, beberapa menit setelahnya matanya tertutup rapat. Entah udaranya yang enak untuk tidur atau Rose yang benar-benar mengantuk. Atau mungkin dia terlalu lelah? Sampai tidak sadar hari sudah petang. Posisi tidur yang tadinya duduk kini menjadi tiduran dengan nyamannya di lantai.

“Halo?”

“Kamu nggak papa?”

Bibir Rose tersenyum-senyum tidak jelas.

“KEBAKARAN?!”

Mendengar teriakan yang sangat menggelegar, mata Rose langsung melotot. Matanya tambah melotot saat melihat seseorang yang kini tepat di depan wajahnya.

“NGAPAIN KAMU?!” seru Rose yang langsung duduk dan memeluk tubuhnya sendiri.

“Aku nggak ngapa-ngapain kamu kok! Aku kira kamu pingsan, eh ternyata tidur.”

Rose mengernyit. Apakah dia salah dengar? Ah, mungkin efek baru bangun tidur kali ya, jadi matanya suka tidak jelas melihat orang di depannya.

Rose mengucek-ngucek matanya. Sebentar, kok tidak berubah ya?

“Kamu nggak papa?”

Rose menggeleng-gelengkan kepala, menolak percaya atas apa yang dilihatnya sekarang.

“Hei?”

“Diem! Kamu jangan sok baik ya! Aku tau akal busukmu!”

“Sok baik?” Orang itu mengernyit. Namun tidak lama kemudian tersenyum dan berkata, “Ah Jaehyun ya?”

“Iyalah kamu!”

“Aku minta maaf.”

“Nggak tau, males! Besok kamu yang bersihin asrama 3! Nggak aku bantu, bye!” Rose beranjak menuju kamarnya. Rose sudah ingin mandi, makan dan setelah itu tidur. Dia sangat menyesal kenapa bisa ketiduran selama itu di koridor, untung saja tidak ada yang macam-macam dengannya.

“Aku lagi deh yang kena.”

breatice witch school

Psstt!

Jisoo menoleh ke samping, sepertinya ada yang memanggil. Atau dia hanya salah dengar?

Psstt!

Jisoo mengabaikannya, mengira jika itu hanyalah angin lewat saja.

Psstt!

Namun, lama-lama bisikan itu semakin parah dan dia sudah sangat terganggu di sela-sela istirahat malamnya. Dengan bermalas-malasan Jisoo berjalan ke arah jendela. Agak takut juga kalau misal yang nongol adalah kuntilanak yang kesepian dan butuh hiburan.

“Siapa—Taeyong?!” seru Jisoo.

Taeyong, orang dibalik jendela kamar Jisoo menyengir.

“Kamu ngapain?!”

𝐁𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐜𝐡 𝐒𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang