24 | BWS

702 130 34
                                    

Tidak akan ada habisnya jika terus memikirkan tentang dunia ini. Sampai Jisoo lupa jika dia juga memiliki orang tua di luar sana yang harus ia pikirkan juga. Terhitung sudah hampir satu bulan dia menghilang dari dunia aslinya. Bagaimana keadaan disana saat Jisoo tidak ada? Apakah orang tuanya akan mengira dirinya tiada? Atau orang tuanya tidak peduli lagi padanya? Tidak-tidak, orang tua Jisoo tidak seperti itu. Keluarganya termasuk keluarga yang harmonis. Tapi hal itu bisa saja terjadi, bukan? Kira-kira seperti itulah kalimat-kalimat yang berlarian di pikiran Jisoo sekarang. Dia hanya berharap jika ini hanyalah mimpi dan ingin secepatnya bisa bangun dari mimpi itu.

“Mana gue lagi pdktan sama si ketos yang tampan paripurna lagi. Duh, dia pasti ngira gue tukang ghosting.” celetuk Jisoo tiba-tiba. Ya, sebelum Jisoo masuk ke dunia ini, dia sedang dekat dengan Minhyun, ketua OSIS di SMA nya. Minhyun adalah cowok yang di idam-idamkan Lisa. Namun, sayangnya justru Jisoo yang menjadi idaman cowo itu. Hal tersebut membuat Jisoo besar kepala dan terus-menerus mengejek Lisa.

Jisoo terkekeh ditempatnya. Dia teringat wajah Lisa yang kesal saat Minhyun memberi minum ditengah panasnya upacara. Juga saat dirinya diloloskan dari hukuman saat terlambat masuk ke sekolah.

“Ketos? Apa itu ketos?”

Jisoo hampir saja berteriak kalau saja orang yang tiba-tiba berada tepat di depannya itu tidak menyuruhnya untuk diam. Jantungnya hampir saja copot. Untungnya dia tidak terjun dari jendela. Ya, anaknya memang suka melebih-lebihkan sesuatu.

“Taeyong!” seru Jisoo dengan tangan terbang menuju ke lengan Taeyong. Membuat sang empu meringis.

“Sakit Jisoo!” ujar Taeyong yang kini tengah mengelus-elus lengannya.

“Lagian ngapain sih malem-malem kesini? Ngagetin lagi! Untung jantung gue udah terlatih!” omel Jisoo. Terlatih darimananya orang hampir saja dia teriak.

“Suka-suka aku dong! Kamu sendiri ngapain malem-malem di jendela? Bukannya tidur!” balas Taeyong tak mau kalah.

“Suka-suka gu—aku juga dong!” sahut Jisoo dengan membalikkan kata-kata Taeyong.

Taeyong mendengus. Dia masih berada di atas sapu terbangnya.

“Jadi, kamu ngapain kesini?” ujar Jisoo akhirnya. Penasaran juga dia lama-lama.

“Sedang jalan-jalan tadinya, terus lihat kamu berada di jendela, jadi aku samperin deh.” jawab Taeyong.

“Bukan jalan-jalan, tapi terbang-terbang kali ah.”

Taeyong mengernyit.

“Nggak penting jadi nggak usah tanya.” ujar Jisoo sembari memutar bola matanya.

“Ngomong-ngomong, ketos itu apa?”

Jisoo tersenyum tengil. Dia sudah memikirkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Taeyong.

“Ketos itu artinya ganteng, perhatian, terus boyfriendable.”

“Kata Blake aku ganteng tapi nggak terlalu perhatian sih soalnya suka kasih makan rumput. Terus boyfriendable itu apa?”

“Kalo boyfriendable itu apa ya? Intinya didalamnya mencakup tentang ganteng dan perhatian gitu lah.”

“Oh, berarti aku udah mendekati ketos ya? Menurut kamu aku udah ketos belum?” tanya Taeyong dengan muka polosnya.

Tawa Jisoo langsung pecah. Memang menyenangkan menjahili orang polos, tapi jika dipikir-pikir kasihan juga.

“Nggak gitu Taeyong aku becanda. Jadi, ketos itu ketua organisasi di suatu sekolah gitu.” jelas Jisoo akhirnya. Dia masih sedikit tertawa mengingat jawaban polos dari Taeyong.

𝐁𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐜𝐡 𝐒𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang